"ada cara lain, namun ini tak mudah," melihat harapan masih ada, tangisku hilang seketika, menangis tak menyelesaikan masalah, logikaku kembali bekerja.
"Ini sangat tak mudah, terutama bagi ibu, dan ada syarat yang harus terpenuhi terlebih dahulu," kalimat sang dokter menyita seluruh perhatianku. "jika tak ada pendarahan lagi, sampai dua puluh empat jam ke depan, akan saya tawarkan cara lain selain melahirkan prematur," mataku dan mata Mahendra bertautan.
'Ada harapan, aku masih belum gagal,' bibirku tak berucap, tapi aku tahu Hendra yang detik ini menatapku dan mengangguk padaku telah memahami bahwa aku menginginkan itu.
Tubuhku di dorong keluar ruangan dan suster mengatakan padaku bahwa aku tidak diizinkan bangkit. Aku di minta untuk merebah diri di ranjang.