Tải xuống ứng dụng
15% Nikah Gantung ( TAMAT) / Chapter 12: Ibumu... pengen cucu

Chương 12: Ibumu... pengen cucu

Akhir pekan ini Randi berencana mengajak Kasih keluar, kesuatu tempat yang ingin di kunjungi gadis itu.

"Kasih.. akhir pekan ini kita keluar, mau kan? " Tanya Randi.

"Iya, mau" Jawab gadis itu gembira.

" Kalau nginap di luar mau kan? " Tanya Randi lagi. Kasih tak menjawab, dia sedikit ragu.

" Kita tetap akan beda kamar" Kata Randi lagi. Dia tak ingin melakukan hubungan itu sampai batas yang diinginkan kakeknya, atau paling tidaknya jika dia tak bisa menahan, sampai istrinya itu menamatkan SMA nya.

"Baiklah " Jawab kasih tampak lega.

"Mau pake motor? " Tanya Randi lagi.

"Mau" jawab gadis itu singkat sambil tersenyum.

Randi membawa kasih naik motor karna ada tujuan tertentu. Dia ingin tau gimana cara Kasih jika sedang berboncengan dengan Randa.

Kadang kala dia merasa kecemburuan nya tidak pada tempatnya, walau bagaimanapun dekatnya mereka, mereka tak akan mungkin bersama.

"Kamu ingin kemana? " Tanya Randi, dia ingin agar Kasih yang menentukan pilihan .

" Hmm.. boleh gak? Kalau kita ke tempat orang tua ku? " Tanya Kasih sedikit khawatir.

" Baiklah kita akan ke sana. " Jawab Randi senyum.

"Yeee... " Kata kasih melompat kegirangan, dia langsung lari ke kamar mengemas pakaian yang akan di bawanya, tak lama kemudian, Randi mengikutinya ke kamarnya karna gadis itu tak kunjung keluar, setelah sampai di kamar kasih Randi berteriak kaget.

"Astagfirullah hal 'aziim... kamu mau kemana bawa barang segini banyak.? " Kata Randi dengan ekspresi panik melihat Kasih membawa pakaiannya satu tas penuh.

" Mau pindah neng? " Tanya Randi panik, jangan-jangan istrinya itu berkeinginan untuk pindah.

"Hah? " Tanya Kasih dengan ekspresi bodohnya.

" Kita kan cuma nginap satu malam, hari senin aku mesti kerja, kamu juga udah mulai sekolah kan? " Tanya Randi lagi.

"He he" jawabnya malu sambil menggaruk kepala yang tak gatal.

"Bawa pakaia. dua stel aja, jangan banyak-banyak. "kata Randi.

Kasih mengeluarkan pakaiannya yang segunung, dan membawa dua stel pakaian saja.

.......

Besok harinya mereka berangkat menggunakan moge orang tua Randi yang masih tersimpan rapi di bagasi mereka, Randi telah memeriksa motor itu jauh-jauh hari dan memperbaiki yang rusak, maklum... udah bertahun-tahun gak kepake.

Setelah memasukkan barang bawaan mereka di bagasi belakang, mereka berangkat.

Kasih duduk manis di belakang, dia bahkan tak memeluk pinggang Randi.

"Emang kalau sama Randa kamu juga duduk kayak gini? " Tanya Randi menyelidik.

"Kayak apa? " Tanya kasihbtak paham.

"Gak pegangan gitu? gak takut jatuh? " Tanya Randi memancing jawaban.

"Randa gak ngebut kok, jadi aman meski gak pegangan" jawaban Kasih membuat Randi merasa lega, ternyata adiknya itu menghargai Kasih sebagai saudara nya.

"Pegangan " Kata Randi singkat.

"Apa? " tanya Kasih tak percaya.

"Peluk aku! " Parintah Randi lagi, kemudian dia memacu motornya.

Kasih sedikit takut, lalu memeluk Randi dengan erat, dia menyandarkan kepalnya di punggung Randi, jantungnya berdebar kencang, meskipun dia sering bersama Randa, tapi mereka tak pernah melakukan hal-hal romantis kayak ini, ini belum sampai dua minggu hal yang di lakukan dengan Randi sudah amat jauh, pakai ciuman lagi, emang sih.. Randi suaminya, tapi kan taunya baru dalam dua minggu ini juga.

Sementara Randi malah tersenyum, senyuman nya tak bisa berhenti.

Begitu mereka memasuki keramaian, Randi mengurangi kecepatan motornya, Kasih akan melepaskan pelukannya, tapi Randi memegang tangan Kasih dengan erat.

" Mas... banyak orang, malu.. " Kata Kasih. Randi pura-pura gak dengar, dia masih tetap memegang tangan Istrinya itu, kasih menundukkan kepalanya, padahal orang-orang itu juga gak bakal kenal dirinya.

Randi berbelok ke mesjid yang mereka lalui.

"Sholat zuhur dulu " Kata Randi sambil memarkir motornya.

mereka masuk ke tempat wuduk masing-masing.

Selesai Solat, Randi tak melihat Kasih di barisan saf perempuan, dia mencari gadis itu keluar, juga nggak ada. dia sedikit cemas, jangan-jangan gadis itu di culik, tapi gak mungkin..

Randi menghubungi nomor Kasih, ternyata gadis itu ada di toilet wanita, dari suaranya Randi tau kalau Istrinya ini sedang nangis.

" Kamu kenapa? " Tanya Randi cemas.

"A...ku datang bulan." Katanya masih menangis, tapi Randi bisa mendengar kalau Kasih juga malu.

"Trus.. kenapa nangis? apa kamu baru kali ini datang bulan? Tanya Randi sedikit bingung.

"Bukan... tapi aku gak pake pembalut... trus lupa bawa celana dalam juga" Jawab Kasih pelan, dia benar benar malu.

"La ilaha illallah... baju akan kamu bawa segunung kemarin.. pakaian dalam gak di kemas.. ck ck ck ck... " Kata Randi sambil geleng-geleng kepala.

"Baiklah.. tunggu sebentar. " Kata Randi lagi,

Untungnya di sebrang jalan ada sebuah mini market. Randi pergi ke sana. Tapi dia bingung, gimana cara belinya,

'Ah... masa bodo, mereka mau ketawa kek, mau ngejek kek, toh juga gak kenal. Akhirnya dia memberanikan diri menanyakan celana dalam wanita dan pembalut. pegawai mini market itu sempat kaget sebelum akhirnya tersenyum. Wajah Randi menjadi merah karna malu.

" Maklum mbak.. istriku pelupa" Kata Randi menjelaskan.

" jadi Mas udah punya istri? " Tanya pegawai itu dengan wajah kecewa.

"Kok masih kelihatan muda banget ya? masih kayak anak abege. " Kata pegawai yang satu lagi.

"Terima kasih... " Jawab Randi ramah. padahal dia udah malu banget.

"Ini Mas... " Kata pegawai itu.

Randi membayarnya dan langsung meninggalkan mereka yang menatap Randi dengan senyuman.

Sebenarnya, mereka tak menertawakannya, bahkan mereka salut dengan sikap suami kayak itu.

Kasih menunggu di depan pintu tempat wuduk itu, begitu melihat Rabdi datang wajahnya langsung malu.

" Nih.. CD nya ku beli 3"

" CD? " Tanya kasih bingung

"Celana Dalam" Jawab Randi. Kasih tersenyum mendengar itu.

"Terima kasih banyak. " Kata kasih dengan pandangan lembut, melihat tatapan itu jantung Randi bertetak tak karuan.

'Gak papa deh.. di suruh beli yang beginian tiap hari asal bisa melihat senyuman itu sepanjang waktu' batinnya.

Setelah waktu magrib mereka sampai juga di rumah orang tua Kasih. mereka solat Asar dan magrib di perjalanan.

Orang tua Kasih amat senang atas kedatangan mereka maklum.. mereka hanya tinggal berdua, karna kedua kakak kasih juga sudah menikah, ibu buru-buru menyiapkan makanan. Selesai makan malam.. Ibu kasih langsung membenahi Kamar yang diperuntukkan untuk putrinya itu.

Lebih baik kalian Istirahat dulu, pasti capek dalam perjalanan " Kata Ibu Kasih sambil menyuruh anak dan menantunya beristirahat di kamar yang sama. Ibu kasih tak tau kalau mereka masih belum sekamar.

Kasih terlihat bingung, Randi malah cuek, dia tak bermaksud ingin mengatakan itu, 'kalau kasih berani mengatakannya ya.. silahkan.. kalau gak berani.. ya.. Alhamdulillah ' batinnya

Randi hanya tersenyum nakal melihat Istrinya yang bingung.

Kasih memang tak berani mengatakannya, akhirnya dia membawa barang-barang mereka ke kamar itu, hanya ada satu tempat tidur , itu pun tidak terlalu besar. dan sekarang.. akhirnya mereka seranjang . Tapi dia ingat, kalau dia datang bulan, akhirnya gadis itu sedikit lega.

Randi masuk ke kamar itu dengan wajah sumringah.. dia menatap Kasih dengan tatapan nakal.

"Ada apa Mas? "... Tanya Kasih.

"Ibumu... pengen cucu" Katanya usil.

"Hehe.. Alhamdulillah... aku lagi datang bulan.." kata kasih nyengir..

"Aaargh.. " Kata Randi kesal sambil meremas rambutnya


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C12
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập