Pagi ini adalah pagi yang indah, sinar mentari pagi yang hangat menyinari dunia yang baru saja terbangun dari tidurnya, suara kicauan burung-burung kecil memberi semangat kepada orang-orang yang tengah menjalani aktivitas rutin mereka di pagi hari, orang-orang yang ramah saling menyapa satu sama lain dan berjalan beriringan ke tempat yang mereka tuju. Sungguh hari yang damai bagaikan akhir bahagia dalam cerita dongeng. Sementara itu, ada seorang gadis yang sedang berjuang untuk beranjak dari tempat tidur dan selimutnya yang hangat. Namun ia gagal, ia tidak kunjung bangun sehingga ibunya datang untuk membangunkannya.
"Yuzurika! Cepat bangun! Nanti kau terlambat!"
Ibunya sudah berusaha membangunkannya, namun gadis itu sama sekali tidak beranjak sedikit pun dari tempat tidurnya.
"Hoaaah... Sebentar lagi.. Biarkan aku tidur lima tahun lagi..."
"Lima tahun!?"
Sang ibu terkejut mendengar anak perempuannya ingin tidur selama lima tahun. Ia mulai kesal dengan tingkah anaknya, ia segera menarik selimut anaknya dan segera menyeretnya ke kamar mandi.
"Wuaaaahhh!!! Dingiiin!!!"
Gadis itu berteriak setelah diceburkan ke dalam bak mandi yang penuh dengan air dingin oleh ibunya. Setelah selesai mandi dan memakai seragam sekolah, gadis itu pergi ke meja makan untuk sarapan bersama ibunya. Gadis itu masih menggigil kedinginan, ibunya hanya tersenyum sembari melihat anaknya dan ia sama sekali tidak menyesali dengan apa yang telah ia perbuat kepada anaknya. Ia melakukan semua itu untuk memberi pelajaran kepada anaknya agar anaknya lebih disiplin.
Gadis yang penuh semangat, namun malas dalam belajar dan selalu mendapat peringkat terbawah, apa pun itu. Meskipun begitu ia cukup populer dikarenakan ia memiliki wajah yang cantik, sifat kekanak-kanakan, dan mudah bergaul dengan siapa saja. Dia adalah Yuzurika Elstein, perempuan keturunan jepang dan inggris. Yuzurika mewarisi rambut ibunya yang merupakan keturunan jepang, yaitu rambut panjang berwarna hitam. Yuzurika juga mewarisi mata ayahnya yang merupakan keturunan inggris, yaitu mata berwarna biru cerah.
Setelah selesai sarapan, Yuzurika segera berlari menuju sekolahnya, ia hampir saja terlambat. Yuzurika pergi ke kelasnya untuk beristirahat setelah lelah berlari. Ketika Yuzurika sedang beristirshat, ia dihampiri oleh tiga orang temannya. Sakurano Akari, ia seumuran dengan Yuzurika, namun tinggi badannya seperti anak SD. Kemudian Izumi Aria, ia lumayan tinggi dan memiliki bentuk tubuh seperti model, namun ia sangat polos dan pemalu. Dan yang terakhir adalah Kurogane Naruko, ia adalah seorang lolicon akut yang mengincar gadis kecil sebagai pemuas nafsunya.
"Selamat pagi Yuzurika!"
"Selamat pagi semuanya..."
Yuzurika terlihat tidak bersemangat, ia duduk sambil menidurkan badannya di mejanya.
"Yuzurika kau kenapa? Apa kau terlambat lagi?"
Yuzurika menggelengkan kepalanya, dugaan Naruko salah. Yuzurika tidak terlambat, ia sudah berlari sekuat tenaga dan berhasil masuk ke sekolah di detik-detik terakhir gerbang sekolah di tutup.
"Apa kau tidak sarapan?"
Lagi-lagi Yuzurika menggelengkan kepalanya, dugaan Akari jugs salah. Yuzurika sudah sarapan sebelum berangkat ke sekolah, ibunya membuatkan omurice yang enak untuk sarapan.
"Apa kau diceburkan ibumu ke bak mandi karena tidak bangun-bangun dari tidurmu?"
"Bagaimana kau bisa tahu!?"
Tiba-tiba Yuzurika mengangkat badannya dan berteriak, teman-temannya jadi terkejut karenanya.
"Eh? Benar ya?"
Dengan semangat yang membara dan keyakinan yang tinggi Yuzurika menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Aria. Tidak disangka dugaan asal-asalan Aria ternyata benar. Akari dan Nyaruko memberikan tepuk tangan untuk Aria, Yuzurika juga ikut tepuk tangan. Aria kebingungan, ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Semakin Aria pikirkan membuat kepalanya pusing dan padangannya berputar-putar.
"Apa kau baik-baik saja, Aria?"
Wajah Yuzurika begitu dekat dengan wajah Aria, tatapan Yuzurika yang serius membuat jantung Aria berdebar-debar, wajah Aria memerah dan pikirannya menjadi tidak karuan. Aria sudah mencapai batasnya, ia pun jatuh pingsan dan terbaring di lantai.
"Aria!!!"
Mereka bertiga berteriak disaat yang bersamaan.