"Papamu pernah berkata pemuda yang di dinding kamar Marisa adalah putranya. Aku hanya tertawa karena kau terlihat begitu tampan di banding dia," tiba-tiba suara ini terhenti.
"Siapa itu?" tangan pemuda ini menunjuk sesuatu, sebuah foto anak kecil berbingkai putih.
"Itu kamu, kan." Perempuan berkerah V turut serta memalingkan wajahnya mengamati foto yang ditunjuk oleh Danu Umar.
"Papa mu bilang itu foto putranya," lengkapnya.
"Oh, aku hanya memastikan," sejujurnya Damar sempat terkejut karena dia melihat foto kecilnya sendiri. Dia tidak yakin dirinya masih menjadi bagian dari ingatan laki-laki bernama Amar. Sejujurnya Damar sendiri tidak tahu wajah ayahnya. Antara dilarang oleh bu HRD dan dia juga tidak berminat sama sekali.
"Bagaimana kabar mamamu?"