Ponsel Chen bergetar, ponsel yang Chen letakan di atas meja membuat Sana mampu melihat siapa yang menelpon Chen pada saat itu.
" Park Ji Hyo "
Chen menghela nafas, ia melirik Sana yang sibuk dengan makanannya. Chen memutuskan untuk mengangkat telfon dari JiHyo.
" hallo? " Chen menatap Sana yang masih asik dengan makanannya. tak peduli dengan Chen yang sibuk melayani JiHyo
" gak bisa, sekarang aku mau nganterin Sana dulu "
" ngga bisaaa JiHyo, kamu bisa kesana sendiri. "
" udah dulu "
klik. Chen mematikan sambungan telfon itu sepihak.
" mau kemana? " tanya Sana cuek
" JiHyo minta dianterin ke Bandara. " jawab Chen menatap lekat Sana yang sama sekali tak memandangnya
Sana mendesah, dia kemudian berdiri dan meninggalkan Chen yang melihatnya dengan tatapan heran.
" heh tuh anak ga sopan banget. abisin makannannya Sanaaaaa" omel Chen melihat Sana yang masuk kedalam kamarnya
~~~
Sana memasang earphone ditelinganya dan duduk manis disamping Chen yang fokus kejalanan, tadi di kamar Sana telah terjadi perang dunia ke III antara Sana dan Chen. Sana yang kekeuh gak mau dianter kuliah oleh Chen. dan Chen yang nekat mau nganterin Sana kuliah, dengan alasan Mommy akan memarahinya jika ia tidak mengantar Sana dengan selamat
FLASHBACK
" heh monyet buka ga pintunya gue mau pergiiiiii " teriakan Sana tak mengalahkan tarikan yang Chen keluarkan untuk menahan pintu itu dari luar.
" gak mauuuu, gue bilang gue mau nganterin lo " Chen semakin mengencangan pegangannya pada pintu. ia yakin bagaimanapun usaha Sana ia tak akan berhasil membuka pintu
" cihh, ni anak ngeselin ya " Sana berdecak, dia bertolak pinggang frustasi
" kalo lo mau dianterin sama gue, gue buka pintunya " seru Chen dengan nada mengejek, dia terkekeh pelan.
" Chen " Sana mengetuk bahkan menggedor pintu dengan keras
" apaan sih sayaaaang " ledek Chen
" sayang sayang pala lo peang heh, cepetan bukain iiiih "
" gak mau, yaudah sih dari pada lo naik bis mending bareng sama gue. "
" gue gak mau dan gaakan mau. lo itu malumaluin monyet " kesal Sana, ia terus menggedor pintu
" lo mah ihh udah ikut sama gue aja yu? " Chen semakin gencar mengejek.
Ocehan Chen tak mendapat tanggapan dari Sana, kini Chen terlihat panik karna sedari tadi ia memanggil Sana tak ada sahutan.
" Sana?" Chen mengetuketuk pintu, tapi yang ia panggil tak kunjung menyahut.
Akhirnya Chen membuka pintu itu, dan dengan satu kali tarikan Sana berhasil membuka pintu itu dengan keras sehingga Chen tersungkur ke atas kasur.
Gelak tawa Sana meledak setelah melihat Chen yang jatuh dengan posisi menungging.
" HAHAHAHAHA mampus lo "
Sana masih saja tertawa, ketika Chen berbalik dan menarik tangan Sana dengan keras. sehingga Sana kini jatuh tepat disampingnya. dan dengan sigap Chen segera beralih ke atas tubuh Sana.
" sekarang siapa yang mampus heh? " Chen tersenyum licik, ia menaruh tangannya di leher Sana.
Sana menelan ludah, kini Chen Mesum telah mengambil alih.
" mau gue anterin ato engga? " ancam Chen yang masih berada di atas Sana
dengan pasrah Sana mengangguk, Chen pun tertawa. merasa lucu melihat Wajah Sana yang terlihat ketakutan
FLASHBACK OF
" lo gamau ngajak gue ngomong?" tanya Chen, ia melirik Sana sejenak dan kembali fokus pada jalanan.
Sana mengerucutkan bibirnya, bertanda ia masih marah pada cara licik Chen yang mengantarnya kuliah
" itu bukan licik tapi cerdik " bela Chen seakan tau kenapa amanda marah kepadanya
" cerdik apanya?" tanya Sana ketus.
" ya cara gue "
" shittt "
~~~~
" mau dianterin sampe kelas princess? " goda Chen .
Chen terus mengikuti Sana yang semakin kesal padanya. Chen terus menggoda Sana. tak peduli pada tatapan mahasiswi disana.
" jangan ngikutin gue iiih Cheenn " kesal Sana sampai pada puncaknya ketika Chen dengan sok gayanya menggoda mahasiswi yang melewati mereka.
" hey sayang? kenapa kau begitu marah? " Chen membelai pipi Sana yang langsung ditepis Sana.
" sekarang kenapa? lo bicara formal sama gue "
Chen terkekeh, " apa salahnya? apa aku tidak bisa memanggil sayang kepada calon istriku? "
Chen mengencangkan suaranya ketika ia menyebut Sana sebagai calon istrinya, sontak Sana mencubit pinggang Chen gemas.
" calon istri apaaan ih " kesal Sana, dia kemudian meninggalkan Chen.
Chen terkekeh kemudian ia pergi untuk menuju ke kantornya.
~~~
Sana berdumel dengan dirinya sendiri. ia mengoceh tak karuan dan merasa malu dengan tatapan mahasiswi di kampusnya yang memandang ia dengan sejuta pertanyaan.
" wooyyyy "
teriakan seulgi mampu membuat Sana berhenti. seulgi kemudian berlari menghampiri Sana dan langsung merangkulnya
" eh San. lo ngerasa ada yang aneh ga sih sama anakanak disini? " tanya seulgi, ia melirik beberapa mahasiswi yang memandang tak suka pada mereka.
Sana menggeleng, sebenarnya ia tau kenapa mereka bersikap seperti itu tapi ia memilih untuk tidak menjelaskan apapun pada seulgi
" kok gue ngerasa ini garagara lo yah?"
" apaaan sih seulgiii... fitnes deh " elak Sana.
" fitnah San... " ralat seulgu kesal. Sana hanya terkekeh
~~~~
" gimana? di hotel alberine ya? oh okok nanti saya kesana. makasih "
klik. telfon ditutup oleh Chen, ia tersenyum puas.
" permainan dimulai "
~~~
" kenapa lo nemuin gue!" tanya June kesal, ia meneguk kopi yang dia pesan. didepannya JiHyo terduduk dengan airmata yang terus saja mengalir
" emang iya Chen mau nikah? "
June menatap bella malas, ia sangat sakit hati pada wanita itu setelah yang JiHyo lakukan pada June dan Sana
"iya dan gue minta lo jangan ganggu dia lagi " jawab June ketus. bayangan masalalu ia dengan JiHyo dan Chen sungguh saat ini memenuhi kepalanya.
" tapi gue sayang sama dia " JiHyo semakin terisak,
June berdecak sebal " kenapa baru sekarang!!! "
maaf pendek🙏
to be continued
happy reading
next?