"Lion benar-benar gila, dia membuat awal pagi yang sangat memacu penyakit jantung" Gumam Nana sambil bersandar di pintu dalam kamar mandi.
Lion menjepit alisnya melihat tingkah Nana yang lucu dan aneh.
"Kenapa dia lari? bukankah aku hanya ingin membangunkannya?" batin Nana.
Apakah benar Lion ingin membangunkan Nana? yang benar adalah dia masuk ke kamar Nana menggunakan kunci cadangan karena dia khawatir Nana kenapa-kenapa.
Wajar Lion khawatir, berulang kali dia mengetuk pintu tapi Nana tidak menyaut, pas berhasil masuk, Lion melihat Nana masih tidur dengan pulas, dia berjalan pelan dan duduk di samping Nana, bukannya langsung membangunkan malah memainkan ujung rambut Nana sambil memperhatikan wajah Nana saat tidur.
Lion berjalan menuju kamar mandi dan langsung mengetuk pintu "Nana, jadwal penerbangan kita ke London di majukan, jadi tolong siap-siap, aku tunggu di meja makan !"
"Iyaaa... aku mengerti" Suara Nana terdengar jelas dari balik pintu, setelah itu Lion keluar dari kamar Nana tanpa mengatakan apapun.
Sesaat kemudian, Nana keluar dari kamar menenteng kopernya dan bergegas menemui Lion yang masih duduk di meja makan.
"Sarapan dulu! " ucap Lion.
Nana melirik semua orang di meja makan, setelah itu dia duduk dengan patuh di dekat Lion menyantap sarapannya.
"Nanti kalau kamu sudah di London langsung telpon aku ya! " bisik Yuri.
Nana melirik Yuri dengan sedih, "Aku tidak mau pergi tapi aku juga tidak bisa nolak"
"Aku akan bicara sama Lion kalau begitu" ucap Yuri.
Belum sempat Yuri mengatakan apapun Nana mencegatnya karena dia tidak mau Yuri bermasalah dengan Lion, cukup dia yang menjadi tawanan Lion.
Seuasi mereka selesai sarapan dan pamitan pada Ny dan tuan Kim, Lion dan Nana bergegas keluar rumah dan langsung masuk ke mobil.
Di dalam mobil, Lion hanya fokus mengecek semua pekerjaannya, sedang Nana mulai merasa bosan, dia juga melihat pak supir yang kelihatan tidak perduli dengan apa yang ada di sekelilingnya selain fokus memperhatikan jalan dan kaca sepion.
Tiba-tiba Nana kefikiran Jeha yang belum sempat dia hubungi untuk minta maaf atas kejadian itu, Nana pun langsung mengirim pesan pada Jeha.
📩"Selamat pagi Tuan Pakr Jeha! "
Nana menunggu balasan Jeha cukup lama, dia melihat hanphonnya berulang kali barang kali Jeha sudah membalas tapi sayang tidak ada balasan satu pun.
"Apa Jeha marah padaku ya?" batin Nana.
Merasa lelah menunggu balasan, Nana kembali melirik Lion di sebelahnya, tiba-tiba muncul ide gila untuk mengganggu Lion.
Nana tersenyum licik dan mencolek-colek bahu Lion.
"Kita lihat apa dia akan marah?" Gumam Nana.
Lion mengerutkan keningnya dan melirik Nana yang tampak tersenyum karena sudah berhasil mengganggunya.
Namun bukan Lion namanya jika dia juga tidak punya ide gila, dengan cepat Lion menarik tangan Nana, dan langsung menunduk mencium bibirnya.
Nana terkejut dan mengedip-ngedipkan matanya, entah mengapa dia tidak menolak ciuman itu, sedang pak supir tidak menghiraukan apa yang sedang terjadi di belakang.
Sesaat kemudian Lion melepas ciumannya, dan menatap Nana dengan lembut, "Aku mencintaimu, jadi jangan melarikan diri lagi dariku!"
Nana lagi-lagi di kejutkan dengan pernyataan cinta Lion yang tiba-tiba.
"Aku tidak tau bagaimana aku harus memulainya, karena aku hanya ingin berakhir bahagia bersamamu" lanjut Lion.
Nana masih bengong, dia menelan ludah dalam-dalam seraya mengendalikan detak jantungnya yang berdegup kencang.
'Ya tuhan situasi macam apa ini, kenapa udara mendadak sangat panas, apakah Lion menciumku tadi?' batin Nana sambil memegang bibirnya.
Nana keranjingan sendiri ketika menatap bibir Lion yang terlihat seksi dan menggoda,
'Astagfirullohalazim nampaknya iblis berjenggot merah sedang menguasai fikiranku, bagaimana mungkin naluriku begitu liar ingin menyentuh Lion, apakah aku sudah gila?' batin Nana. Setelah memalingkan wajahnya dari Lion.
Sedang Lion kembali fokus sama file-file nya seolah tidak terjadi apa-apa. Walaupun sebenarnya dia sedang berjuang mengendalikan dirinya dari deguban jantung yang hampir meledak.
'Ahhh... panas sekali kenapa AC nya tidak bekerja?' batin Lion sambil melonggarkan dasinya.
Setelah berfikir jernih, Nana kembali ingat pengakuan Lion tadi, hatinya sedikit perih karena di sisi lain setelah kegagalan yang begitu menyakitkan membuat Nana tidak bisa mencerna pengakuan Lion, rasa takut pun mulai menaiki tahta.
Meskipun sebenarnya Nana bahagia mendengar Lion mengakui perasaannya lagi, namun rasa resah dan gelisah menghantuinya jika sewaktu waktu dia dan Lion akan berpisah, Nana juga menyadari kalau cinta mulai tumbuh lagi di hatinya yang kering selama setahun oleh penghianatan.
Tiba-tiba Nana meneteskan air mata, melihat itu Lion langsung panik.
"Kamu kenapa menangis?" tanya Lion.
"Aku cuma kelilipan" Nana menyeka air matanya berusaha menyembunyikan keadaan sebenarnya.
"Lion, aku tidak tau kamu jujur atau tidak, tapi yang jelas aku tidak mau menyusahkanmu karena cinta diantara kita tidak akan pernah berhasil selain itu tidak ingin kamu dan Jeha bertengkar lagi". Gumam Nana
Dengan spontan Lion menarik tubuh Nana kepelukannya. "Apa yang salah denganmu? katakanlah, mungkin aku punya solusinya !" ucap Lion dengan Lembut.
Mendengar perkataan Lion, Nana membenamkan wajahnya di dada bidang Lion dan menumpahkan air matanya, Lion langsung membelai rambut Nana dengan tangan kirinya, sedang tangan kanannya menepuk-nepuk pundak Nana.
"Kata orang cinta itu indah, tapi cinta yang pernah aku kenal itu sangat menyakitkan dan melelahkan, sehingga aku memutuskan untuk berhenti mengenal cinta" Ucap Nana dengan suara terisak.
"Apakah itu Raka? " tanya Lion.