"aku tidak mengerti denganmu?" Dhea menggeleng kepalanya. Dia masih belum bisa memahami emosi berbeda yang di suguhkan Aruna. Sang sahabat tampak bukan lagi gadis dengan emosi tenang. Aruna sepeti lepas bebas dan tidak terkendali.
"bagian apa yang tak kamu mengerti?" Manik mata coklat bergerak menangkap wajah Dhea.
"Dirimu," tegas memberitahu, Dhea tak menemukan Aruna yang dia kenal selama ini.
Perempuan Hamil ini sekedar tersenyum, meneguk zat cair terakhir di gelasnya. "Saat kita menikah sebagian hidup kita di pengaruhi suami kita. Terlebih ketika hamil, aku merasa separuh diriku tersisihkan dan jiwa asing yang selama ini bisa kita kubur dalam-dalam menguar begitu saja, tak terkendali, ada ambisi yang diam-diam muncul ke permukaan. Ini aneh, sayangnya aku benar-benar kehilangan daya menahan dorongan itu,"
"Kamu kehilangan mimpi-mimpi indah di masa muda. Dan.. Apakah ini wujud protes itu?" Dhea memproses argumentasinya.