Tải xuống ứng dụng
56.52% DUNGEON : ARTIFICAL / Chapter 12: Kelemahan

Chương 12: Kelemahan

Di siang hari yg terik itu, Ray dan Azura berjalan beriringan menuju ke penginapan tempat Ray menginap. Sesuai yg dikatakan, Ray akan membayar biaya penginapan Azura selama mereka masih di kota Veabelghan.

Tatkala masuk ke aula, Ray melihat sosok pemuda berjubah hitam dengan tangan besi yg aneh. Setelah ia amati, ternyata orang itu adalah Shiro. Ray pun bergegas menyapanya.

" Oi Shiro!" Panggil Ray. Shiro berhenti tepat setelah panggilan Ray dan menoleh kearahnya.

" Ray?...apa yg kau lakukan disini?"

" Seharusnya aku yg bertanya begitu..apa kau menginap disini?" Tanya Ray. Seperti sebelumnya, Shiro memasang ekspresi dingin.

" Itu bukan urusanmu" jawab Shiro " aku tak punya waktu berbicara dengan mu Ray, aku pergi dulu"

" Y-ya...sampai nanti" jawab Ray bersamaan dengan perginya Shiro.

" Siapa dia?" Tanya Azura.

" Petualang yg baru-baru ini aku kenal" jawab Ray. " Namanya Kurosaki Shiro..."

" Shiro? Nama yg aneh...dan juga, sepertinya ia orang yg kuat" ucap Azura. " Aura yg ia pancarkan begitu kuat, dan berkesan gelap.."

" Ya...aku rasa juga begitu..." Jawab Ray. Ia membatin. " Sepertinya walaupun aku tak membantunya waktu itu ia tetap akan menang..."

Ray pun kembali menjalani urusannya. Ia menyewa satu kamar yg berdekatan dengan kamar mereka untuk Azura.

" Tunggu, kenapa tidak kau biarkan saja aku tidur di kamarmu? Itu akan lebih menghemat pengeluaran" usul Azura.

" Tidak, aku tak ingin kau tidur dikamar yg sama dengan Lily " jawab Ray tegas

" Pacarmu?"

" D-dia temanku!" Jawab Ray. " Sudahlah, ini kuncinya. Aku mau kembali ke kamarku"

" Ya, terimakasih."

Setelah memberi kunci ke Azura, Ray bergegas pergi dengan sekantong roti dan buah-buahan yg ia beli ke kamarnya. Disana , Lily sudah menanti kedatangan nya. Tapi ia terlihat marah.

" A-ada apa..Lily?" Tanya Ray cemas kalau ia melakukan kesalahan.

" Lama sekali!! Kau sudah keluar selama tiga jam lebih!! Apa yg kau lakukan sih?!" Tanya Lily.

" M-maaf, ada sedikit masalah tadi.." jawab Ray. Ia menyodorkan kantong yg ia bawa ke Lily, sebagai permintaan maafnya. "Ini makanlah, aku membeli roti dan beberapa buah.."

Lily memandangi roti dan buah itu. Ray meletakkan makanan-makanan itu diatas meja.

" Kalau kau tak mau yasudah, biar ku makan" ucap Ray.

" B-baiklah, akan kumakan"

Akhirnya Lily mulai bergerak memakan roti yg disuguhkan itu dengan lahap. Kelihatan sekali kalau ia kelaparan. Sepertinya ia menunggu Ray datang membawa makanan dari tadi. Ray tersenyum memandangi Lily.

" K-kenapa senyum-senyum begitu?!" Tanya Lily agak tergagap.

" Tidak ada, melihat ini membuatku teringat masa lalu..." Jawab Ray. " Saat kita berlima makan roti bersama di rumah Magus..."

" Ray...kau masih menyesali hal itu?" Tanya Lily.

" Tentang apa?" Tanya Ray. Lily terdiam sejenak

" Mereka semua mati agar kita berdua bisa selamat "

" Jangan dipikirkan lagi" ucap Ray menghentikan kata-kata Lily. " Aku yakin Magus, Zayne, dan Monica juga akan mengatakan hal yg sama. Ini pilihan mereka. Semuanya sudah terjadi. Yg bisa kita lakukan hanyalah melanjutkan apa yg tak bisa mereka capai..."

Lily menatap wajah Ray yg melempar senyuman penuh semangat kearahnya. Lily ikut tersenyum. Jika biasanya Lily yg bertugas menyemangati teman-temannya, kali ini Ray lah yg berusaha menyemangatinya.

Setelah pembicaraan itu selesai, Ray diam. Ia seperti sedang menikmati sesuatu. Lily menyadari itu dan langsung menegurnya.

" Apa yg kau pikirkan Ray?" Tanya Lily.

" Ah, tidak ada. Bukan masalah besar kok" jawab Ray. Tetap saja ia tak bisa menghilangkan rasa curiga Lily

" Katakan Ray" pinta Lily. Ia menatap tajam kearahnya.

Tak ada cara lagi untuk mengelak dari pertanyaan Lily. Ray menghela nafas panjang.

" Lily, esok lusa kita akan berangkat ke kota Barelight. Azura yg akan mengantar kita... setelah itu kita harus mencari seorang Healer untuk menyembuhkan mu... setelah itu..."

" Setelah itu apa?" Desak Lily.

" Aku akan menjadi petualang...tapi itu berbahaya untukmu. Karena itu kau harus kembali ke desa... setelah menyembuhkan mu kita akan Langsung ke desa philiya"

Suara tepukan meja terdengar keras. Lily menatap tajam ke muka Ray. Ia memakai ekspresi marah dan kesal. Ray sudah menduga ini akan terjadi.

" aku marah Ray." ucap Lily. " Kau tak boleh egois seperti itu! Kau juga harus memikirkan perasaan orang lain! Aku akan ikut bersamamu"

" Lily, dunia luar itu sangat berbahaya untuk orang sepertimu"

" Dan itu juga berlaku untuk orang sepertimu!" Bantah Lily. " Aku tak mau berdiam diri dengan aman di desa sedangkan temanku satu-satunya mengarungi bahaya sendirian. Aku akan ikut bersamamu kemanapun kau pergi"

" T-tapi Lily.."

" Tak ada tapi-tapian. Aku akan tetap disisimu sampai akhir hayatku! Titik!" Jawab Lily. Ray terdiam. Lily yg sudah membuat keputusan tak akan bisa ia cegah. Ia hanya bisa menerima dengan lapang dada.

" Huh, sepertinya percuma aku melarangmu lagi" ucap Ray lesu " kau pasti akan menolaknya lagi kan?"

" Eum, aku senang kau mengerti itu" jawab Lily tersenyum bangga. " Tenang saja Ray, kali ini aku pasti berhasil menyelamatkanmu"

" Hm, baiklah. Mohon bantuannya Lily" ucap Ray

" Hehe, serahkan saja padaku"

________________________________________________

Hari semakin gelap. Sepertinya waktu sudah mendekati pertengahan malam. Ray masih terbangun membaca sebuah buku yg ia dapat dari Azura. Sedangkan Lily tidur dengan lelap diatas kasur yg empuk.

Ditengah-tengah keheningan malam, ia mendengar suara langkah kaki diluar. Ia melihat dari jendela. Seorang pemuda keluar menuju arah gang. Rasa penasaran dan selalu ikut campur nya kembali bangkit. Apalagi orang itu adalah kenalannya.

" Itu.. Shiro. Tapi apa yg dilakukannya malam-malam begini?"

Rasa penasaran nya itu membawa tubuhnya bergerak mengikuti Shiro. Ia keluar dan diam-diam membuntuti Shiro dari belakang. Setelah beberapa menit berjalan, Shiro berhenti di sebuah lapangan kecil. Ia berdiri menatap ke langit.

" Kenapa kau membuntuti ku ?" Tanya Shiro tiba-tiba. Ray sedikit terkejut, bagaiman ia bisa tahu keberadaan nya?

" Kau sadar ya..." Jawab Ray.

" Hawa keberadaan mu terlalu terlihat" ucap Shiro. " Apa yg kau lakukan?."

" Ada beberapa hal yg ingin kutanyakan" ucap Ray.

" Apa itu? Kuharap bukan pertanyaan tak berguna yg keluar dari mulutmu"

" Sebenarnya siapa kau ini?" Tanya Ray.

" Sudah kuduga, apa kau tak dengar penjelasan ku kemarin?" Tanya Shiro " aku sudah mengatakannya"

" Aku ingin lebih dari itu.." jawab Ray. " Shiro.. bertarunglah denganku"

" Ku tolak" jawab Shiro spontan " kau pasti berpikir untuk mencari tahu lewat pertarungan kan? Menyerahlah, itu percuma"

" Tidak ada kata percuma, kau hanya tak ingin mencobanya" balas Ray " kalau kau tak mau mencobanya, kau tak akan tahu"

" Kau ini keras kepala juga ya..." Ucap Shiro.

" Vixy, Artifical Sword : Seniorius"

Tanpa menunggu jawaban Shiro, Ray memanggil wujud pedang Seniorius Vixy. Ia juga menggunakan Gan dan Gin dalam wujud dua anak kecil.

" Ability Boost!"

Ray menggunakan ability boost dan melesat kearah Shiro. Gan dan juga Gin ikut maju menyerang.

" Dasar merepotkan" gumam Shiro. Ia tak punya pilihan selain mengikuti kemauan Ray. " Divine Step : Light Speed"

Sesaat sebelum Ray mendekat, Shiro tiba-tiba menghilang. Ia kembali muncul di tempat lain menodongkan sebuah senjata yg unik. Senjata itu berbentuk seperti tabung yg seutuhnya terbuat dari logam.

Sebuah benda berbentuk seperti peluru sihir yg terbuat dari logam meluncur kearahnya. Kecepatan serangan itu tak mampu ditepis dengan pedangnya. Ray kembali melesat dan hendak mendekati shiro. Dan lagi-lagi Shiro kembali menghilang dan muncul ditempat lain.

" Cih, kecepatannya tak masuk akal" pikir Ray " Maximum Ability Boost!"

Ray menggunakan Maximum Ability Boost dan menambah kecepatan geraknya. Tapi tetap saja itu masih kalah dari kecepatan light speed Shiro. Semua serangan yg dilancarkan Ray gagal. Sebaliknya, Shiro berhasil membuat Ray sedikit terluka. Gan dan Gin tak mampu mengimbangi kecepatan Shiro. Tak satupun serangan mereka tepat sasaran.

" Harus lebih cepat!" Pikir Ray lagi.

Semua serangan Ray hanya mampu mengenai jubah hitam Shiro. Shiro tak terluka sedikitpun. Sampai akhirnya, pertandingan ini berakhir. Ray menyerang Shiro dari depan dan tiba-tiba saja Shiro muncul dibelakangnya menodongkan senjatanya. Ray tak bisa bergerak lagi. Ia lelah dan juga terpojok. Ia kalah telak.

" Ray, kau punya tiga kesalahan besar dalam pertarungan mu ini " ucap Shiro " pertama, kau tak punya strategi. Kau selalu bergerak tanpa pikir panjang."

" Kedua, kau terlalu terburu-buru. Kau menyerang tanpa mempertimbangkan apa yg ada di sekeliling mu. Singkatnya, kau terlalu ceroboh."

" Dan yg ketiga, kau terlalu lambat."

" mungkin karena ini teman-temanmu mati di depanmu. Kalau memang benar, itu semua masuk akal"

Shiro menjelaskan semua kekurangan yg dimiliki Ray. Dan semua yg dikatakannya benar. Ray hanya terdiam mendengar kata-kata Shiro. Kata-kata yg begitu menusuk. Penyebab kematian teman-temannya adalah semua kelemahan ini? Itu benar. Ia merasa begitu bersalah.

" Tapi kau juga punya kelebihan" lanjut Shiro " kau tak kenal kata kalah. Walaupun kau tahu seperti apa hasil akhirnya, kau akan tetap berjuang. Kau akan tetap mencoba dan mencoba" ucap Shiro " dan mungkin karena itu, kau bisa melindungi temanmu yg tersisa itu"

Ray terkesima. Lagi-lagi kata-kata itu membuatnya sedikit lebih tenang. Ia masih memiliki harapan. Walaupun harapan itu ditutupi dengan kelemahannya, ia masih harus mencoba dan mencoba.

" Kau sudah puas dengan itu? Akhirnya kau tak dapat apapun tentang ku kan?"

" Tidak, kau salah. Aku dapat satu hal tentang dirimu" jawab Ray. " Kau orang kuat yg baik"

" Masa bodoh" jawab Shiro. Ia berpaling dan berjalan meninggalkan tempat itu

" Shiro tunggu! Ada satu pertanyaan lagi" panggil Ray.

" Apa lagi?"

" Senjata yg kau pakai itu.. senjata apa?" Tanya Ray menunjuk ke senjata yg dipakai Shiro tadi. " Bisa kau beritahu apa nama dan jenis senjata itu?"

" Kenapa? Kau ingin mencarinya? Percuma. Ini bukan senjata dari dunia ini" jawab Shiro " namanya senjata ini adalah Donner. Senjata Jenis Gun"

" Donner...jenis Gun ya..." Gumam Ray.

" Aku harus pergi, tak ada yg ingin kau tanya lagi kan?" Ucap Shiro. Ia kembali berjalan meninggalkan tempat itu.

" Shiro, suatu hari nanti aku pasti akan mengalahkan mu! Kita akan kembali berduel suatu saat nanti! Aku janji !!" Teriak Ray.

" Terserah padamu, aku tidak janji kalau kita akan bertemu lagi " jawab Shiro " selamat tinggal, Ray"

" Selamat..tinggal?" Gumam Ray. " Apa jangan-jangan, ia akan meninggalkan tempat ini?"

Shiro berjalan dan lenyap ditelan kegelapan malam. Ray masih berdiri di tengah lapangan itu.

" Terimakasih atas senjatanya, Shiro" gumam Ray tersenyum " Artifical Gun : Donner"

Pedang Seniorius berubah menjadi seperti senjata milik Shiro. Sebuah senapan muncul ditangan kanan Ray dan memancarkan aura yg kuat. itu adalah kemampuan dari roh seorang Spirit Rider. Mereka bisa meniru semua jenis senjata hanya dengan mengetahui nama, bentuk, dan jenis senjata yg akan ditiru. Kemampuan yg sedikit curang, tapi sangat berguna.

" Aku pasti akan jadi lebih kuat dan mengalahkan mu suatu hari nanti, Shiro.."


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C12
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập