Tải xuống ứng dụng
90.47% Istri Kecil CEO Tampan & Dingin / Chapter 76: Bab 76

Chương 76: Bab 76

"Tentu saja. Kamu kira aku main-main dengan janjiku. Ku pastikan sekarang Dona mengincar Dinda karena dia tau kamu sangat menyayanginya."

"Sialan wanita itu." umpat tuan Arjun.

"Kau siap-siap saja dengan adegan selanjutnya. Jangan terpancing emosi."

---

"Dona memang yang awalnya menaruh udang yang telah ia cincang kecil-kecil itu. Tapi Nike juga menambahkan untuk membuat nama Dona buruk di matamu. Aku dapat memastikan jika abdi dalem itu di siap agar mengatakan jika Dona saja yang mencelakai Dinda."

"Kenapa lama-lama dia semakin menjadi-jadi." tuan Arjun geram.

"Dia cemburu Arjun. Kamu sangat menyayangi Dinda dan kamu telah mengabaikan cinta Dona."

"Kamu tau sendiri kan. Aku menikahi bukan karena aku yang menginginkannya tetapi karena ibuku."

"Maka dari itu, sekarang kamu harus menjaga Dinda lebih ketat lagi. Apalagi Bima sudah mulai merangkak ke kediaman ini. Dia meletakkan beberapa kaki tangannya sebagai mata-mata di sini."

"Darimana kamu tau itu?"

"Kebetulan aku melihat seseorang pengawal membuat celah di tembok pembatas di belakang paviliun mu ini. Dan Dona juga berada di sana untuk mengawasi."

Tuan Arjun Saputra melenguhkan nafas panjangnya.

"Rupanya Dona sudah semakin berani, aku diam hanya sedang menunggu kesempatan." kata tuan Arjun sembari mengepalkan tangannya.

Setelah mengatakan hal itu, benar saja malamnya bangunan di belakang kediaman tuan Arjun Saputra rubuh dan pencurian dokumen pun terjadi.

"Kamu lihat sendiri kan Arjun, dugaan ku tidak salah. Aku yakin, jika Dona adalah dalang di balik semua ini."

"Kurang ajar sekali dia. Untunglah aku telah menyembunyikan dokumen yang paling penting di tempat yang aman. Aku hanya menyisakan dokumen tentang bisnis pertamaku."

"Sudah jelas bukan Dona itu seperti apa? Kenapa kamu tidak kunjung memberikannya pelajaran?"

"Aku ingin, tapi buktinya belum kuat untuk menyeret Dona. Kita tunggu saja sampai dia lengah."

----

Tok.... Tok.... Tok.... Tok....

Tuan Arjun Saputra yang tengah berdiskusi dengan Rendy di kejutkan dengan ketukan pintu yang terus terjadi.

"Buka pintunya." perintah tuan Arjun pada Rendy.

"Baik tuan."

"Hah hah.... Kamu ini lama sekali membuka pintunya."

"Bella, kenapa kamu panik?"

"Cepatlah kamu pergi Arjun, Dona tengah mengacungkan pisaunya pada Dinda."

"Apa kamu bilang? Bagaimana bisa?"

"Sudah cepat sana hentikan wanita ular gila itu."

Tuan Arjun Saputra segera bergegas untuk melerai Dona dan Dinda yang tengah berkelahi.

"Rendy cepat kamu siapkan tempat eksekusinya. Dan kalian ikut denganku." kata tuan Arjun kepada Rendy dan beberapa pengawalnya.

Kalian semua pasti tau kejadian setelahnya bukan?

{Flashback Off}

---

Dona di bawa jalan-jalan dengan kursi rodanya oleh Denok yang juga belum pulih benar kondisinya. Namun sebagai abdi dalem yang setia, tentu Denok tidak enak hati jika terus mengabaikan nyonya nya yang bosan berbaring di tempat tidur.

"Apa nyonya yakin ingin jalan-jalan? Suasananya tengah berangin begini. Saya takut nyonya akan masuk angin nanti." kata Denok khawatir.

"Aku bosan di dalam Denok."

"Ya sudah, tapi ini tidak boleh terlalu lama ya nyonya."

"Ya, sekarang ayo kita ke sana. Aku ingin melihat pemandangan di dekat kolam ikan di taman."

Denok membawa Dona pergi ke area gedung utama, memberikan makan ikan yang gemuk-gemuk di sana.

Dinda yang kebetulan baru keluar dari paviliun tuan Arjun tidak sengaja bertemu dengan mereka berdua.

"Hei itu ular berbisa, hmmm menarik."

Dengan riang Dinda melenggang ke arah mereka berdua.

"Halo mbak." sapa Dinda.

Dona menarik nafas panjangnya ketika mendengar suara orang yang sangat ia benci itu.

Dengan tubuh yang masih terasa sakit, Dona memaksa menoleh pada Dinda yang tengah cengengesan padanya.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Dona.

"Mau apa? Loh bukannya ini tempat umum ya. Ini bukan paviliun mu kan?"

"Denok ayo kita pergi saja."

Grep.... "Awwww...."

Ketika Denok hendak mendorong kusi rodanya. Dinda tidak sengaja meremas luka di tangan Denok yang di perban.

"Ups maaf, aku sengaja."

"Kamu ini...."

Dinda melotot "Kau??"

"Maksud saya nyonya." kata Denok gugup.

"Hemmmm.."

"Sudahlah Denok, cepat bawa aku kembali. Aku malas melihat setan kecilnnya Arjun ini di depanku."

"Hoh, ular berbisa ku tidak berdaya ternyata. Apakah bokong mu sakit sehingga tidak nyamannnknk,.

.

duduk di kursi roda itu? Mau aku bantu berdiri."

"Denok cepat kita pergi dari sini."

Denok tidak berani, Dinda menatapnya tajam saat hendak mendorong kursi rodanya.

"Mbak Dona, kenapa mbak gugup begini ketika bertemu Dinda. Aku bukannya mengigit juga. Ingat setan kecil seperti ku ini tidak bisa mengigit ataupun mematuk, aku hanya bisa menggentayangi mu saja. Dan menari-nari di pikiranmu itu. Hiiiiiihi...." kata Dinda sembari menirukan tawa salah satu hantu yang paling populer di Indonesia.

"Sudah bicaranya?" tanya Dona.

"Bukan bicara mbak. Dinda sedang bersabda tau. Hahahaha."

Dona terpaksa mengelus dadanya untuk menahan kesabarannya. Tingkah usil Dinda begitu membuat Dona tidak nyaman. Ingin marah tapi tidak bisa, ingin membalas tapi tidak berdaya. Dan ingin pergi tapi abdi dalem nya sedang tidak berguna.

"Puas kau melihatku seperti ini?"

"Hah? Sebenarnya Dinda belum puas sih. Gimana kalau cambukan itu di reka ulang. Sayang banget Dinda nggak live menontonnya ketika mbak Dona di cambuk."

"Kau...."

"Husssstttt mbak Dona, jangan bergerak lihat wajahmu itu. Nanti perbannya geser deh, kan nggak cantik."

"Pergi kau dari sini sekarang juga."

"Ah mbak Dona nggak asik banget deh. Gini saja, gimana kalau kita lomba lari saja. Kalau mbak Dona menang, Dinda janji nggak akan ganggu mbak Dona lagi deh."

"Tapi nyonya Dona bahkan duduk di kursi roda. Bagaimana caranya untuk lomba?" Denok menimpali.

"Pertanyaan bagus. Aha.... Begini saja. Kamu mendorongnya sementara aku berlari. Gimana?"

"Tapi tangan Denok sakit."

"Ah kalian ini banyak alasan saja deh. Ya sudah Dinda saja deh yang dorong."

"Jangan coba-coba, singkirkan tanganmu itu."

"Anggap saja ini healing mbak Dona. Pasti mbak Dona bosan kan tiduran terus di kamar."

Wusssshhhh....

"Aaaaahhhh.... Dinda.."

"Lihatlah mbak Dona, ini sangat menyenangkan bukan."

"Kau.. Hentikan. Aku mual."

"Ayolah mbak, jarang-jarang kan kita jadi akrab begini?"

"Tak sudi akrab denganmu Dinda. Hentikan lajunya."

Terpaksa Dinda menghentikan laju kursi roda Dona, sayangnya Dinda berhenti di jalan yang sedikit menanjak.

Perlahan kursi roda itu berjalan mundur.

"Dinda, tolong aku. Kenapa ini mundur. Dinda!!" seru Dona panik.

Dinda hanya menyilangkan tangannya acuh "Mbak Dona bilang tidak sudi akrab denganku, lalu kenapa sekarang meminta pertolonganku. Aneh banget emang."

Untungnya Denok dengan sigap menghentikan laju kursi roda Dona sebelum jatuh menggelinding.

"Sudah ya, Dinda capek. Mau mandi wajib dulu. Bye gaes."

Dengan ekspresi tidak merasa bersalah, Dinda meninggalkan Denok dan Dona yang berkeringat karena kejahilan setan kecil kesayangan tuan Arjun Saputra itu.

----

Cetaaaasssss....

"Kau jahat Arjun!! I hate you."

Cetaaaasssss....

"Aargghh... A-aku bersumpah tidak akan memaafkanmu!!"

Cetaaaasssss....

"Stop Arjun !! Please."

Cetaaaasssss....

"Sakit Arjun.. Hiks."

Cetaaaasssss....


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C76
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập