Tawa Astried segera saja menggelegar, dan pandangannya menjadi semakin menatap Brama dengan mencemooh.
"Brama... Brama... sayang sekali namamu sudah buruk di mata masyarakat. Padahal selama ini kamu ingin sekali menjadi orang nomor satu di negeri ini." Cibir Astried, dan Brama hanya menggelirkan matanya berusaha untuk tidak marah ataupun kesal.
"Harus aku akui rencana awalmu sangat bagus, tapi aku tidak suka saat itu ayahku sama sekali tidak mendukungku. Sampai akhirnya dia justru memilih kamu, untuk menggantikan posisinya sebagai ketua umum. Tapi..."
"Cukup... kita tidak perlu lagi membahas masa lalu." Potong Brama, dan Astried hanya menyeringai dan mendengus bersamaan. "Baiklah kalau itu maumu, Brama."
"Sekarang ini katakan saja padaku, apa rencana berikutnya. Dan aku akan melakukannya, ingat... namaku sudah disebut oleh orang-orang suruhanmu. Licik sekali kamu Astried." Brama mengepal erat tangannya yang berada dipangkuan.