"Sudahlah jangan di bahas lagi! Kamu melakukannya kan karena membela aku jadi wajar aku yang tanggung jawab!"kata Qiara sambil tersenyum manis.
Mendengar perkataan Qiara, Jesica hanya menarik nafas berat, dia tau betul betapa setia kawannya yang bernama Qiara, baginya Qiara adalah gadis yang unik, dia hidup dengan caranya sendiri dan tidak pernah perduli dengan apapun selama apa yang dia lakukan itu benar maka dia tidak akan pernah takut dan mundur satu langkahpun.
Dari suatu tempat, Qiano yang pemasaran dengan apa yang akan Qiara lakukan, memilih keluar dari kelas menuju ruang BP. Tanpa sengaja dia mendengar semua percakapan Qiara dan Jesica, sektika itu ia semakin terpesona pada musuh abadinya dari TK hingga SMA itu.
Seperti biasa Qiara rela masuk BP hanya untuk memastikan teman-temannya aman dari hukuman. Qiano tau betul watak Qiara yang merupakan perempuan unil dan langka dimatanya.
'Qiara memang beda dari yang lainnya. Aku semakin yakin dengan perasaanku. 'Batin Qiano sambil tersenyum.
Sejujurnya Qiano suka sikap apa adanya Qiara, dia tidak palsu dan setia pada sahabatnya. Walaupun Qiara jahil, kasar dan selalu di peringkat terendah, tapi itu bukan karena dia bodoh dan nakal, melainkan karena Qiara malas belajar. Dari pemahaman itu, ia ingin membuktikan seperti apa kemampuan dasar Qiara sebenarnya jika dia mau belajar.
~Pulang~
Setelah menerima surat pemberitahuan di skors. Qiara langsung pulang karena dia merasa malas pergi kemanapun atau nongromg di kantin.
Renata mengerutkan keningnya melihat putrinya pulang lebih awal.
"Kenapa kamu pulang cepat? Apakah gurumu sedang rapat? " Tanya Renata.
Qiara menjulurkan surat pemberitahuan itu dengan cemberut kepada Ibunya.
"Apa ini?". Tanya Renata setelah mengambil surat itu dari tangan Qiara.
"Mama baca saja, aku akan ke kamara sekarang. " Qoara segera melarikan diri ke kamarnya sebelum Renata membacanya dan memarahinya.
"Qiara ... "Renata berteriak setelah membaca surat yang diberikan Qiara.
Sementara itu, di dalam kamar Qiara langsung mengenakan handset di telinganya sambil bermain game agar tidak mendengar suara teriakan ibunya.
"Qiara keluar kamu, mama mau bicara!". Renata berusaha mengetuk pintu kamar Qiara, tapi tidak ada sautan, akhirnya Renata mengambil kunci cadangan, segera setelah itu pintu kamar Qiara terbuka.
Melihat Qiara sibuk main game sambil mendengarkan musik, ekspresi Renata menjadi gelap, dengan kasar dia segera mengambil handphon Qiara.
"Kalau orang tua memanggil itu jangan pura-pura tuli. ".
Qiara langsung duduk ketika melihat ibunya sudah ada di sampingnya sambil. Memegang ponselnya.
"Maafkan Qiara, jadi tolong kembalikan ponsel Qiara sekarang! " Kata Qiara dengan ekspresi sendu.
"Mulai hari ini handphonmu Mama sita"ucap Renata seraya memasukkan ponsel Qiara ke sakunya.
"Memangnya kenapa ponselku harus disita, diakan tidak bersalah?"
Kamu masih tanya kenapa?Kamu di skors untuk kesekian kalinya. Sekarang selama dua minggu apakah itu bukan masalah bagimu hah?" Renata mulai hilang kesabaran menghadapi ke nakalan Qiara.
"Qiara, sebenarnya apa sih yang kamu mau? Mama sudah kehilangan akal untuk menghadapimu, kapan kamu bisa berubah? Apa Mama harus pindahkan kamu sekolah ke Kota A agar suamiku sendiri yang mengurusmu, apa kamu mau itu? " Kata Renata lagi setelah menarik nafasnya.
Qiara hanya menunduk karena dia tidak tau harus berkata apa, melihat tidak ada respon dari Qiara, Renata merasa putus asa, setelah itu dia meninggalkan kamar Qiara sambil memegang kepalanya.
Seharian Qiara berdiam diri di kamarnya, ia tidak bisa melakukan apa-apa karena handphonnya di sita.
~Malam Hari~
Saat Qiara baru selesai mandi, tiba-tiba Renata masuk ke kamarnya sambil menyodorkan handphonnya. Seketika itu, Qiara merasa senang.
"Apakah handphonku sudah waktunya kembali Ma?"tanya Qiara dengan tatapan yang bersinar.
"Suamimu mau bicara!" Jawab Renata, setelah itu dia meninggalkan kamar Qiara untuk membiarkannya bicara berdua dengan suaminya, langsung saja Qiara mengambil handphonnya dengan malas.
"Ada apa?".
"Kata Mama kamu di skors?".
"Ada masalah buatmu?"
Qiara merasa kesal karena Julian mulai ikut campur dengan urusannya.
"Boleh aku tau kenapa kamu di skors?".
Mendengar pertanyaan Julian, Qiara nampak berfikir kalau sebenarnya dia memang butuh bicara dengan seseorang tapi apa harus itu Julian?
"Aku hanya ingin menolong sahabatku, kasian kalau dia yang di skors pasti ayahnya memukulnya, kamu percaya atau tidak aku tidak perduli!"jelas Qiara dengan ketus.
Setelah fikir panjang, entah mengapa Qiara akhirnya mau menceritakannya ke Julian lelaki yang tidak pernah dia inginkan itu.
"Aku mengerti. Oleh karena itu, besok kamu harus tetap ke sekolah!"
Qiara terkejut mendengar perkataan Julian, bukankah dia tau kalau dirinya sedang di skors? Kenapa dia malah memintanya ke sekolah besok?
"Kenapa aku harus ke sekolah disaat aku sudah di skors."
"Percaya padaku! Besok kamu harus pergi ke sekolah dan aku pastikan tidak ada yang bisa menskorsmu kecuali kalau kamu memang salah baru kamu pantas menerimanya!"
"Bagaimana bisa kamu melakukannya, karena setahuku kalau guru BP ku itu tidak pernah mengubah keputusannya?". Tanya Qiara dengan heran dan dia tidak bisa menebak apa yang akan Julian lakukan.