Setelah mendapat tanda tangan Max. Andre hendak kembali ke ruangannya. Tapi kepergiannya itu ditahan oleh Max dengan pertanyaan yang ia lontarkan pada Andre, " Kak, tunggu!".
" Apa kamu tahu orang yang pandai IT?", lanjut Max.
" IT? Untuk apa? Bukannya kamu sudah punya banyak pekerja pandai disini?", tanya Andre yang heran akan pertanyaan itu.
" Aku butuh orang yang ahli IT untuk menghandle ruangan pengendali. Jika saat ada kerusakan biar dia sendiri yang memperbaikinya. Aku juga ingin menambah beberapa fitur dan membuat ini semua makin besar. Apa kamu tahu orang yang aku butuhkan?", jelas kembali Max.
Andre terdiam. Memikirkan siapa orang yang pas untuk posisi itu.
'Beno!'
' Ya, Beno. Dia orang yang tepat. Aku juga bisa bersekongkol dengannya untuk rencana selanjutnya'
" Beno! Ia sangat pandai memperbaiki benda, membuat ide-ide cemerlang. Aku pikir dia hebat untuk pekerjaan ini", usul Andre.
" Beno, temanmu maksudmu?", tanya Max memastikan.
" Ya", singkat Andre.
Max diam sejenak. Memikirkan apakah mengangkat Beno jadi karyawannya adalah hal yang menguntungkan atau bahkan merugikan. Tapi Andre terus mencoba meyakinkan Max agar ia mengangkatnya jadi ahli IT. Hingga akhirnya, bujuk dan rayu Andre berhasil membuat Max percaya mengangkat Beno sebagai ahli IT.
" Nanti sore, panggil dia untuk mengahadapku!", perintah Max pada Andre setelah ia setuju pada usulan Andre.
Waktu kerja di Bunker milik Max dimulai dari pagi setelah sarapan. Kemudian istirahat pada siang hari tepatnya pukul 12. Diijinkan beribadah bagi umat muslim, begitu juga umat-umat lainnya. Ada lantai khusus yang berisi tempat ibadah berbagai agama. Setelah istirahat mereka diharuskan kembali bekerja lagi pada pukul 1 siang. Kemudian pada pukul 3 sore, mereka diperbolehkan kembali dulu ke kamar masing-masing. Membersihkan diri. Kemudian setelah maghrib, kira-kira pukul 6 sore mereka kembali bekerja sampai pukul 8 malam. Mereka bekerja ekstra untuk Max. Mematuhi semua perintah Max. Karena bila tidak, Max tak akan segan-segan untuk menghukum mereka bila melanggar.
Waktu terus bergulir. Sore hari sudah tak terasa. Andre bergegas menuju sel Beno. Ia meminta Beno untuk menemui Max.
" Ayo ikut aku! Max memintamu untuk menemuinya", ajak Andre.
Penjaga disana segera membuka pintu sel dan mengeluarkan Beno. Andre segera menyambutnya senang. Beno yang masih tak tahu ada hal apa ia dipanggil, ia segera bertanya pada Andre, " Ada apa, Dre?".
" Ayo ikut dulu. Nanti kamu juga akan tahu", jelas Andre sembari mengajak Beno masuk ke dalam lift.
Kemudian mereka masuk ke lift. Di dalam lift, mereka berbincang panjang.
" Jadi gini, Ben. Kamu akan diangkat jadi ahli IT di bunker ini. Aku mohon kamu mau menerima tawaran Max ini", pinta Andre pada Beno.
Beno sepertinya tengah berpikir. Ia terdiam beberapa detik. Ia tampak mengangguk-anggukkan kepalanya pada dirinya sendiri sebelum kemudian menjawab, "Apa aku harus bekerja untuknya? Aku gak sudi!".
Lalu pintu lift terbuka. Mereka mulai memasuki ruangan dimana Max berada. Andre menarik Beno untuk segera menghadap Max.
" Ada apa, Max?", tanya Beno pada Max.
Max yang tadinya membelakangi Beno. Kemudian ia berbalik menjadi menghadap ke arah suara Beno datang. Ia menghela napas panjang, kemudian berkata, " Jadi begini, aku ingin kamu bekerja untukku, sebagai ahli IT disini. Tapi ingat! kamu bekerja untukku, bukan untuk yang lain!".
Beno kembali berpikir sejenak, dan setuju atas permintaan Max itu. Kata-kata Max seperti menghipnotis Beno. Ia yang awalnya tidak setuju, kini ia setuju. Andre juga jadi heran. Iming-iming apa yang ditawarkan Max sehingga Beno berubah pikiran?
" Oke, sekarang aku minta kamu untuk memperbarui semua ini, menambah fitur-fitur lebih baik dari ini, dan... lakukan yang terbaik menurutmu",tegas Max.
Kemudian, Max meminta Andre mengantar Beno ke tempat dimana ia akan bekerja nantinya. Sepertinya Max sudah tak curiga lagi pada Andre, ia sudah percaya padanya. Max juga meminta pada Andre untuk berbagi kamarnya dengan Beno. Tapi masih dengan satu syarat, " Janji padaku! Jangan pernah merencanakan hal yang tidak-tidak, apalagi yang menentangku!", ucapan Max yang selalu diingat Andre.
Pergilah Andre dan Beno menuju ruang pengendali. Tepatnya di bagian bawah tempat kerja Max. Andre tak banyak bicara kala itu. Tapi Beno dengan jeli memperhatikan para pekerja mengendalikan semua tombol-tombol, menampilkan fitur-fitur, gambar-gambar visual canggih yang hampir nyata.
Beno begitu menyukainya. Sepertinya, ia akan menikmati pekerjaannya kali ini. Ia mulai mencoba menyentuh beberapa tombol, menambahkan fitur-fitur baru yang Max minta, dan yang lebih cerdasnya, ia memperbarui semua aplikasi dan pengaturan-pengaturan didalamnya.
" Dia benar-benar cerdas, dia harus jadi milikku, dia harus bekerja untukku", gumam Max di lantai atas, yang diam-diam memperhatikan Beno.
Pindah sana-pindah sini, perbaiki itu-perbaiki ini, bongkar sana-bongkar sini. Cekatan, cerdas, cacau, dan campin. Membuat Max terkagum akan sosok Beno.
Max turun dan mendekat ke arah Andre berdiri lalu berbisik padanya, " Kak! dia benar-benar berbakat, kamu memilih orang yang tepat",
Andre memandangnya lalu tersenyum. " Kan sudah aku bilang, dia itu cerdas", ucap Andre.
" Siap!! Ini fitur-fitur yang anda minta, saya sudah perbarui apa yang anda mau. Semuanya seperti baru. Kini tanpa menyentuh, anda sudah bisa merubah apapun yang anda mau. Tinggal ucapkan saja. Semuanya bisa berubah", jelas Beno.
" Sebagai contoh, untuk hutan Bubu milik anda ini, anda ingin menambahkan sebuah gajah raksasa didalamnya. Anda tinggal kunci koordinatnya lalu ucapkan 'gajah raksasa'. Dan lihatlah sebuah gajah raksasa muncul di koordinat yang anda tuju", lanjut Beno.
Sebelumnya kan pengendali ini menggunakan banyak tombol disana-sini. Kini hanya joystick pengatur koordinat dan juga beberapa angka ditambah simbol, apa yang Max ingin lakukan pasti bisa terpenuhi.
" Hebat! Hebat sekali! Baru kali ini aku terkesan akan sebuah karya. Kamu memang hebat! Tetaplah bekerja untukku!", puji Max pada Beno.
Tak terasa malam telah mencekam. Andre dan Beno diijinkan beristirahat ke kamar. Max juga ikut menyusul masuk ke kamarnya.
Saat tubuh telah merebah, tinggal menunggu kantuk yang tak kunjung melanda.
" Dre? Apa yang akan kita lakukan selanjutnya? ", tanya Beno yang matanya masih terjaga.
Andre yang masih sama-sama terjaga ia hendak mengusulkan sesuatu, " Kita..". Tapi sebelum ia meneruskan berbicara, Beno memotong pembicaraannya, " Tunggu Dre. Apa itu? Seperti...".
" CCTV?", ungkap Beno akan apa yang ia lihat.
Beno segera meraih cctv yang terpasang di pojokan langit-langit kamar, memutus kabelnya. Ia segera turun pijakannya. Dan menunjukkannya pada Andre. '3204?' Angka ini lagi?