"Kihran? Pacar Vian??" raka kian tak paham.
Thomas mengabaikan pertanyaan Raka, lelaki berambut platinum ini memilih bangkit dari duduknya.
"Apa kalian ingin menjenguknya juga?" Thomas mengalihkan perhatian mereka.
"Menjenguk siapa?" tujuan raka datang ke tempat ini untuk Thomas. Bukan untuk yang lain.
"Boleh," Pradita berdiri menyambutnya, menyambut Thomas, pemuda berambut ungu ini mendekat dan sejalan kemudian langkah mereka diburu oleh Raka, "kabarnya dia-" ungkapan Pradita terhenti.
"Dia tidak seberuntung aku," Thomas menggenapi kalimat Pradita yang terpotong.
"benar kamu sudah sehat?" raka yang berjalan di belakang kala ketiga lelaki ini menaiki anak tangga menjadiakan dua di antara mereka berhenti melangkah.
"Apa arti memar dan lebam untuk seorang lelaki?" ujar Thomas, wajahnya memang masih lebam pada sisi kanan, sobek di bibirnya juga belum pulih benar, "Kita dibentuk untuk menerima keadaan ini bukan?"