Ara berdoa sambil memaksa Tuhan untuk segera mempertemukan dirinya dengan wanita yang dia inginkan yaitu seorang wanita pujaan hatinya. Ciri-ciri wanita tersebut terus saja dia sampaikan dalam doanya. Namun ketika wanita tersebut sudah mulai menghampiri Ara walaupun hanya dalam bentuk komunikasi saja, maka Ara tetap saja tidak bisa bersyukur. Ara malu dan malas umtuk bergerak. Ara ingin wanita itu hadir seutuhnya untuk berjuang mendapatkan cinta nya Ara. Padahal wanita tersebut sudah merasakan kenyamanan dan kebahagiaan ketika bisa berkomunikasi dengan Ara namun Ara tidak mau menyatakan perasaan nya dan terus saja memendam hasrat hatinya. Ara tidak pernah memberikan bunga atau hadiah kepada wanita tersebut dan Ara hanya pasif yaitu menunggu bahwa ada seorang wanita yang merupakan cinta sejati nya untuk memaksa dirinya menyatakan rasa cinta. Ara merasa bahwa sejak muda, dia selalu mudah sekali mendapatkan apa saja dari wanita yang mengaguminya. Namun dibatas waktu ketika dia ingin melakukan komitmen dalam pernikahan maka dia tidak mau merendahkan hatinya di depan wanita pujaan hatinya tersebut. Ara seperti nya sudah memberikan ruang agar wanita tersebut pergi bersama lelaki lain karena masih belum bergeming untuk membuat ibu Rania bertahan menunggu Ara yang belum juga siap untuk menikah.