»Beberapa bulan kemudian«
Setelah menempuh sekolah 3 tahun di pesantren Alvin dan Ana akhirnya lulus dengan nilai hampir sempurna, selama 6 bulan pernikahan, mereka hidup di asrama masing-masing dan hanya bisa saling menatap dari kejauhan.
Alvin datang membawa seikat bunga mawar merah menuju sekolah khusus putri,
semua mata menatap iri ke arah Ana.
"Selamat atas kelulusanmu, istriku". Alvin menatap Ana dengan lembut sambil menjulurkan bunga mawar yang dibawanya ke arah Ana.
Ana mengambil bunga itu dengan malu-malu dengan hati yang berdebar-debar.
"Ya Allah dia memanggilku istrinya, ahhh kenapa ini terdengar sangat indah". Batin Ana sambil tersenyum.
"Terimakasih suamiku". Ana menatap Alvin dengan tatapan yang dalam, dengan senyum yang menawan". Kita sudah lulus, terus apa rencanamu?". tanya Ana.
Alvin tersenyum sambil berkata, "Membawamu ke Jakarta dan kita bisa kuliah bersama di sana".
Ana merasa sangat senang mendengar perkataan Alvin bagaimanapun juga dia adalah istrinya jadi dia bebas membawanya kemanapun dia mau.
"Apa kamu mau?". tanya Alvin memastikan.
Ana mengangguk. " Bagaimana mungkin tidak mau, aku ini istrimu jadi kemanapun kamu membawaku, aku pasti ikut".
Mendengar jawaban Ana, Alvin rasanya ingin memeluknya tapi rasa itu dia tahan ketika mengingat banyak mata yang menatap mereka.
Setelah pembicaraan itu, Ana langsung kembali ke asrama untuk berkemas, sedang Alvin pergi ke rumah pak Kyai untuk menemui ayah dan ibunya yang baru datang.
»Kediaman pak Kyai.«
Di ruang tamu yang cukup luas itu, ekspresi tuan Zapran berubah gelap ketika mendengar penjelasan mertuanya.
"Apa ? Alvin sudah menikah? bagaimana bisa aku tidak tau? apa kamu tau dinda?". tanya tuan Zapran pada istrinya.
Ibu Aira mengangguk dengan wajah khawatir. "Iya".
"Kenapa kamu tidak memberitahuku? jika aku tau, maka aku pasti menyelesaikan kesalahpahaman itu tanpa harus menikah". jelas tuan Zapran dengan geram.
"Abi sejujurnya saya merasa kecewa, tapi itu sudah terjadi, dan sekarang anak saya sudah lulus dan saya akan membawanya pulang ke Jakarta, dan soal pernikahan itu tidak ada catatan sipil jadi untuk menjatuhkan talak itu tidak sulit". Kata Tuan Zapran menatap kecewa pada mertuanya.
Ibu Aira hanya terdiam karena dia tau kalau dia salah, meski dia menyukai Ana, tapi dia tidak setuju anaknya menikah muda, karena dia tau betul kalau suaminya mempersiapkan Alvin untuk mewarisi kerajaan bisnisnya bukan malah sibuk mengurus istri di usia mudanya.
Alvin datang tepat ketika ayahnya mengatakan untuk memisahkannya dengan Ana, langsung saja dia merasa tidak tenang dan tidak aman, secepat mungkin dia bergegas mencari Ana dan membawanya pergi.
Setelah dua jam mereka sampai di desa S, Ana masih bingung dengan sikap Alvin, dia masih terdiam mengendarai motornya tanpa penjelasan, Ana hanya mengikuti suaminya dengan patuh.
Hari sudah mulai malam, Alvin membawa istrinya ke sebuah penginapan di tengah desa, selesai sholat isya mereka duduk dan ngobrol.
Di ruangan itu hanya ada satu tempat tidur, Ana merasa canggung dan deg degan karena ini pertama kalinya mereka ada di satu ruangan selama mereka menikah, ditambah udara malam itu sangat dingin karena di luar hujan dan angin menunjukan drama romantisnya.
"Ana!". Suara Alvin memecah keheningan diantara mereka.
Dengan pelan Ana menoleh ke arah Alvin. "Ya".
Sebelum Alvin melanjutkan ucapannya Ana tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya dan bertanya. "Alvin, kenapa kau membawaku kemari, ada apa?".
Alvin menatap lembut ke arah istrinya ."Aku tidak ingin dipisahkan darimu".
Ana kaget. "Siapa yang akan memisahkan kita?".
"Ayahku, dia ingin kita bercerai".
Mendengar itu Ana merasa di sambar petir, namun dia berusaha menenangkan dirinya lalu berkata. "Apapun alasanya ini salah, kita harus kembali besok!".
"Aku mencintaimu". jawab Alvin tanpa memperdulikan perkataan Ana dan memeluk Ana seolah tak dibiarkan lepas.
Ana merasakan darahnya mendidih, dalam pelukan Alvin, Ana larut dalam kebahagiaan, sejujurnya dia sangat mencintai suaminya dan tidak ingin kehilangannya.
#Pagi selanjutnya
Ana merasa ada yang salah dengan tubuhnya seluruh badannya terasa sakit, melihat istrinya tampak lelah dan menahan sakit, Alvin duduk di sampingnya "Maafkan aku karena semalam aku tidak mengontrol diriku harusnya aku tidak melakukannya". Kata Alvin lirih sambil menggenggam kedua tangan istrinya.
"Aku istrimu, jadi itu bukan kesalahan tapi kewajiban". Jawab Ana sambil tersenyum dan mencium punggung tangan suaminya.
"Aku Mencintaimu, seperti rembulan memeluk matahari". Kata Alvin.
"Kalau begitu tanpa rembulan hidupmu akan gelap dan tanpa matahari tidak akan ada cahaya, bukan begitu?". Lanjut Ana sambil memandang Alvin penuh kasih.
Mendengar ucapan istrinya, hati Alvin berbunga-bunga senyum terlukis di wajah tampannya dia hanya mengangguk dan berkata "Mmm".
Melihat respon Alvin Ana merasa lucu, "Dia suamiku tapi bagaimana dia begitu sedikit bicara ? hee..".
Ana terus memandang Alvin yang tersenyum seolah itu masih tak cukup baginya, dia dengan rakus melakukannya setiap kali dia terbangun di pagi hari dan melihat wajah tampan suaminya.
Setiap memandang suaminya, hati Ana meleleh, dia berfikir apakah dia pernah menyelamat kan dunia di kehidupan yang lalu sehingga sekarang dia bisa menjadi isteri lelaki yang luar biasa seperti Alvin.
#Di kediaman Pak Kyai
"Abi, ini sudah satu bulan Alvin dan Ana menghilang, kemana mereka?". Tanya ibu Aira dengan isak tangisnya.
Pak Kyai hanya terdiam menatap anaknya yang menangis, dia juga merasa bingung karena orang-orang yang dikerahkan untuk mencari Alvin dan Ana gagal.
"Tenang sayang, orang-orangku sudah mencari mereka dan sebentar lagi ketemu!". Tuan Zapran sudah dikuasai amarah, dia mencoba menenangkan hati istrinya.
Tidak lama kemudian anak buahnya membawa Alvin yang tak sadarkan diri, dan dengan tergesa-gesa mereka pamit, lalu diam-diam membawa Alvin pergi dari pesantren tanpa memberikan kesempatan Pak kyai untuk bicara, dan malam itu juga Tuan Zapran membawa Alvin pergi ke London, sebelum Alvin sadar dari obat biusnya dan mengamuk.
Meski hati nurani ibu Aira berkata ini salah, tapi dia tidak bisa melakukan apapun, dia tau dia salah makanya dia hanya diam ketika melihat putranya diseret masuk ke mobil, sedang Ana di bawa pulang ke rumah orang tuanya oleh anak buah Tuan Zapran.