Tải xuống ứng dụng
14.28% [BL] Aku Akan Menangkapmu / Chapter 2: Pertemuan

Chương 2: Pertemuan

"Ellleeeennn, cepat turun sayang..." Teriak ibu Elen ( Nurlin ) dari ruang tamu.

Elen tersentak kaget dari tidurnya ketika mendengar teriakan yang cukup menggelegar dari ibunya.

"Ah, ketiduran di meja lagi."

Elen, entah kenapa pria ini bisah tumbuh menjadi seorang pria yang sangat cantik dan manis, dan bukan saja itu, pengaruh selalu mengurung dirinya di dalam kamar di karenakan pekerjaanya sebagai penulis komik dan novel-novel romansa membuat dirinya jarang terkena paparan sinar matahari.

Kulitnya dulu yang berwarna putih langsat kini telah berubah menjadi seputih susu, dan tubuh serta tingginya di bilang cukup mungil bagi seorang pria berusia 24 tahun.

Sangat manis dan mungil.

Elen menatap jam yang berada di ponselnya.

"Jam 3 sore."

Setelah mengatakan itu, Elen langsung bergegas ke kamar mandi untuk menyikat gigi serta mencuci wajah mengantuknya. Dan setelah itu Elen bergegas turun ke bawah menemui ibunya yang selalu dia anggap sebagai mak lampir rumah.

Seorang pria bertubuh tegap, yang saat ini sedang duduk di ruang tamu sambil menyilangkan kakinya dan menopang dagu miliknya menatap intens sosok pria mungil dan manis yang tengah berjalan perlahan menuruni tangga. Wajah pria itu cukup terkejut, namun tidak terlalu ia nampakan di depan orang lain.

"Elen sangat maniskan?" Bisik seorang wanita yang duduk di samping pria tegap tersebut.

"Bunda ada apa?" Tanya Elen sesampai di ruang tamu.

"Duduk"

Elen mengambil tempat duduk berhadapan dengan pria bertubuh tegap tersebut.

"Hallo Elen." Sapa Lina.

"Tante kapan tiba? Bukannya seharusnya tante sama kak Ros menjemput Tandri di bandara?" Kata Elen.

"Tante sudah menjemput Tandri 3 jam yang lalu."

"Oh benarkah. Maaf Elen tidak bisa ikut menjemput."

Lina, "Hmm.. tidak masalah."

Elen menggaruk lehernya yang tidak gatal sambil menatap pria yang berada di depannya dan kembali menatap tante Lina.

"Di ... mana Tandri?" Ucap Elen ragu-ragu.

Perkataan Elen tersebut sontak membuat Nurlin, Lina, Ros, dan Reni menahan tawa.

Melihat ekspresi keluarganya itu kini membuat Elen kebingungan.

.....

Di dalam kamar Elen. Kedua pria muda tersebut tengah duduk di posisi mereka masing-masing. Tandri menatap intens Elen dari ujung kepala sampai ujung kaki. Hal itu membuat Elen sedikit merasa tidak nyaman.

"Jangan terus menatapku." Kata Elen sambil mengarahkan pandangannya ke arah lain.

"Kenapa aku tidak boleh menatapmu?!"

Elen menatap Tandri yang sedari tadi selalu saja berwajah datar.

"Aku merasa tidak nyaman."

Tandri berdiri dari kursi belajar dan berdiri tepat di depan Elen yang tengah duduk di samping tempat tidur.

"Ap–apa?"

"Berdiri."

"Kenapa aku harus berdiri?"

"Berdiri!" Ucap Tandri tegas.

Mendengar suara Tandri yang sedikit meninggi, membuat Elen mau tak mau berdiri dari duduknya.

Kini kedua pria tersebut berdiri dengan jarak yang di bilang cukup dekat.

Tandri, "Kau sangat pendek."

Elen, "..."

Elen merasa seperti terkena hukum karma dari yang kuasa. Seorang pria yang selalu ia buli waktu kecil karena bertubuh pendek, gemuk, dan jelek, kini telah tumbuh menjadi seorang pria yang bertubuh tinggi tegap, dan berwajah sangat tampan rupawan.

Elen menatap dirinya sendiri. Bertubuh pendek hanya sebahu Tandri, berbadan mungil seperti seorang perempuan, dan sama sekali tidak memiliki wajah tampan.

"Kenapa? Mengoreksi diri?" Tandri mengangkat dagu milik Elen agar mendonga ke atas.

"Aku tidak menyangka, kamu akan tumbuh menjadi pria yang sangat manis, Elen..."

Tandri menundukan kepalanya dan berbisik di telinga Elen, "...di inggris, Pria manis sepertimu sangat di minati para pria Gay." Tandri menjilat dan menggigit daun telinga Elen penuh penghayatn.

Elen terkejut dan langsung mendorong Tandri agar menjauh darinya, namun di cegat cepat oleh Tandri dengan pelukan erat pada Elen.

"Tandri apa yang kamu lakukan?"

Bukannya berhenti, Tandri malah lebih gencar menyerang leher Elen dengan gila. Karena terlalu banyak perlawanan dari Elen, kini membuat kedua pria tersebut jatuh di atas tempat tidur.

"Tandri hentikanmmm... Mmmm..."

Tandri membekap bibir Elen dengan bibir miliknya sendiri. Elen merasa resah dan gila. Bagaimana tidak, ia sama sekali tidak mampu membuat perlawanan dikarenakan pergerakanya dikunci oleh Tandri.

Setelah beberapa menit kemudian, barulah Tandri melepaskan Elen dari kungkuhannya.

Elen memojokan dirinya di sisi kepala tempat tidur dan berkata dengan ngos-ngosan, "Kamu, kenapa kamu menciumku?!"

"Apa itu ciuman pertamamu?"

"Tidak,"

"Kurasa begitu."

Elen, "..." Aku harus menjauh dari Tandri.

Tandri berdiri dari tempat tidur dan berjalan menuju meja yang berserakan buku-buku novel romansa. Ia mengambil salah satu novel yang berada di atas meja dan membuka perlahan lembar demi lembar.

"Aku dengar dari ibumu, kalau kamu menjadi seorang penulis novel-novel romansa. Aku mengira ibumu hanya bercanda, namun ternyata itu benar."

Tandri melihat perusahaan tempat di terbitkan semua novel milik Elen, dan ekspresi yang muncul pada wajah tampannya adalah senyum yang sangat menawan dan misterius. Tandri menaruh kembali buku novel tersebut di atas meja dan menghampiri Elen yang sedari tadi tidak bergerak sedikitpun dari tempat tidur.

Merasa dirinya terancam, Elenpun dengan cepat menarik selimut untuk menutupi sebagian dari tubuhnya.

Melihat tingkah Elen tersebut membuat Tandri tersenyum miring. Tandri melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Elen intens.

"Elen ... Ngeseks denganku."

.

.

.

Bersambung ...


Chương 3: Keterlaluan

Aldo, "Hoy~ orang-orang melakukan pertemuan di restoran, cafe, atau di tempat lainya. Tapi kenapa kita melakukan pertemuan pribadi di taman bermain dekat rumah kita sendiri!?"

Govinda, "Ia benar, kenapa di taman bermain? Biasanya kita selalu membahas sesuatu yang penting di rumahmu. Dan ada apa juga dengan wajah kusutmu itu? Sangat tidak sedap di pandang."

Kedua sahabatku sedari lahir itu kini sedang menatapku dengan penuh tanda tanya besar di kepala mereka. Jika ini sebuah Comik atau film anime, mungkin saja si penulis akan menggambarkan tanda tanya besar di atas kepala mereka berdua.

"Tandri kembali." Tampa embel-embel panjang aku langsung mengungkapkan apa yang akan aku ucapkan kepada mereka berdua.

"Tandri siapa?" Jawab Aldo dan Govinda secara bersamaan. Sialan, apa mereka sudah melupakan manusia satu itu?

"....!!"

Oh tidak, tentu saja mereka sudah melupakannya seperti halnya dengan diriku. Siapa yang mau mengingat seseorang yang pergi selama 13 tahun tampa ada kabar itu?

Elen, "Tandriasrullah Saputra Brawijaya!!"

"Apah!!! Tandriasrullah Saputra Brawijaya!!" Serempak.

Govinda, "Lalu apa masalahnya dengan dia kembali ... Dan ada apa dengan wajah khawatirmu itu?"

Aku memijat pelipisku yang sudah nyut-yutan ini, dalam hati kecilku, aku berteriak, sialan tentu saja aku khawatir dengan kedatangan sekaligus keberadaanya di sini, itu membuatku merasa sangat tertekan. Bagaimana tidak, pria gila itu ingin meniduriku sampai mati.

"Aku khawatir jika kita bertiga akan di tin..." (tindas olehnya)

"Elen, kau disini ternyata."  Aku membulatkan kedua mataku, suara berat itu, itu suara Tandri. Aku langsung dengan cepat kilat menengok ke asal suara.

Cup...

Sialan orang gila ini menciumku lagi.

"Apa yang kamu lakukan?!" Aku berteriak panik dan berdiri menjauh dari tempat aku duduk tadi.

"Menciummu." Jawab pria gila itu santai.

Kedua sahabatku menatapku bingung. Mengerti dengan tatapan mereka, akupun cepat-cepat menjelaskan sebelum terjadi kesalahpahaman.

"Ini tidak seperti yang kaliana pikirkan ... Pria ini..." Aku menunjuk tepat di depan Tandri.

"Dia Tandri."

Kedua sahabatku terkejut, "Apa!! Tandri!!"

Aldo, "Shia, bagaimana mungkin?!"

Aku melihat wajah kedua sahabatku yang terlihat sangat terkejut sekaligus syok itu. Lihat apa kalian berdua masih mau meremehkannya!

Elen, "Kenapa kamu mencariku?"

"Rindu."

"....!"

Apa-apaan dengan jawabanya itu. Sangat menjengkelkan.

Pria gila itu berjalan dengan santainya ke tempat yang aku duduki tadi. Kedua bola mata tajam miliknya kini mengarah ke pasir yang biasa di mainkan anak-anak komleks ini.

"Apa kalian bertiga sedang menghitung butiran pasir?" Ucapnya dengan tampang mengejek kepada kami.

Dari pada merasa terancam di dekat pria gila ini, akupun mengajak teman-temanku bergegas pergi meninggalkan pria gila itu sendirian di taman bermain anak-anak. Saat berjalan pergi, aku sempat meliriknya sedikit, dia terlihat diam dengan wajah datarnya, matanya melirikku dengan sangat tajam dan mematikan, melihat itu akupun cepat-cepat membuang pandanganku ke arah lain.

Benar-benar. Aku benar-benar harus menjauh dari Tandri, apapun yang terjadi.

Aku yakin sekali, maksud dan kedatangannya kembali ... dia hanya ingin membalas apa yang telah aku dan teman-temanku perbuat sewaktu masa kecil.

Aku tidak tahu, apa yang dia lakukan setelah pergi meninggalkan rumah dan tinggal di Inggris. Dia pasti tertekan dan berusaha sangat keras agar bisa mendapatkan tubuh ideal seperti itu.

Sudah lupakan, aku tidak ingin lagi memikirkannya.

Aku dan kedua sahabatku berjalan menuju rumah Aldo yang tidak jauh dari rumahku. Hanya melewati 6 rumah dari rumahku untuk sampai ke rumah Aldo.

Dan rumah Aldo bersebrlahan dengan rumah Govinda.

Kami semua adalah tetangga satu Blok.

.....

Govinda, "Bagaimana bisa dia tumbuh menjadi sangat tinggi dan tampan seperti itu!!?"

Aldo, "Tinggiku saja 180 cm, namun masih juga terlihat pendek jika berada di dekatnya."

"Kamu masih mendingan, nah aku ... tinggiku hanya 175 cm. Dan bagaimana denganmu Elen, berapa tinggimu?"

Kedua sahabatku itu menatapku intens.

"Jangan bertanya, aku merasa seperti tuyul jika berada di dekatnya."

Beberapa saat kemudian, kami bertiga terhanyut dalam pikiran kami masing-masing.

"Elen kalau boleh jujur nih..." Aku dan Govinda menatap Aldo yang kini sudah berwajah serius. Jujur saja aku sedikit terkejut dengan wajah Aldo yang serius seperti ini. Biasanya Aldo menggunakan tampang itu pada saat bekerja sebagai dosen Psikologi di Universitas B.

".. sebaiknya kamu menghindari Tandri deh, entah kenapa, aku melihat cara dia menatapmu dan cara menatap Aku dan Aldo, sedikit berbeda"

"Be–berbeda gimana?" Jujur aku sangat gugup saat ini.

"Gimanayah mau jelasinya, intinya dia menatapmu dengan tatapan penuh napsu birahi. Seperti seorang pria menatap seorang wanita berdada besar dan bohay."

"Sialan," Spontan aku refleks menutup tubuhku dengan kedua tanganku, "jangan membuatku takut... Kenapa hanya aku yang di tatap seperti itu olehnya?"

Aku melihat Govinda sedikit memikirkan sesuatu, "Mungkin kamu terlalu cantik dan imut, sampai membuatnya tertarik!"

Elen, "..." ( – _ – )

Aku menatap kedua sahabatku dengan tatapan was-was, "Apa kalian berdua juga tertarik padaku?"

.

.

.

Bersambung . . .

😖 Tidak bisa berpikir 😫😫😫


Load failed, please RETRY

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C2
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập

tip bình luận đoạn văn

Tính năng bình luận đoạn văn hiện đã có trên Web! Di chuyển chuột qua bất kỳ đoạn nào và nhấp vào biểu tượng để thêm nhận xét của bạn.

Ngoài ra, bạn luôn có thể tắt / bật nó trong Cài đặt.

ĐÃ NHẬN ĐƯỢC