"aku senang kamu datang," lelaki bermata biru baru keluar dari bentley dan dua lelaki lekas menyambutnya, selain sederet orang yang menunduk ringan tiap kali dia melintas.
seperti sebuah kebiasaan yang sulit di ubah, sang Presdir yang terkenal dingin tak memiliki kehendak untuk memasang wajah ramah kepada siapa pun yang ia temui.
Kalimatnya di tujukan pada seorang lelaki yang bekerja di bawah tanah, Vian memburu langkah gesit mahendra sama seperti si rambut platinum yang menyertai mereka.
"tentu saja, mana mungkin saya mengabaikan keinginan anda," mendengar pernyataan Vian, spontan mahendra menghentikan langkah kaki, tindakannya diikuti yang lain.
"benarkah?" alias Mahendra mengerut dan itu menjadikan sekelompok orang di sekitarnya menjadi awas. Memiringkan kepala dia menatap Vian dengan cara kurang menyenangkan.