Jeha tersenyum lagi melihat Nana yang mulai salah tingkah dan kehilangan kata-kata. Sesaat kemudian Nana sampai di rumah orang tuanya Lion.
»Rumah Keluarga Kim«
Nana keluar dari mobil, "Jeha terimakasih sudah mengantar ku"
"Oke, nanti aku akan menelponmu..bay.. " kata Jeha sambil menutup kaca mobilnya dan dengan cepat meninggalkan kediaman tuan Kim.
"Ahhh.... Nana sayang.. akhirnya kamu pulang" Ny Tresia menyambut hangat Nana yang baru saja masuk kedalam rumah.
Nana langsung mencium punggung tangan Ny Tresia. "Iya tante"
Ny Tresia nampak celingak-celinguk melihat keluar pintu. "Sayang..di mana Lion? apa dia tidak mengantarmu? "
"Ohh... dia lagi sibuk tante, makanya tadi dia minta supir nganter aku" jelas Nana sambil menyembunyikan apa yang sudah terjadi diantara dia dan Lion.
Mendengar penjelasan Nana, Ny Tresia hanya mengangguk setelah itu Ny Tresia membawa Nana masuk dan memintanya untuk istirahat biar kondisinya cepat pulih.
»Keesokan paginya«
Selesai sholat subuh, Nana lansung bersiap-siap dan segera keluar rumah.
"My Nana.. kamu sudah rapi aja, mau kemana sepagi ini? apakah kamu benar-benar sehat? " Yuri yang baru saja keluar dari kamarnya nampak bingung melihat Nana yang sudah rapi.
"Mmm... aku ada urusan. Jika tante mencariku tolong kasih tau dia kalau aku sudah pergi karena ada urusan, dan aku sudah baik-baik saja. " jawab Nana setelah itu dia meninggalkan Yuri yang tampak masih heran melihatnya.
»Rumah Pribadi Lion«
Sesaat kemudian Nana sampai di rumah megahnya Lion, itu sudah jam setengah 5 pagi untung ada taxi yang sudah beroperasi jam segitu sehingga Nana bisa sampai dengan cepat.
Nana masuk dengan mudah ke rumah Lion karena satpam yang menjaga rumah Lion cukup mengenalinya, begitupun pelayan yang ada di rumah Lion.
Tanpa lama-lama lagi, Nana langsung menuju dapur, dan memulai memasak.
"Nona apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan Gong yang dulu pernah dia temui waktu pertama kali ada di rumah Lion.
Nana tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Itu tidak perlu, ini sudah tugas saya"
"Tapi Nona tidak tau apa makanan kesukaan Tuan"
"Saya akan merubah makanan kesukaannya dengan masakan yang akan saya buat" kata Nana dengan percaya diri.
Pelayan itu hanya mengangguk dengan ekspresi rumit, setelah itu dia meninggalkan Nana sendirian di dapur.
Itu sudah jam 6 pagi, semua masakan Nana sudah tersaji di atas meja makan, setelah itu dia pergi ke kamar Lion.
Nana membuka pintu kamar Lion. Suara pintu terbuka cukup berisik meskipun sudah di buka dengan sangat pelan sehingga memancing emosi Lion, apakah itu artinya telinga Lion sangat peka?.
"Sudah aku bilang jangan masuk ke kamarku jika aku masih ada di dalam apa..... "Lion berbalik melihat ke arah pintu, dia tidak bisa menyelesaikan kata-katanya ketika dia melihat Nana berdiri di depan pintunya.
"Kamu kenapa di sini? " Lion menatap Nana dengan ekspresi buruk.
"Saya pantang ingkar janji, makanya saya kesini sesuai dengan kesepakatan kita" jawab Nana tanpa ekspresi.
Setelah mengatakan itu Nana menatap ke arah lion yang masih menggunakan kemeja putih yang belum di kancing, dia sedikit tercengang melihat bagian dada dan perut Lion yang putih dan berotot.
Menyadari Lion belum mengancing kemejanya, Nana langsung berbalik.
"Tolong kancing bajumu dulu..!"
Mendengar perkataan Nana, tiba-tiba fikiran jahil muncul di benak Lion.
"Bukankah kamu pelayanku? jadi kamu harus membantuku mengancing bajuku dan memakaikan dasiku!" ucap Lion sambil tersenyum licik.
Nana mulai frustasi dengan permintaan Lion, tapi dia harus menahan emosinya.
"Ya, aku memang sudah menjadi pelayanmu sekarang, apa kamu puasss..? " ucap Nana dengan menggertakkan giginya.
'Nana kamu harus sabar!, bertahanlah sampai 3 bulan ke depan'. Batin Nana.
Setelah meyakinkan dirinya Nana langsung mendekat ke arah Lion, dengan sedikit canggung dia mengancingkan kemeja Lion, namun matanya tidak bisa berpaling dari tubuh indah Lion.
"Aku kira kamu marah? " ucap Lion.
Nana hanya diam dan tidak mengubris perkataan Lion, sedang Lion memilih untuk tidak bertanya karena dia mencoba menyelamatkan harga dirinya dari cuweknya seorang wanita.
Berhubung Nana tidak bisa memakaikan dasi, Nana membutuhkan waktu yang lama untuk memakaikannya di leher Lion karena selalu gagal.
"Kenapa lama sekali?" Lion mulai geram melihat Nana yang terus-terusan salah memasang dasinya.
"Aku tidak bisa memasang dasi" ucap Nana seraya melepas dasi di leher Lion.
Mendengar pengakuan Nana, Lion semakin emosi. "Kenapa tidak bilang dari tadi, ya sudah kamu sebaiknya keluar dari kamarku sekarang! "
"Baiklah, kalau begitu aku tunggu kamu di meja makan" Setelah mengatakan itu, Nana langsung keluar dari kamar Lion sambil menggrutu dalam hatinya.
Sesampainya di meja makan, Nana menyangka dagunya menatap masakannya yang sudah tersaji di meja, sambil menunggu Lion, Nana menelan ludahnya dalam-dalam, ketika teringat tubuh Lion yang baru saja dia lihat.
'Tubuh siluman itu terlihat indah, baru pertama aku melihat dada bidang dan perut berotot lelaki dari jarak sedekat ini, benar-benar indah, Aahhh....apa sih yang akau fikirkan? aduh ini salah, entah kenapa yang indah -indah itu justru itu yang di larang haa..ha, jadi ingat lagu dangdut', Batin Nana.
Sedangkan Lion mulai memiliki perasaan yang rumit ketika Nana begitu dekat dengan tubuhnya.
Dia jadi teringat ciumannya di bibir Nana, langsung saja Lion menelan ludahnya dalam-dalam ketika dia mengingat bibir merah muda Nana yang terlihat lembut.
'Sial, kenapa aku tidak bisa melupakan ciuman itu?, apa itu karena pengalalaman pertamaku? mmmm... bisa jadi, tapi aku bodoh sekali kenapa ciuman pertamaku harus bersama gadis ular itu'. Gumam Lion.