'Akhirnya..' Lirih senang hatinya.
Seharian ini dilaluinya dengan sangat lelah, selain karena bekerja dengan hanya diberi makan sekali saja, ia juga harus memasang wajah dan raga yang penuh kepalsuan.
Tubuhnya merebah di atas ranjang yang sungguh sama sekali tak membuatnya nyaman dan dapat beristirahat. Hari telah gelap, baru saja dua jam ia terdiam seorang diri di kamarnya itu dengan keadaan terkunci dari luar.
"Aku harus berbuat sesuatu!" Ucapnya dengan tatapan culas dan tajam.
~~~
"Betapa melelahkannya hari-hari itu, aku benci berpura-pura jadi abnormal," Kesal Matt pada seorang wanita yang kini duduk menyimak cerita panjangnya.
Setelah sekian banyak waktu untuk menyimak, akhirnya wanita itu mengeluarkan suara, "Oh ya, ngomong-ngomong namaku Jo,"
"Jo?" Heran Matt dengan tatapan mautnya pada wanita yang mengaku bernama Jo itu.
Wanita itu lantas mengangguk sebelum berkata dan menyebutkan nama lengkapnya, "Joanna Zexa,"
"Uwh.. Nama yang unik. Kenapa kau dipanggil Jo, seperti seorang pria saja, kenapa tak dipanggil Anna?" Tanya Matt.
Wanita itu mengangkat kedua bahunya bersamaan. "Entahlah, orangtuaku dan teman-temanku memanggilku begitu, tapi jika kau mau memanggilku Anna juga tak apa, terserahmu saja mau memanggilku apa," Timpalnya.
"Tidak! Tidak! Bukan itu maksudku, aku hanya heran pada nama panggilanmu itu saja," Jawab Matt dengan perasaan kurang enak padanya.
'Apa semua wanita seperti itu?' Batinnya seraya memalingkan wajah dari wanita itu.
"Ya sudahlah, Ini sudah larut, ayo kita kembali!" Ajak Jo mengakhiri awal perdebatan yang hampir saja terjadi.
Matt beranjak dan membersihkan bagian belakang celananya dari pasir yang menempel. Sedangkan Jo sudah mulai melangkah menjauh dari sana.
"Tunggu!" Interupsi Matt yang membuat langkah Jo terhenti dan memalingkan wajahnya ke arah Matt.
"Bagaimana dengan jasad pria itu?!" Tanyanya yang baru saja ingat pada pria bernama Matt yang telah ia rebut seragamnya secara paksa.
"Jasad siapa maksudmu?!" Timpal Jo penasaran dengan apa yang dimaksud Matt saat ia menghentikan langkahnya lebih dulu.
"Jasad Matt asli," Jawab Matt dengan polosnya yang menyangka kalau Jo telah mengetahui aksinya membunuh Matt, Kepala penjaga baru.
Jo berjalan kembali menuju Matt yang masih saja berdiri di bawah pohon besar tengah padang pasir. "Maksudmu apa? Jasad Matt? Jangan-jangan.." Tanya Jo.
"Aku tak sengaja membunuhnya," Timpal Matt menyesal telah melakukan perbuatan kejam itu.
"Astaga! Jadi kau membunuhnya untuk merebut pakaian itu?!" Kaget Jo.
Matt hanya mengangguk pelan sebelum menarik napas panjang untuk menjelaskan alasannya pada Jo, "Tapi.. Aku terpaksa melakukannya, kalau tidak, dia pasti akan mengubahku lagi menjadi abnormal,"
"Astaga!! Aku benar-benar tak menyangka kau ternyata seorang pembunuh," Ucap Jo tak menyangka seraya menutup mulut menganganya.
"A.. Aku.. Benar-benar minta maaf," Jelas Matt yang kali ini benar-benar merasa sangat bersalah.
Jo tampak terdiam sejenak memikirkan apa yang harus dilakukannya atas tindakan Matt itu, hingga akhirnya ia bersua, "Kalau begitu, cepat! Kita harus kembali, sebelum mereka menemukan jasadnya, karena kalau sampai mereka menemukan sidik jari dan bukti-bukti tentangmu, kamu benar-benar berada dalam bahaya!"
Wanita itu segera berlari menuju Komplek para abnormal meninggalkan Matt yang masih dipenuhi rasa penyesalan dalam dirinya.
Hingga akhirnya Matt sadar kalau ia ditinggalkan wanita itu, ia segera berlari mengejar ketertinggalannya, "Jo!! Tunggu aku!!"
Jo tak berdalih, ia hanya fokus pada langkah cepatnya. Namun langkah Matt 2 kali lipat lebih cepat dari Jo sehingga ia mampu menyusulnya.
Matt telah berlari sejajar dengan Jo. "Hei!! Apa rencanamu?" Teriak Matt kala itu.
Jo berkata sembari terus melangkah, "Ayo! Ikuti aku!"
Matt memperlambat langkahnya saat mendalat jawaban seperti itu dari Jo. 'Hhh.. Dia selalu saja seperti itu,' Kesal batinnya seraya berjalan lesu yang kemudian berusaha kembali menyamai posisi Jo.
Jarak sekitar 1 KM ditempuh mereka dengan berjalan kaki, hingga sekitar 20 menitan akhirnya mereka sampai kembali ke komplek para abnormal.
"Ingat! Kau harus menunjukkan sifat-sifat Matt asli dihadapan mereka, dan jangan sampai wajahmu diketahui siapapun selain aku, Ok?!" Tegas Jo sebelum mereka memasuki benteng dengan cara memanjatnya sekaligus kembali memasang penutup wajah yang sedari tadi menempel di bagian atas kepalanya, begitu juga yang dilakukan Matt.
Seusai melewati benteng setinggi 3 meter dengan memanjat, mereka bisa masuk kembali ke area tempat peristirahatan para abnormal dan tentunya tanpa ketahuan.
"Aman!" Tegas Jo saat mereka hendak melewati ruangan para penjaga yang hampir saja membuat Matt ketahuan.
Mereka bergegas menuju lorong kamar Matt sebelum mencapai kamar tempat dibunuhnya seorang Kepala penjaga.
Langkah Jo yang ada di depan Matt terhenti secara tiba-tiba sebelum menikung ke lorong menuju kamar Matt.
"Uhh!! Sial!!" Gerutunya.
Matt yang ada dibelakangnya segera menahan langkahnya sebelum akhirnya menabrak tubuh Jo. "Kenapa?!" Tanyanya heran yang kemudian berdiri di samping Jo untuk melihat apa yang terjadi.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Matt saat tahu kalau kini para penjaga tengah berlarian menuju lorong Kamar yang sama yang dituju Matt dan Jo. Dan baik Matt ataupun Jo memastikan kalau para penjaga lain berhasil menemukan jasad Matt sang Kepala penjaga baru di kamarnya itu.
Jo tengah berpikir kini, ia benar-benar bingung dan tak tahu apa yang harus ia lakukan lagi demi melindungi Matt, Abnormal yang sejak menampakkan perubahannya selalu ia bentengi.
Namun, belum juga Jo ataupun Matt kembali bercakap, seseorang mengangetkan mereka tepat dari belakang mereka, "Hei!!"
Sontak keduanya terkejut dan segera berbalik ke arah seseorang yang mereka kira telah menyeru mereka.
"Kenapa kalian malah diam disana?! Cepat bantu abnormal itu!" Seru seorang penjaga yang kemudian berlari mendahului mereka menuju lorong kamar Matt.
"Abnormal?" Tanya mereka bersamaan saat penjaga itu telah menghilang dari pandangan mereka.
Segera saja mereka menuju lorong kamar Matt yang telah dipenuhi barisan para penjaga kini. Nampak di hadapan mereka, para penjaga itu tampak saling melempar ember dengan air di dalamnya.
"Apa yang sedang mereka lakukan? Bermain sebuah game kah?" Tanya heran Matt dalam hati. Langkah mereka teruskan melalui setengah bagian lorong yang tersisa menuju kamar Matt.
Hingga langkah mereka terhenti. Kobaran api menyala-nyala saling bersahutan. Ember berisi air yang diestafetkan oleh para penjaga rupanya untuk menghabisi kobaran api yang hampir meluas ke seisi ruangan di dalam kamar Matt.
"Apa?! Siapa yang melakukan ini?!" Batin Matt semakin bertanya-tanya.
"Hei!! Kalian! Cepat berbaris dan bantu kami!!" Teriak seorang penjaga yang kini tengah berusaha memadamkan api tersebut.
Dengan cepat, Matt dan Jo segera ikut berbaris dan ikut mengestafetkan ember berisi air tersebut selagi menunggu bantuan datang yang anehnya dalam komplek abnormal ini tak ada sistem atau alat pemadam api selain air yang diangkut ember lalu diestafetkan seperti ini.
"Hubungi bantuan!" Teriak Matt bertingkah seolah menjadi Kepala penjaga sesungguhnya.
"Sudah, Pak! Bantuan akan segera datang!" Teriak seseorang dari bagian terluar lorong.
Mereka bahu membahu mengangkut air dari tangan satu ke tangan lainnya. Namun amukan api malah makin menjadi dan bantuan pun tak kunjung datang. Satu persatu dimulai dari penjaga yang berbaris di bagian terdalam keluar dari lorong itu. Hingga akhirnya tak satupun dari mereka kembali mencoba memadamkan api yang makin merambat itu.
Beberapa abnormal di bagian terdekat dari kamar Matt berhasil mereka pindahkan.
Jago merah makin mengamuk. Kepulan asapnya makin menjulang. Tenaga manusia tak lagi diunjuk. Hanya berharap bala bantuan akan segera datang.