Aleksis menyadari apa yang dipikirkan ayah angkatnya dan ia ikut sedih melihat Lauriel mengharapkan sesuatu yang tak dapat ia berikan. Sampai kapan pun ia takkan dapat melupakan Alaric.
Melihat betapa kini kedua anaknya bermanja-manja kepada Nicoale, Aleksis justru menjadi merasa bersalah. Ia tahu sudah saatnya ia menceritakan kepada Altair dan Vega tentang ayah mereka.
"Uhm... aku mau pulang bersama ayah dan ibu," kata Aleksis, berpamitan kepada Lauriel. Pakaiannya masih lengket akibat wine yang tadi ditumpahkan tamu brengsek itu, dan ia sudah tidak sabar untuk mandi dan mengganti pakaiannya.
"Kau tidak mau menginap? Anak-anak sepertinya sudah kecapekan," kata Lauriel. Ia menunjuk ke arah Vega yang sudah berbaring di pangkuan Nicolae dan Altair yang menyenderkan kepalanya ke bahu pemuda itu.
"Eh...?" Aleksis kaget. Ia menyipitkan matanya berusaha melihat lebih baik dan mendapati kedua anaknya memang sudah tidur.
Duh... sedih rasanya menulis bab ini, karena saya kasihan banget sama Nic. Ini cowok baik banget sih... Dia berhak untuk bahagia dengan Aleksis.
Tapi masalahnya Alaric masih hidup dan akan kembali...
huhuhu...
.
PS: Teman2, novel versi Inggris nggak sengaja kebanned bots karena tadi saya posting pakai huruf Jepang, jadi ga bisa dikirimin power stone/batu kuasa sementara ini. Jadi ya, PS-nya balikin ke versi Indonesia aja yaaa... Maappp sudah ngerepotin xx