Tải xuống ứng dụng
51.85% Love Chef | Jung Jaehyun / Chapter 14: Night Talk --Coffee

Chương 14: Night Talk --Coffee

•-----•

Coffee Is You

•-----•

Bagaimana jadinya bila Jaehyun mengungkapkan perasaannya saat ini. Akankah semua akan tetap sama atau malah berubah?

Sudah sepuluh menit, laki - laki pemilik dimple itu memerhatikan gadis manis yang duduk di hadapannya. Tanpa mengalihkan pandangan ke arah lain. Atensinya tertuju hanya pada subjek tersebut.

Hingga membuat si gadis manis —Aya, tersipu malu terlihat dari telinga dan pipinya yang memerah. Ah, atau mungkin karena hawa dingin yang ada? Maklum, sebab mereka berdua tengah berada di rooftop Coffee Crazy shop.

"Apa ada yang salah dengan wajahku, Jaehyun-ssi?" tanya gadis itu sambil meraba wajahnya sendiri.

Jaehyun menggeleng pelan. Entah darimana ia mendapat keberanian itu —menatap Aya dalam waktu yang lama. Bahkan saat ini, seutas senyum terlukis di wajah tampannya.

Jelas, membuat Aya semakin bingung dengan sikap laki - laki berkemeja biru muda lengan pendek itu —Jaehyun. "Lantas kenapa melihatku seperti itu?" lanjutnya bertanya.

Seakan terhipnotis, Jaehyun tak mendengarkan perkataan Aya. Ia sibuk dengan kegiatannya sendiri —menatap gadis itu.

Mau tak mau, Aya melambaikan kedua tangannya di depan mata Jaehyun. "Hey, Jaehyun-ssi? Gwenchana?" Gadis itu hanya takut kalau Jaehyun sedang melamun. Itu bisa berbahaya.

Terkesiap, Jaehyun mengerjapkan matanya dan berkata, "ne? Ada apa Aya-ssi?"

"Kenapa kau melihat ke arahku terus? Memangnya ada yang aneh dengan wajahku?" sahut Aya mengulang pertanyaan yang sama.

"Tidak ada."

"Lalu?"

"Hanya ingin. Ah, kau sudah mencoba mi esperanza coffee? Sungguh, itu sangat nikmat! Apalagi kalau kau nikmati dengan campuran espresso," sahut Jaehyun sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal, lalu mengangkat cangkir berisi kopi untuk ia hirup.

Lagi - lagi, Jaehyun menjadi salah tingkah dan bingung harus menjawab apa. Alhasil ia alihkan dengan membicarakan topik lain.

Terlepas dari Mark yang sudah mengantarkan kopi pesanan mereka berdua, tak juga Jaehyun dan Aya mengobrol karena kecanggungan yang mendominasi.

Terlihat Aya mengernyitkan dahi. Mungkin ia baru mendengar nama jenis kopi yang Jaehyun katakan. "Apa tadi kau bilang? Mi es--pe, apa?"

O, astaga! Jaehyun semakin gemas dengan gadis di hadapannya itu. "Mi esperanza coffee, Aya-ssi," sahutnya sambil tersenyum.

"Ah, iya itu. Aku belum pernah mencobanya? Apa di sini ada? Bagaimana rasanya?"

Jaehyun menggeleng pelan. "Tidak ada, sulit untuk mendapatkannya. Tapi berbeda jika kita tinggal di Amerika sana. Kopi jenis itu hal yang lumrah."

"Jinjja? Ah, jelas saja kau tahu. Pasti kau sudah mencobanya 'kan? Apakah lebih enak dari red eye?" sahut Aya antusias.

Beginilah kalau keduanya penikmat kopi, membicarakan dengan satu topik itu saja bisa sampai lupa waktu.

Jaehyun melirik jam di pergelangan tangan kanannya, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. O, astaga ini sudah larut malam.

Memang, kedai kopi milik Mark itu buka 24jam. Tak hanya ramai pengunjung, juga di daerah sana hanya kedai kopi itu yang ada. Alhasil banyak yang meminta untuk buka hingga seharian penuh. Walau Mark tak selalu ada di sana.

"Aya-ssi? Kau tidak apa pulang selarut ini?" ucap Jaehyun menyadarkan Aya untuk mengecek jam di ponselnya.

Aya menepuk dahinya pelan. "Astaga, waktu berjalan sangat cepat. Bagaimana ini? Bisa - bisa aku mendapat omelan dari Jeno," jawabnya panik.

"Kau membawa kendaraan?"

"Tidak, aku naik bus ke sini. Apa masih ada bus dijam segini?"

"Tidak perlu, biar kuantar. Akan kujelaskan juga pada chef Jeno nanti. Ini salahku karena mengajakmu menikmati kopi dulu."

Aya menggeleng. "Tidak -tidak. Kau tidak salah Jaehyun-ssi. Lagi pula aku juga yang ingin."

"Ya sudah, ayo kuantar kau ke apartemen chef Jeno."

"Tidak, terima kasih. Aku bisa pulang menggunakan bus. Tadi, kulihat ada halte bus di dekat sini," jawab Aya, lalu beranjak dari duduknya.

Jaehyun menggeleng pelan. "Percuma, kau akan mendapatkan bus saat matahari sudah muncul nanti. Karena bus terakhir sudah lewat setengah jam lalu."

Kedua bahu Aya merosot, seraya embusan napas pasrah terdengar. "Aah, bagaimana ini?"

Tanpa menunggu ocehan lebih dari Aya, Jaehyun meraih pergelangan tangan gadis itu dan mengajaknya ke mobil yang ia parkir sembarang di dekat taman.

Namun, sebelum itu mereka berdua berpamitan pada pemilik kedai kopi tersebut —Mark Lee.

Saat hendak menemui laki - laki bermarga Lee itu, ponsel Aya berdering dan membuatnya menghentikan langkah Jaehyun. "Tunggu, ada telepon masuk."

Dilepasnya tangan Aya oleh Jaehyun. "Tunggu di sini kalau begitu. Aku akan mencari Mark." Lalu, ia pergi untuk mencari sosok temannya itu.

Aya hanya mengangguk dan mengeluarkan ponselnya dari saku coat yang ia kenakan. "Doneus?" gumamnya pelan. Ternyata yang menelepon adalah Jeno.

[Ya, ada apa?]

[Ada apa katamu? Kau tidak tahu ini sudah jam berapa?]

[Aku tahu —]

[— kau di mana sekarang? Kenapa tidak menjawab pesanku? Akan kukunci pintu apartemen agar kau tidur di luar!]

[Oh ayolah Jeno! Kau tega sekali membiarkan aku tidur di luar apartemen? Ah, ya sudah kalau begitu aku pulang ke rumahku saja!]

[Tunggu! Ja—]

"—ngan dimatikan dulu..." Jeno tengah menyesali ucapannya. Ia tak sampai hati menyuruh Aya untuk tidur di luar. Ia hanya marah karena khawatir yang berlebih.

Sedangkan Aya, gadis itu menggerutu tak jelas. Jangan lupakan kaki yang dihentak - hentakkan. "Di mana Jaehyun?" gumamnya sambil mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok laki - laki yang datang bersamanya itu.

"Hey! Apa yang kau cari?"

Aya menoleh ke belakang dan ternyata ada Mark. "Mark-ssi? Aku mencari Jaehyun."

"Eoh? Bukankah kalian berdua daritadi? Woah, Jaehyun benar - benar! Meninggalkanmu sendirian!" sahut Mark sambil bersidekap dada.

"Tidak -tidak, bukan begitu. Jaehyun pamit mencarimu. Tapi kau malah ada di sini," jawab Aya sambil menggelengkan kepalanya.

Mulut Mark membentuk huruf o. "Ya sudah, tunggu saja di meja itu. Aku akan mencari Jaehyun."

"Ah, tadi aku mendengar kau menyebut nama Jeno. Bukankah itu Lee Jeno, seorang chef seperti Jaehyun?" tanya Mark sebelum benar - benar pergi dari hadapan Aya.

Aya mengernyitkan dahinya. "Eoh, benar! Kau mengenalnya?"

"Oh geez! Ternyata benar!" jawab Mark antusias sambil menjetikkan jarinya di udara. "Ya, aku mengenalnya. Bahkan kami sangat dekat karena Jeno sepupu jauhku!"

Melongo, Aya sampai menganga tak percaya. Ternyata dunia sesempit ini. Benar, ia pernah mendengar tentang sepupunya Jeno yang ada di Aussie. Dan sekarang orang itu ada di hadapannya.

"Jinjja? Woah Daebakk! Ternyata kau sepupu Jeno yang sangat menyukai photography?" sahut Aya tak kalah heboh.

Jeno pernah bercerita bahwa sepupunya itu penggemar photography, bahkan penikmat karya seni. Ternyata selain itu, Mark juga seorang ahli tentang kopi. Benar - benar definisi boyfriend material.

Mark terkekeh pelan sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. "Jeno berlebihan. Aku hanya tertarik dengan potografi dan suka dengan foto - foto."

"Tetap saja Mark. Laki - laki yang menyukai photography pasti sangat romantis. Buktinya, ia hanya melihat satu subjek dan terus memfokuskannya. Sama seperti memperlakukan wanitanya, 'kan?" celoteh Aya yang langsung terlihat akrab dengan Mark.

"Ternyata benar kata Jeno. Gadis ini sangat unik," batin Mark.

"Jangan bilang, hasil design di dinding kedai kopi ini hasil karyamu? Foto - foto yang terpajang itu!" lanjut Aya sambil menunjuk bingkai foto yang terpajang di setiap sudut.

Mark mengangguk malu. "Hanya sekedar hobi."

"Kau yang terbaik Mark!" sahut Aya sambil mengacungkan dua ibu jarinya ke depan Mark.

Mark hanya tertawa renyah. Bahkan telinganya sudah memerah. Perkataan Aya membuatnya malu. Baru kali ini Mark bertemu dengan gadis yang banyak bicara. Ya, Aya memang cerewet jika sudah merasa dekat dengan seseorang.

"Ayolah Aya-ssi, jangan menggodaku terus. Ah, iya... di mana Jaehyun? Ini sudah larut malam dan kau belum pulang? Tidak apa?"

"Ah, iya! Jeno mengunci pintu apartemennya! Aku akan pulang ke rumahku saja, jadi tidak ada yang mengomel. Kedua orang tuaku sedang ke luar kota," jawab Aya.

Saat itu juga terlihat Jaehyun tengah tersenyum sambil menunjuk ke arah Mark. "Aigoo, bro! Aku mencarimu sampai ke ruanganmu tapi kau malah ada di sini!"

"Sorry bro! Ada urusan keluar tadi sebentar. Ada apa mencariku?"

"Kami ingin pamit pulang."

"Iya Mark. Terima kasih untuk kopi terbaiknya! Aku akan sering - sering ke sini, boleh?" sahut Aya.

Jaehyun mengernyitkan dahinya. Ia bingung bagaimana bisa Aya langsung dekat begitu dengan Mark? Dan tak terlihat ada kecanggungan antara mereka.

Mark terkekeh. "Tidak perlu ditanya. Kapan pun kau ke sini, aku akan menyambutmu dengan senang hati."

"Baiklah Mark. Kami pamit pulang kalau begitu. Sampai jumpa lagi," sahut Aya lalu menatap Jaehyun. "Jadi mengantarku?"

Jaehyun terkesiap. "Ah, iya jadi. Oke Mark, aku pamit. Thanks bro!"

"Yo bro! Sering - sering ke sini dengan Aya."

Akhirnya, Jaehyun dan Aya melangkahkan kaki mereka menuju taman. Disepanjang jalan, Jaehyun masih terus memikirkan kedekatan Aya dengan Mark.

"Akan kuhubungi Mark nanti!" batin Jaehyun.

•-----•


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C14
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập