Riko berjalan ling lung ke arah ruang tamu, dia masih merasa sedikit aneh setelah melihat seorang perempuan yang berpenampilan aneh.
saat dia akan duduk, tiba-tiba Demian menepuk bahunya dari belakang.
"Ko, kamu kenapa?" tanya Demian.
"Eh... Ngak kenapa napa, kamu udah ketemu sama tuan Pradianata?" Riko balik nanya.
"Udah. Oh iya bukan kah dalam tiga hari kedepan jadwal syuting akan kosong? aku mau menginap di sini untuk sementara, kamu bisa pulang sekarang!" perintah Demian.
"Apa?" Riko terkejut.
"Tapi...tapi bisakah?" bisakah aku juga ikut menginap di sini? Riko agak ragu untuk melanjutkan ucapan nya.
Demian : "...." "Jangan memikirkannya, meskipun aku adalah teman masa kecilnya, tapi Rafael tidak akan membiarkanku membawa orang lain ke sini untuk menginap!" tegas Demian.
Perkataan Demian membuat Riko merasa sedikit kecewa, tapi itu wajar saja. Bisa datang dan masuk ke rumah ini saja dia sudah beruntung, tidak sembarangan orang bisa memasuki kawasan kediaman Rafael ini.
"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi sekarang!" ucap Riko dengan nada sedih, baru saja dia ingin berbalik seolah ada sesuatu yang terlintas di benaknya.
"Demian perempuan itu?"
"Perempuan yang mana?" ucap Demian cepat dengan alis terangkat.
"Sudahlah , lupakan!" Riko tidak melanjutkan pertanyaannya.
Mungkin dirinya sudah gila, entah mengapa perempuan yang aneh barusan dia temui, mengingatkannya dengan perempuan yang di cari oleh Demian selama ini.
Tapi perempuan itu benar-benar berpenampilan sangat aneh bahkan bisa di sebut menjijikan, tidak mungkin Demian menyukai perempuan seperti itu. Riko berusaha menghilangkan pikiran yang tidak masuk akal di pikirannya dan berlalu pergi dari kediaman Rafael.
__tengah malam, Demian yang merasa bosan dan tidak bisa tidur memilih berjalan keluar kamar.
Berjalan di sekitaran lantai dua dan berhenti di balkon, suasana di kediaman Rafael sangat baik.
Udara malam hari yang cukup dingin, membuat suasana hati Demian yang sedikit panas terasa berkurang sedikit.
Wanita itu, entah sejak kapan memiliki hatiku. Semakin lama aku bisa merasakan bahwa dia adalah belahan jiwaku, di manaka kamu sekarang? batin Demian.
Dia sadar mungkin akalnya sudah tidak waras, tapi mungkin itu semua karena wanita itu adalah cinta pertamanya.
Berbeda dari Rafael yang terlihat tampak seperti sosok iblis yang rupawan dan mendominasi, Demian terlihat lebih seperti pangeran punjangga yang memikat hati seluruh bangsa.
Tatapan nanarnya yang sekarang terlihat sangat kosong, membuat ekspresi wajahnya sangat sedih hingga setiap yang melihatnya akan merasakan kesedihan yang di rasakannya.
Entah sudah berapa lama Demian berada di balkon, tapi tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang lewat di belakannya.
"Siapa itu? Rafael, Bibi?" tanya Demian saat berbalik, namun tak ada tanggapan dari siapa pun. Mungkin cuma perasaanku saja! pikir Demian.
Akhirnya Demian memutuskan untuk ke dapur dan meminum segelas air sebelum kembali ke kamarnya.
Di tangga Demian masih merasa ada sesuatu yang tidak beres di rumah ini, seperti ada sosok bayangan yang mengintai dirinya.
"Tidak mungkin di rumah ini ada hantunya kan?" ucap demian sambil mengusap tengkuk lehernya yang bergidik ngeri.
Dengan langkah cepat Demian berjalan masuk ke dalam dapur, membuka kulkas dan menuangkan air dingin ke gelasnya. Saat Demian selesai minum dan menutup kulkas, tiba-tiba..
PRANK.. Gelas yang berada di tangan Demian, tanpa sengaja terjatuh dengan mulus dan menciptakan suara pecahan yang renyah.
___Indah yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya merasa tidak nyaman, barusan dia bermimpi buruk. Mimpi buruk yang sama, yang selalu hadir setiap malam akhir-akhir ini.
Dia merasa sedikit haus, dan mencoba mengambil gelas di atas meja. Namun airnya sudah habis, Indah lalu melirik ke arah jam.
Ini sudah tengah malam, tak akan ada seorang pun yang berkeliaran di dalam rumah kecuali beberapa penjaga yang berpatroli.
Indah lalu memutuskan untuk turuk ke bawah dapur, tidak mungkin dia akan membangunkan Nadin di tengah malam begini hanya untuk mengambilkannya segelas air.
Indah lalu berjalan keluar dari dalam kamar, penerangan di dalam rumah sedikit minim. Saat Indah melewati balkon dia tidak menyadari sosok pria yang sedang merokok di sana.
Indah hanya berjalan menuruni tangga tanpa menyalakan satu pun lampu, dia cukup malas untuk mematikannya lagi saat kembali ke kamar dan itu agak merepotkan, pikirnya.
Indah yang seharusnya berbelok ke arah kiri setelah menuruni tangga, malah berbelok ke arah kanan dan tak menyadarinya. Mungkin itu akibat dari penerangan ruangan yang cukup minim.
Setelah menyadari dirinya salah arah, Indah segera berbalik arah. Saat dia melangkah masuk ke dalam dapur, dia seperti mendengarkan sesuatu.
Apa ada orang lain di sini? pikir Indah dalam hati. Di dalam dapur terlihat cukup gelap karena lampu telah di matikan, tapi ada cahaya yang terlihat.
Bukankah itu cahaya dari kulkas? Indah secara perlahan berjalan ke arah kulkas yang terbuka. Langkahnya sangat pelan dan tak bersuara, lalu saat kulkas itu tertutup.
PRANK.. suara pecahan kaca terdengar dengan jelas di kesunyian malam.
"Aaaaa.." Demian secara refleks mundur dan terjatuh ke belakang.
Di sini tak ada pencahayaan sedikitpun, tapi bayangan hitam itu tampak sangat jelas dimatanya. Meskipun wajahnya tak terlihat namun bayangan itu terlihat sangat menakutkan untuknya sekarang.
Namun entah mengapa secara bersamaan muncul perasaan aneh di dada Demian, perasaan itu semakin jelas dan mengalahkan besar ketakutannya secara drastis.
Indah yang merasa terkejut pula, mundur beberapa langkah dari Demian. Kedua alisnya bertaut dan melihat ke arah Demian yang terjatuh ke lantai.
"Sepertinya aku mengagetkannya, sebaiknya aku pergi sekarang!" pikir Indah dan lalu melangkah pergi secepat mungkin.
Rasa hausnya sudah menghilang sekarang, pria itu sudah menambah mood Indah yang sudah jelek semakin jelek.
Dengan langkah cepat Indah berlari ke atas tangga. Pada saat dia akan membuka pintu kamar, sebuah tangan menahan pergelangan tangannya dan membalik kan tubuh Indah.
Indah yang merasa tubuhnya di tahan sangat terkejut hingga membuatnya tak mampu bersura, tubuhnya tertindih hingga ke pintu.
Jarak antara demian dan Indah sangat dekat, Indah dapat merasakan bau nafas Demian yang sedikit manis karena sehabis merokok.
Tatapan mata mereka terkunci satu sama lain, mata Demian yang berwarna biru safir terlihat sangat memukau bahkan dalam pencahayaan yang cukup minim.
Demian semakin memperdalam tatapan matanya, dia memperhatikan Indah tanpa berkedip. Aura yang di pancarkan Demian terasa seperti kerinduan, ya rasa kerinduan yang sudah sangat dalam terpendam.
Mata itu, mata yang sangat cantik dan satu-satunya yang paling memikat. Demian tak dapat mengalihkan pandangannya dari Indah, dia sangat menginkan Indah seutuhnya sekarang.
Indah yang menyadari tatapan intens dari Demian mulai merasa takut, tubuhnya tanpa sadar bergetar . Perasaan takut ini sama seperti saat Rafael mencoba menyentuhnya, dia sangat sangat takut hingga tak mampu bergerak maupun bersuara.
Saat Demian semakin memperpendek jarak antara mereka berdua dan terlihat berusaha menciumnya, air mata Indah mengalir jatuh di pipinya yang lembut dengan deras.
Tepat sebelum bibir Indah dan Demian menyatu.
Brukk.. Demian terhempas ke samping kiri.
"Apa yang kamu lakukan?" ucap suara itu dengan sangat geram.
Demian yang telah bangkit dari lantai melirik ke asal suara itu.
"Ra..Rafael?"