"Enggak, hehe, supaya dramatis saja," kekeh Dea.
"Baiklah, beritahu aku yang lainnya,"
"Yang lain??"
"tadi kamu masih nyebutin empat,"
"Oh.. kau mendengarkan kata-kataku?? Tumben,"
"Ayu lah Dea.." mulut mencucuh Aruna sungguh lucu. Tak kuasa Dea menolaknya.
"tapi temani aku mengantar bekal kak Surya ke ruangannya," Dea tidak mengenali ruang-ruang di kantor ini, sejujurnya Aruna sama tak tahunya.
"Baik, kita cari sama-sama ruangan kak, eh, dari kapan kamu memanggil pak Surya jadi -Kak??" Dua gadis ini berjalan beriringan dan saling menggoda satu sama lain.
"Hehe, sejak dia minta di panggil kak, supaya perbedaan umur kita tidak mencolok,"
Aruna tak kuasa menghalau keinginannya untuk tertawa melihat wajah Dea merah.
.
.
"Benar di sini?" Dea mengintip pintu kaca, dalamnya berisikan banyak pekerja, akan tetapi sosok suaminya tak terlihat.