Setelah kelasnya berakhir, Farani mengecek jam di HPnya.
'Jam 4, masih sempet lah kalo mampir ke rumah Sita sebentar' batinnya dengan penuh semangat.
"Girls, gue balik duluan ya." Melambaikan tangannya kepada teman-temannya, Farani bergegas menuju parkiran mobil. Teman-teman Farani membalas lambaian tangannya.
Hari ini memang tidak ada agenda spesial yang akan mereka lakukan, hanya kunjungan biasa untuk memastikan rumah Sita dalam kondisi rapi dan bersih. Dan juga mengecek apakah kulkas ada isinya atau tidak.
Memang sih ada layanan delivery order kalau-kalau lapar ditengah malam, tapi jelas makanan yang akan dipesan bukan makanan yang sehat. Makanya Farani selalu mengecek isi kulkas agar minimal ada susu dan buah-buahan.
Saat akan melajukan mobilnya, Farani sepintas melihat sosok yang familier di seberang jalan. Lelaki itu berdiri disisi mobil putih yang nampak akrab bagi Farani. Yang terlihat sedikit aneh adalah, sepertinya lelaki itu melihat ke arah Farani. Atau mobil ini? Namun karena keraguan, dia segera menepis pemikirannya.
Keluar dari gerbang kampusnya untuk menyeberang jalan, lelaki itu tersenyum. Kali ini, Farani mengamatinya dengan penuh perhatian. Itu Raffi. Jelas itu RAFFI!!
Menepikan mobilnya, Farani segera menyeberang jalan. Disamping mobil Audi milik Mama, Raffi berdiri dengan gagahnya. Bahkan terlihat seperti patung karena tidak bergerak.
"What are you doing here?" itu pertanyaan yang spontan terucap.
"I'm picking you up." Dengan gaya cool-nya Raffi tersenyum.
Dengan penuh semangat Farani memeluk Raffi. Bahkan dia tidak memedulikan tatapan orang yang lalu lalang disekitarnya.
"Oh God, ini kejutan banget." Farani melepaskan pelukannya sambil mengamati wajah yang hampir setahun ini hanya bisa dilihatnya di layar komputer.
"Kangen banget ya sama gue? Sampe meluknya kenceng banget."
Memukul lengan Raffi dengan manja dan menggandengnya. Lalu Farani menyeret Raffi ke mobil yang tadi dikendarainya. "Liat, Pinky jadi makin kinclong kan sama gue."
Dengan penuh rasa haru, dia mengamati Pinky. Mobil yang amat dia sayang.
"I'm glad you took care Pinky well." Penuh kasih sayang, Raffi mengacak-acak rambut Farani. "Traktir gue steak."
Tanpa pikir panjang, Farani mengiyakan. Setelah menitipkan mobilnya di kampus, dia pergi menumpang mobil Mama.
Ini kejutan yang sangat tak terduga. Sahabatnya pulang kampung mendekati hari ulangtahunnya. Ditambah lagi Lulu juga akan berkunjung ke Indonesia dalam waktu dekat ini. Rasanya ulangtahunnya kali ini akan menjadi ulangtahun paling special.
Saat lampu lalu lintas berwarna merah, dengan cepat Farani mengirimkan pesan kepada Sita. Mengabarkan kalau dia tidak akan mampir ke rumahnya karena ada tamu istimewa. Farani pernah berjanji bahwa dia akan memberi kabar kepada Sita tentang semua kegiatannya.
'Oke, hati-hati di jalan.' Balas Sita.
Senang rasanya mengetahui Sita begitu perhatian dan memberikan keleluasaan bagi Farani untuk berteman dengan siapapun. Meski begitu, Farani tetap menjaga jarak dengan beberapa teman lelakinya. Untuk Raffi yang memiliki perlakuan berbeda, Sita tidak merasa keberatan karena memang sudah dekat dengan Farani dari dulu.
"Kapan lo balik?" dengan penuh semangat Farani bertanya.
Tak ada yang bisa menggambarkan betapa senangnya Farani dengan kepulangan Raffi. Beberapa waktu yang lalu dia mengabarkan bahwa akan pulang ke Indonesia tahun depan. DAN SEKARANG DIA ADA DI DEPAN FARANI!!
"Kemarin." Jawab Raffi singkat.
"Kok nggak ngabarin?"
"Biar surprise lah."
Dan keduanya terlibat percakapan heboh. Farani melepas kangennya dengan bercerita tentang kehidupan kuliahnya. Farani juga menanyakan bagaimana kehidupan Raffi disana. Sampai-sampai mereka tidak menyadari bahwa hari sudah beranjak malam.
*
Begitu mendengar suara mobil yang masuk ke halaman rumahnya, Ayah lalu melipat koran yang sedang dibacanya. Berdiri dan menyambut putri kesayangannya yang terlambat pulang. Bahkan putrinya berani mengabaikan telepon dan pesan yang dikirim ke HPnya.
"Ayah, Bunda, Farani pulang." terdengar suara riang Farani memasuki rumah.
"Nggak usah punya HP aja, kalo ditelepon nggak diangkat, di chat nggak dibales." Ayah menghadang Farani di depan pintu rumah dan langsung meluapkan kekesalannya.
"Ayah." Raffi datang disaat yang tepat. "Apa kabar?"
"Lho, Raffi. Kapan pulang?" seketika ayah melupakan kekesalannya kepada sang putri.
"Kemarin Ayah. Tadi jemput Farani, trus mampir makan dan ngobrol sama Farani di luar." Raffi secara tidak langsung memberikan alasan atas keterlambatan Farani.
Memanfaatkan situasi, Farani langsung melipir ke kamarnya. Berganti pakaian dan memeriksa HPnya. Benar, Ayah beberapa kali menelepon dan mengiriminya pesan, sayangnya HP Farani dipasang mode silent.
Sita juga beberapa kali mengirimi pesan, menanyakan keberadaannya.
'I'm home Mr. Sita. Can I help you?' Farani membalas pesan Sita.
Sita lalu melakukan panggilan video call.
"Halo Mr. Sita. Ada apa?"
"I miss you so much." terlihat latar belakang Sita masih di kantor.
"Hei, jam berapa ini? Kenapa masih ada di kantor?"
"Nggak papa. Lagian di rumah juga nggak ngapa-ngapain." ucapan Sita terdengar sinidran di telinga Farani.
"Jangan sampe kecapekan. Besok pagi gue mampir ke rumah."
"Baik, Nyonya." sesinggung senyum terukir di wajah Sita.
Meski sekarang Sita sedang fokus ke pekerjaan, tapi pikirannya melayang entah kemana. Sejak mendapat pesan dari Farani yang memberitahunya bahwa dia akan keluar bersama Raffi, pikiran Sita tak karuan.
Melihat pacarnya melamun tak biasa, Farani curiga. "What are you thinking about?"
"Nothing. Cuma kerjaan yang nggak tau kapan kelarnya." Sita berusaha menghindar, dia tidak mau membuat Farani khawatir atau kepikiran. "Ya udah, gue udahan, mau pulang."
Setelah menutup teleponnya, Farani segera bergabung dibawah dengan orangtuanya dan Raffi. Melepas rindu yang sudah setahun tidak bertemu.