"Dia datang," seorang perempuan berbisik lirih memberi tahu dua perempuan yang lain yang sejujurnya sama-sama mendengar langkah kaki dan percakapan ringan pria tersebut. Udara hangat menyusup dari celah pintu geser yang tak tertutup.
Pria itu terdengar meminta maaf atas keterlambatannya, uniknya ia minta maaf pada waiters restoran dan teramati berdiri di ambang pintu yang terbuat dari kayu bercelah-celah yang tertutupi lapisan kertas.
Entah mengapa pria yang menjamu tiga perempuan tersebut memilih ruangan berkonsep japan akan tetapi masakan yang tersaji khas Asia tenggara. Nyentrik, itu yang menjadi kesan pertama bagi ketiga gadis yang belum berani menyentuh apa pun di hadapan mereka.
"Saya pikir Anda-Anda akan menikmatinya lebih dahulu," Thomas masuk dan spontan tiga pasang mata mengamatinya.