Hari itu Bila berpamitan pada rekan-rekannya ia juga mengajak mereka makan siang bersama sebagai acara perpisahan.
Tampak rekan Bila merasa sedih dengan perpisahan itu, mereka sungguh menyukai keberadaan Bila dalam temnya, selain cara kerja Bila yang efektif dan efisien ia juga tak pernah memilih-milih teman.
Keesokan harinya Bila kembali ke kantor hanya untuk mengambil barang-barangnya dan memberitahukan pada trman-temannya tentang pernikan yang akan segera ia langsungkan.
Hari itu Bila pulang ke rumah ibunya dengan bahagia, ia tiba pukul enam sore.
Hari-hari berikutnya dilalui Bila dengan mempersiapkan pernikahannya, tak banyak memang yang ia lakukan karena Edwin dan ibunya sudah mempersiapkan semuanya.
Ia hanya melakukan hal-hal kecil dan memuaskan dirinya dengan istirahat, atau bertemu dengan sahabat-sahabatnya.
Bila ingin merasakan kebebasan disisa waktu sebelum ia secara untuh menjadi istri Edwin.
Disiang yang cerah tampak Bila sedang berkumpul bersama tiga sahabatnya disebuah restoran yang cukup nyaman, sambil menikmati makanan dan memperhatikan anak-anak mereka yang sedang bermain, mereka juga bercerita seputar rumah tangga.
"Nanti ya.... kalau kamu sudah menikah, buh.... mau me time aja syuyah chin" ledek Monik.
"Apa lagi kalau udah punya dua anak kaya aku" timpal Khairina.
"Masa sih".
"Ga percaya" Jawab Monik.
"Ga Bil, buktinya aku tetep fun aja tuh" Fani membela diri.
"Cie yang sahabat jadi cinta, belain suaminya" ledek Khairina dan Monika pada Fani.
"Sut..... jangan gitu dong, aku kan ga enak soalnya di sini ada sang mantan" sindir Fani pada Bila.
"Sialan kamu Fani, aku do'ain anak kamu mirip aku lho".
"Hahahahaha...."
Tawa ibu-ibu muda itu bergema di ruangan tersebut sampai orang-orang disekitar mereka memperhatikan tingkah laku empat sekawan itu.
Merasa membuat gaduh merekapun mengecilkan volume suaranya.
Di pojok ruang tempat itu tanpa mereka sadari ada sepasang mata sedang memperhatikan wanita dengan out fit causal ia hanya mengenakan celana jeans dan kaus panjang, dengan krudung instan.
Matanya terus memandangi untuk memastikan bahwa wanita yang ia lihat benar-benar istrinya, iapun segera menelfonnya.
Dering telfon Bila berbunyi, ketika ia melihat ID Edwin ia memberikan kode pada sahabat-sahabatnya untuk tenang.
📞"Assalammualaikaum suamiku".
📞"Wa'alaikumsallam, sayang kamu lagi apa, kangen ga sih sama aku?".
📞"Kangen dong, aku lagi makan siang kak sama temen".
📞"Kamu kapan balik rumah?".
📞"Emmm... sepertinya sehari sebelum.ijab deh kak, soalnya masih banyak laporan yang harus aku kerjain".
📞"Kok mepet banget sih sayang, aku bilang Reifan biar kamu bisa pulang besok ya!, kita kan mau nikah kalau kamu sakit karena kebanyakan kerja gimana?".
📞"Ga usah kak..., aku baik-baik aja jangan hubungi pak Reifan aku ga enak kan".
📞"Ok deh, apa aku ke sana bantuin kamu".
📞"Ga perlu, kakak di rumah aja siapin semuanya dengan baik Ok, udah dulu ya kak muach.....".
📞"Ok bye".
📞"Bye".
Bila segera menutup telfonnya, dan kembali bergabung dengan teman-temannya yang segera meledek gadis itu karena membohongi suaminya.
"Parah kamu Bil, kalau kak Edwin tahu pasti kamu kena akibatnya".
"Biari... habis aku males sih, kalau kak Edwin tahu aku sudah pulang pasti ngrecokin terus".
Edwin segera pergi dari tempat itu bersama rekan kerjanya, setelah tahu ia sedang di bohongi Bila.
"Awas aja kamu Bil, aku kasih pelajaran kamu biar tahu rasa" ia berniat untuk membalas mengerjai Bila hari ini juga.
Sore hari Edwin sengaja pulang ke rumah orang tua Bila dengan diantar tukang ojek, tujuannya supaya Bila tidak tahu kalau ia berada di sana.
Edwin bertanya pada ibu Bila dengan hati-hati agar ia tidak tahu kalau Bila sudah mengerjainya.
"Bu saya lupa Bila tuh sudah di rumah berapa hari ya?".
"Satu mingguan ya sepertinya nak Edwin, apa kalian belum ketemu?".
"Belum buk, lagi pula saya sibuk".
"Iya kata Bila, kerjaan kamu sedang banyak ya makanya kamu mengizinkan Bila nginep di sini".
"Iya buk" Edwin tersenyum kecut "awas kamu Bila" Edwin semakin geram.
Pukul delapan malam Bila pulang membawa banyak barang, ia baru mengambil jahitan yang akan digunakan ketika pernikahan.
Bila tampak lelah karena seharian ia harus mondar-mandir membeli perkengkapan.
Ayah dan ibu tidak memberitahu kalau Edwin menginap hari ini, karena hari sudah cukup malam setelah mandi ia berniat langsung tidur.
Dengan hanya memakai handuk Bila keluar dari kamar mandi, setelah mengambil tasnya ia segera masuk ke kamarnya.
Edwin yang tahu Bila akan segera masuk sengaja bersembunyi di balik pintu.
Dengan percaya diri Bila masuk dan segera membuka handuknya, sampai ia dikagetkan dengan padamnya lampu kamarnya, dan sesosok kekar yang tiba-tiba mendekapnya dari belakang.
Ketika Bila hendak berteriak mulutnya langsung diserang dengan ciuman ganas dari laki-laki tersebut.
Bila tak mampu melawan kekuatan seseorang yang mulai menggerayangi tubuhnya walaupun ia telah berusaha keras.
Ketika ciuman penuh nafsu itu berhenti dengan segera ia akan berteriak, akan tetapi suara yang ia kenal berbisik ditelinganya dengan lembut.
"Coba teriak sekeras yang kamu bisa, biar keluarga kamu melihat keadaan kita".
"Kak Edwin" suara gemetar Bila seolah ia benar-benar tertekan.
"Kenapa? ga jadi teriak".
Morning readers.