Restoran - Dimana Calvin dan Luna berada saat itu.
"Apa..?! Sialan kau, Ella!" umpat Calvin amat pelan setelah membaca pesan dari Ella, yang telah meninggalkan dirinya dan Luna di restoran tempat mereka datangi pertama kali.
"Apa ada masalah?" Tanya Luna, Calvin langsung menegakkan wajahnya dan menatap wajah Luna yang tampak tidak canggung sama sekali.
"Hmm... tidak ada," jawab Calvin.
Luna sedikit memajukan tubuhnya, menatap Calvin dengan seksama. Matanya yang kecil dan meruncing, mulai menjelajah ke setiap bagian tubuh Calvin. Matanya terhenti di wajah Calvin.
"Apa ada yang aneh?" Tanya Calvin seraya mengambil minumannya, Luna pun tersenyum dengan puas.
"Tidak ada, kau memang terlihat tampan," puji Luna.
Calvin yang baru saja menyeruput minumannya, mendengar perkataan Luna membuat ia dengan cepat tersedak.
Huk... huk... huk...
"Calvin, minumlah dengan hati-hati," Luna menunjukkan kekhwatirannya saat melihat wajah Calvin memerah.
"Terimakasih untuk pujianmu," katanya dengan segera. "Kau juga terlihat manis," Calvin asal saja memuji saja.
"Mungkin Ella sudah berbicara banyak tentangku. Tapi harus aku akui, aku semakin tertarik denganmu, Calvin." Ucap Luna dengan santai, tapi Calvin menatap ngeri kearah Luna. Karena perempuan itu terlalu percaya diri saat mengatakannya.
"Apa yang kau suka dariku?" Tanya Calvin tergagap.
Luna lagi-lagi tersenyum dengan lebar. Calvin bisa melihat gigi gingsul yang mungil yang berada di sisi atas kanan giginya.
"Apa aku harus memiliki sebuah alasan, untuk aku bisa menyukai seseorang? Kau tidak perlu terlalu kaget, atau takut seperti itu. Aku memang bukan tipe orang yang suka berbasa-basi. Aku juga tidak akan memaksamu untuk menyukaiku. Aku hanya bilang, kalau aku tertarik dan ingin mengenalmu."
Calvin langsung menegakkan tubuhnya, berharap ia masih terlihat gagah di hadapan wanita yang menyukainya. Luna mengambil sesuatu dari dalam tasnya, dan Calvin bisa melihat sebuah plastik berwarna putih telah disodorkan ke arahnya.
"Ini untukmu. Aku harap kau menyukainya, kau tahu kita memiliki selera yang sama, bukan?" Calvin menerima dengan sungkan pemberian Luna.
"Terimakasih, tapi kau tidak perlu repot sampai harus memberikanku hadiah."
"Tidak apa-apa untuk orang yang aku sukai, bukalah." Perintah Luna dengan semangat, dan mulai memperhatikan Calvin yang membuka bungkusan plastik biru tersebut.
Calvin sudah memegangi sebuah topi dengan corak loreng dan warna dominan hitam, pada topi tersebut tertulis point black.
"Bukankah ini edisi terbatas, bagaimana bisa kau mendapatkannya?" tanya Calvin berdecak kagum.
Luna semakin senang dengan Calvin yang terheran dan kagum, Luna bangkit dari duduknya dan berjalan ke tempat duduk Calvin.
Dia pun mengambil topi Calvin dan membantu memasangkan di kepala Calvin.
Calvin yang masih duduk di tempatnya, hanya bisa melirik Luna yang sudah berdiri di sampingnya.
"Lihat kan, aku sudah membayangkan topi ini akan cocok untukmu. Aku sudah membelinya cukup lama, pada saat pertemuan pertama kita." Ucap Luna dengan jujur.
"Apa pertemuan pertama? Pertemuan pertama yang..."
"Iya..! pertemuan pertama pada saat kau menubrukku dengan tidak sengaja di Toko Buku Barnard." Luna memotong ucapan Calvin.
Calvin memegangi topinya, masih bingung dengan sikap Luna yang seakan-akan mereka sudah mengenal lama.
Luna yang masih berdiri di samping Calvin, tiba-tiba mengecup pipi Calvin. Calvin otomatis memundurkan wajahnya, dan lebih terkejut dengan kecupan mendadak tersebut. Luna hanya menyeringai dengan lebar, tanpa ada merasa bersalah ataupun canggung.
"Hhh... kau benar-benar menggemaskan. Aku benar-benar menyukaimu Calvin. Maafkan aku mengenai kecupan tadi. Tapi aku sudah menahan diri sedari tadi." Ucap Luna dan kembali duduk di kursinya.
Dengan santai Luna, melanjutkan makan malamnya. Sedangkan Calvin, terus memegangi pipinya sambil menatap Luna yang seperti tidak terjadi apa-apa diantara mereka.