Perempuan paruh baya lekas menanggalkan kesibukannya usai mendapatkan kabar kedatangan cucunya bersama sang istri. Dua buah telapak tangan mengatup bibir yang terbuka lebar. Dia menuju pintu utama, sayangnya, bukan dari sana rombongan memasuki rumah megah di lereng tepian gunung tersebut.
Sempat salah arah, suara asing dari empat buah roda hadir dari balik punggungnya. Pada detik itu, cara Sukma mengambil oksigen diseputarnya tak lagi sama. Awalnya, perempuan paruh baya ini tak berniat menunjukkan dukanya. Dia ingin menekan dalam-dalam segala lara yang menggantung di tenggorokan. Sayang sekali tatkala enzim di dalam rongga mulutnya ia telan, tak ada lagi yang tersisa. Segalanya menjadi kian sejalan dengan rasa sakit yang memasuki rongga-rongga lain dalam tubuhnya.