Akhirnya, sampailah mereka di sekolah Kurosa, yaitu Kannoya Academy.
Lalu Kurosa membawa Yukina kepada gurunya.
Guru Kurosa memberikan sebuah test agar Yukina bisa menjadi murid Kannoya Academy.
Di dalam test teori, Yukina mendapatkan nilai 90.
"Dia sangatlah pintar, Kurosa." bisik gurunya kepada Kurosa.
Kurosa pun tersenyum.
"Bagaimana jika kita test kekuatan sihirnya?" tanya guru Kurosa.
"Baiklah." jawab Kurosa secara cepat.
"Baiklah, Yukina Ayami, mari kita pergi ke lapangan pelatihan." kata guru itu.
Yukina pun pergi ke lapangan pelatihan, bersama dengan Kurosa dan gurunya.
Saat test, Yukina hanya diberikan 10 menit untuk menghancurkan kira kira 30 robot pelatihan.
Yukina hanya berdiri, terdiam. Saat robot-robot itu mendekati Yukina, robot-robot itu pun hancur satu per satu.
Dan Yukina menghancurkan semua robot itu dalam waktu 4 menit lebih 30 detik.
Guru itu pun terheran-heran.
"Dia sangatlah kuat. Tetapi aku tidak melihat bahwa ia memerintahkan kepada sihirnya untuk menyerang robot-robot itu. Sepertinya sihir itu menyerang sendiri tanpa ada suruhan dari pemiliknya." kata guru itu.
"Benar, ms. Ardeen. Dia memang tidak bisa mengendalikan kekuatannya." jawab Kurosa.
"Aku akan membahas hal ini kepada ma'am Rere." kata ms. Ardeen sambil pergi meninggalkan mereka berdua.
lalu Kurosa menghampiri Yukina.
"Yukina, kau sungguh hebat!" puji Kurosa.
tetapi, tiba-tiba sihir Yukina menyerang Kurosa, tetapi untungnya, refleks Kurosa sangat baik saat itu.
"Ah.. maaf, aku menyerangmu lagi.." sesal Yukina.
"Tidak apa-apa, kau pasti melakukannya dengan tidak sengaja, jangan khawatir." kata Kurosa menenangkan.
Di dalam kantor guru, semua guru sedang bekerja dengan serius sekali. Hening di dalam kantor guru membuat suasana yang sedikit menegangkan.
lalu datanglah ms. Ardeen. Ms. Ardeen memberitahukan tentang Yukina yang telah diundang oleh Kurosa untuk mendaftar sebagai murid Kannoya Academy.
"Namanya adalah Yukina Ayami ya? Nama yang manis." ujar ms. Sulis.
"Apakah kita akan menerimanya? Apakah kau yakin? Dia bisa jadi ancaman bagi para murid di sini, kan?" kata ms. Rosanna.
"Tetapi jika kita menolaknya, siapa lagi yang akan menerimanya?" kata mr. Dontae.
"Jika kita menolaknya, justru kekuatannya akan semakin liar. Jika kita menerimanya, dan kita mengajarnya dan membimbingnya, kemungkinan kita bisa mengurangi risiko kekuatan sihirnya yang tak terkendalikan itu." kata ms. Shevalonika.
"Aku setuju dengan ms. Sheva. Kita bisa mengurangi risiko ke-liaran sihirnya itu." jawab mr. Kazuhiko.
"Lagian, jika dibiarkan, bisa-bisa sihirnya menjadi ancaman bagi sekelilingnya." tambah mr. Eilian.
"Tetapi, bagaimana jika dia menciderai murid-murid di sini, bahkan sampai lingkungan sekitar juga?" tanya ms. Cordelia.
"Tetapi, jika dibiarkan, itu juga bisa menjadi ancaman bagi orang sekitar." jawab ms. Sheva.
"Semuanya, harap tenang." kata ma'am Rere, sebagai kepala sekolah Kannoya Academy.
keheningan pun menguasai ruangan itu.
"Setelah saya pikirkan, sepertinya lebih baik kita menerimanya saja." kata ma'am Rere.
"Jika ia menciderai murid-murid di sini, kita akan membimbingnya dengan sabar." kata ma'am Rere.
akhirnya, Yukina pun diterima.
Kurosa dengan segera memberitahukan hal itu kepada Yukina. Yukina pun senang karena bisa diterima oleh Kannoya Academy. Tetapi, ia pun khawatir jika nanti ia akan melukai teman sekelasnya.
Yukina telah diterima di dalam kelas A.
Di Kannoya Academy, kelas dibagi menjadi 3, yaitu A, B, dan C. Sebenarnya itu hanyalah pemisah agar murid dalam satu kelas tidak terlalu banyak. Wali kelas A adalah ms. Sheva. Walikelas B adalah mr. Dontae. Walikelas C adalah ms. Ardeen.
Keesokan harinya, pada hari pertama ia masuk ke dalam kelas, ia pun ketakutan. Keringat dingin bercucuran dari tubuhnya saat ia hendak memperkenalkan dirinya.
"Santailah saja, Yukina." kata salah satu murid di sana.
"Perkenalkan saja dirimu." kata murid lainnya.
"B-baiklah.. nama saya adalah.. Y-Yukina... A-ayami." katanya dengan tegang.
"Hai, Yukina." kata semua teman sekelas nya.
"uh.. seperti anak kecil saja.." pikir Yukina sambil tersipu-sipu.
"Baiklah, Yukina, kau dipersilahkan untuk duduk." kata ms. Sheva.
Yukina pun duduk. Tetapi ia masih ketakutan.
saat break tiba, Yukina hanya tinggal di kelas, membaca buku novel kecilnya, dan ia sama sekali tidak berkomunikasi dengan yang lain. Ia menghindari percakapan.
setelah beberapa hari, ia pun dianggap aneh oleh teman-temannya. Ia bahkan hampir tidak mengatakan sepatah kata apapun.
akhirnya, ada seorang murid yang dikenal suka membuat masalah di kelas, mendatanginya dan berkata,
"Hei, aneh, apa yang sedang kamu lakukan?"
Yukina pun hanya menyingkir.
"Hei, aku berbicara denganmu lho!" kata murid itu.
"Lebih baik kamu jangan dekati aku." kata Yukina dengan nada yang amat rendah.
"Heh, apa katamu?! Sombong sekali kau! Jika diajak berbicara, kamu malah menyingkir!" kata murid itu dengan emosi.
"Kumohon.. menjauhlah dariku..." kata Yukina.
"Siapa kamu, kok menyuruhku? Kamu kan hanya seorang gadis aneh?" kata murid itu
"Kumohon... ini demi kam-"
ucapan Yukina pun terpotong karena.. murid itu sudah tertusuk perutnya.
Yukina pun terkejut.
"Beraninya kau!" teriak murid itu, berusaha untuk memukulnya.
Tetapi pukulannya terpentalkan, dan tangannya pun tergores.
Yukina pun menjadi semakin ketakutan.
Tak lama kemudian, ms. Sheva datang.
"Hei, apa yang terjadi?!" Tanya ms. Sheva.
"Yukina, murid baru itu telah menusuk Rippers dan menggores tangannya." kata salah satu murid di situ.
"Yukina, Rippers, kalian bertemulah di kantor ms. Sulis setelah pulang sekolah. Nera, sembuhkanlah Rippers terlebih dahulu."
"Baik!" jawab Nera.
lalu ms. Sheva pun pergi.
Nera menyembuhkan Rippers dengan sihirnya 'Natural healing'.
Luka Rippers pun sembuh seketika. Yukina pun menjadi sangat ketakutan sekarang. Rasa bersalah pun ada padanya, tetapi ia hanya memendam di dalam hatinya.
Sepulang sekolah, Rippers dan Yukina bertemu di kantor ms. Sulis. Di sana ms. Sulis dan ms. Sheva menunggu.
"Kemari, duduklah." Kata ms. Sulis dengan lembut.
lalu mereka pun duduk.
"Yukina, kenapa kau melakukannya?" tanya ms. Sulis dengan lembut.
Yukina hanya terdiam.
"Yukina? Bisakah kau menjawabku?" tanya ms. Sulis.
Yukina hanya tertunduk dan diam.
"Kita memerlukan saksi, ms. Sulis." kata ms. Sheva.
lalu mereka pun memanggil salah satu saksi yang melihat kejadian itu, yaitu Denzel.
"Denzel-" kata ms. Sulis setelah Denzel datang, tetapi ucapannya terpotong.
"Baik, ms. Sulis." kata Denzel menanggapi.
Ia pun menggunakan sihirnya, 'teknologi'.
Ia mengeluarkan sebuah hologram berwarna biru muda, lalu ia menekan beberapa tombol.
pertama ia menekan 'cctv', lalu ia menekan 'kelas A', lalu ia menekan 'pukul 09:00' (memang itulah pukul dimana terjadinya kecelakaan ini).
setelah itu, munculah sebuah video. Di dalam video tersebut, terlihatlah semua kejadian itu.
ms. Sulis pun menghela napas, lalu berkatalah ia kepada Rippers,
"Rippers, sudah berapa kali ms. Sulis mengingatkanmu? Kau tidak boleh membully siapapun. Meskipun bagimu dia lemah, atau rendahan, atau apapun, kita tidak boleh membully. Lihat, inilah hasilnya, kau terluka."
"Ya ms. Maafkan saya." kata Rippers.
"Berjanjilah pada kami, untuk tidak menbully lagi." kata ms. Sheva.
"Baiklah, ms. Sheva, aku berjanji." kata Rippers.
"Yukina itu memiliki sihir yang sensitif. Jika kau mengganggunya, atau ia terasa terganggu, secara otomatis sihirnya akan menyerangmu." kata ms. Sheva.
"Bolehkah kutambah, ms.Sheva?" tanya Denzel.
ms. Sheva menatap Denzel dengan kebingungan,
"Tentu boleh."
"Yukina memiliki sihir 'weaponly elemental', sihir elemental yang berbentuk senjata. Sihir ini terbilang langka dan sulit untuk dipahami. Bukan saat Yukina merasa tidak aman sihirnya akan menyerang, tetapi saat sihir itu merasakan ancaman kepada pemiliknya, dengan segera sihir itu akan melindungi tuannya." jelas Denzel.
ms. Sheva dan ms. Sulis pun berpikir sejenak. Rippers tidak memahami apa yang dijelaskan oleh Denzel.
"Baiklah, Rippers, karena kau membully, kau akan dihukum, yaitu dengan menuliskan sebuah janji untuk tidak membully dan refleksi diri." kata ms. Sulis sambil memberikan sebuah kertas hvs.
"Baik." kata Rippers lemas.
"Yukina, kamu jaga dirimu baik-baik. Jika hal ini terjadi, kau juga akan mendapatkan hukuman." kata ms. Sheva dengan tegas.
"Baik." kata Yukina.
lalu mereka pun dipersilahkan untuk pulang.
saat perjalanan, Rippers terlihat sangat kesal, tentu kesal kepada Yukina.
Yukina pun menyingkir lagi.
saat ia hendak pulang, Nera mendatanginya dan berkata,
"Yukina, maafkan aku. Rippers memang seperti itu. Ini semua bukan salahmu." kata Nera dengan lembut.
"Sebenarnya aku tidak peduli." kata Yukina dengan dingin. Yukina pun meninggalkan Nera tanpa mengucapkan salam.
Yukina meremas kedua lengannya. Ia pun berpikir,
"Ini bukan hari pertama di sekolah yang kuinginkan."
Lalu Yukina pun pergi.