Tải xuống ứng dụng
63.15% TIKAM SAMURAI / Chapter 168: “Oh, my dear! Ya Tuhan, ya Tuhan…!

Chương 168: “Oh, my dear! Ya Tuhan, ya Tuhan…!

Ya, Mcihiko!

Dia hampir saja berdiri kalau tangan nya tidak digenggam erat Angela.

"Duduklah dengan tenang dear, masih banyak waktu. Tunggu sampai mereka juga duduk…"

Si Bungsu menahan hatinya. Dia lihat lelaki yang berjalan di belakang bergegas menarik kursi untuk kedua orang itu. Thomas tegak didepan kursinya, menunggu sampai Michiko duduk. Kedua pengawalnya tetap tegak tak jauh dari mereka. Begitu mereka duduk muncul pasangan dua perempuan dua lelaki.

Pertemuan ini nampaknya pertemuan orang-orang tingkat atas yang lazim di sebut kaum atau kalangan jetset. Mereka saling bersalaman. Seorang perempuan berbisik pada Michiko, kemudian dua perempuan itu berdiri, berbicara pada lelaki disana dan berjalan keruangan lain.

Kini waktunya pikir si Bungsu. Dia berjalan dengan tenang tapi dengan hati yang berdebar, kemeja yang di penuhi gelak tawa itu. Tiba-tiba langkahnya dihentikan oleh pengawal Thomas.

"Maaf, Tuan tidak bisa mendekat…"ujar Bodyguard itu perlahan.

Tubuhnya terasa mendingin. Dari jarak lima depa, dimana langkahnya tertahan oleh bodyguard thomas, dia memanggil.

"Tuan Thomas…"

Lelaki yang dipanggil itu masih tertawa dengan perempuan di seberangnya, seperti tak mendengar panggilan si Bungsu.

"Tuan Thomas.."ulang si Bungsu.

Thomas mendengar, namun menatap tajam pada bodyguardnya, itu sudah isyarat bagi si pengawal. Dia mencekal baju Bungsu dan berusaha menariknya. Namun sekali sentak, cekalan pengawal itu lepas.

"Tuan Thomas, ijinkan saya bicara baik-baik…"ujarnya masih berusaha dengan suara pelan, karena dia maklum berhadapan dengan siapa.

Lelaki itu menatapnya, diantara suara senyap di ruangan yang kelihatan terhormat itu, lelaki itu berkata diantara senyumnya.

"Anda memanggil saya, stranger?"

"Ya, Anda yang bernama Thomas Mackenzie, bukan?"

"Benar, Anda hafal nama saya, ada yang bisa saya perbuat untuk anda?"

"Ada.."

"Apa itu…"Si Bungsu berusaha menghindarkan keributan.

"Maaf, bisa kita bicara empat mata?"ujarnya sopan.

Thomas menatap si Bungsu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tatapanya jelas pandangan yang memandang rendah.

"Anda siapa, dan dari mana?"

Si Bungsu paham sudah, dia tak dipandang sebelah mata. Permintaannya untuk bicara baik-baik secara empat mata dianggap sama sekali. Dia menarik nafas. Namun dengan berusaha menyabarkan hati dia berusaha sekali lagi.

"Saya bukan siapa-siapa dalam strata kehidupan tuan. Namun saya datang dari negeri yang amat…"

"Antarkan tuan ini keluar…!"putus thomas pada pengawalnya.

Dua bodyguardnya itu tak perlu menanti, mereka segera mendekat dan mencekal tengkuk si Bungsu dan menariknya dengan kasar.

Dan..cukuplah sudah!

Entah bagaimana, kedua orang pengawal itu malang melintang setelah kena pukulan dan tendangan siBungsu.

Heboh pun pecah! Dua pengawal itu segera mencabut pistol dan si Bungsu berkata.

"Saya datang dengan baik-baik. Jika tuan mencabut pistol berarti menghendaki nyawa saya. Kita tidak bermusuhan, saya hanya ingin bicara. Karena itu…"

Namun Bodyguard itu sama dengan Thomas, tidak menganggap si Bungsu dan harus di singkirkan segera. Ketika tangan mereka keluar dari jas dipinggang, mereka sudah menggenggam pistol. Tapi hanya sampai disitu, tak satupun letusan terdengar.

Kedua mereka tetap tegak dengan muka meringis dan menatap heran. Di leher mereka tertancap sebilah samurai kecil memutus urat nadi di leher itu! kemudian tanpa sempat mengetahui apa yang terjadi, mereka rubuh dan mati!

Orang pada menatap diam. Benar-benar diam dan tegang. Kini si Bungsu mendekati meja Thomas.

"Anda tampaknya masih liar, stranger. Masih belum beradab. Saya dapat menebak, Anda pastilah datang dari negeri yang juga belum beradab. Nafsu anda untuk membunuh sama dengan orang-orang zaman purba.."ujar nya masih dengan kesombongan luar biasa sambil tegak dan langsung menyerang!

Harusnya dia maklum, lelaki yang dia serang ini datang dengan maksud damai. Tapi kesombongan menutup mata hatinya. Apa boleh buat serangan sudah dia lancarkan dalam bentuk sebuah tendangan. Dengan mudah si Bungsu mengelak kesamping. Tendangan kedua dan ketiga juga tak ada artinya bagi anak muda dari Gunung Sago itu. Dia hanya mengelak kekiri dan kekanan.

Persoalan baru datang ketika seorang lelaki bertubuh besar kekar, yang entah datang dari mana, tiba-tiba menyekapnya dari belakang. Dia nyaris tak bisa berbuat apa-apa. Dan saat itu pukulan mackenzie menghajar wajah dan perutnya, berkali-kali! Buah kesabarannya ternyata mencelakai dirinya.

Thomas menyerang dan masih melanjutkan pukulannya. Tapi lawannya kini adalah lelaki yang sudah kenyang dengan perkelahian. Dengan leher masih dipiting dari belakang, si Bungsu menghantam lelaki itu dengan sebuah tendangan kearah sudu hatinya. Thomas mengelak namun tendangan berikutnya datang amat cepat. Yang pertama menghantam selangkangannya yang kedua menghantam pelipisnya, yang ketiga menghantam perutnya. Thomas terdongak-dongak, terhuyung-huyung. Saat itu si Bungsu berhasil melepaskan pitingan lehernya dari lelaki bertubuh tinggi besar itu. Kemudian dengan sebuah bantingan yang telak tubuh lelaki itu mencium lantai!

Pukulan berikutnya menghajar Mackenzie membuat bekas perwira itu terjerambab di lantai, si Bungsu kini berada di atasnya, mencekiknya dengan ganas.

"Saya datang baik-baik dan minta bicara baik-baik, Tuan. Tapi kesombongan Tuan menganggap semua orang bisa tuan celakai…"desis si Bungsu.

Di bawah banyak tatapan orang, Thomas tidak bisa bicara sepatahpun. Saat itu Michiko muncul. Melihat Thomas tergeletak dengan wajah berdarah-darah dan seorang lelaki mendudukinya, mencekiknya.

"Thomas,my dear...!"pekik gadis jepang itu sambil berlari menghampiri.

Si Bungsu tertegak, Kepalanya masih menunduk menatap lelaki dibawahnya. Michiko sedikitpun tak menoleh kelelaki yang mencekik suaminya. Dia memeluk Thomas dan menangis. Betapa melihat mulut dan hidung Thomas berdarah, Michiko jadi kalap.

Dia bangkit dan tegak memukul lelaki yang tadi menhantam suaminya. Tangannya terayun. Secara naluriah dia mengerahkan tenaga dam memukul dengan pukulan karate yang pernah dikuasainya amat mahir.

Selintas sepertinya dia seperti mengenal lelaki yang tegak didepannya, yang tadi menyerang suaminya. Pukulan itu mendarat telak di bibir si Bungsu. Darah mengucur.

Dan.. Michiko tertegak dengan mata terbelalak begitu mengenali lelaki yang dia hantam. Bibirnya bergerak. Ingin sekali bicara, matanya tiba-tiba basah. Si Bungsu menatapnya, hampir tak percaya. Bahwa perempuan yang tegak didepannya ini perempuan cantik dari jepang itu. Adalah Michiko kekasihnya.

Perempuan yang tak dapat dia lupakan. Perempuan yang dicari menyebrangi lautan luas. Melintasi jarak puluhan ribu kilometer. Perempuan yang menurut sangkanya adalah perempuan yang memerlukan bantuannya. Tapi.. Mereka masih bertatapan. Bibir Michiko bergerak. Ada niat untuk menghapus darah di bibir si Bungsu. Namun tangannya tak kuasa dia angkat.

Ada niat untuk memeluk dengan segenap rasa rindu.

Namun Kakinya tak kuasa dia langkahkan. Akhirnya, hanya terdengar sebuah keluhan. Dan perempuan Jepang cantik itu. Yang dandanannya sudah jauh berubah, yang kini kelihatan seperti perempuan-perempuan kelas atas amerika, rubuh tak sadarkan diri.

SiBungsu nyaris memeluknya, menyambut tubuhnya yang terkulai. Namun tangan lain lebih cepat. Tangan Thomas Mackenzie! semua yang melihat tertegak diam.

"Kau telah membuat shock istriku, stranger. Kau akan menyesali perbuatanmu ini.."ujar bekas kapten angkatan udara amerika itu kepada si Bungsu.

Kemudian perempuan itu dipangkunya. Ketika akan beranjak, dia berkata lagi.

"Jika istriku keguguran karena hal ini, stranger, kau takkan selamat.."

Dan orang itupun pergi. Si Bungsu nyaris tak percaya atas apa yang terjadi dan apa yang dia dengar serta apa yang dia lihat. Benarkah semua peristiwa ini?

"Kau telah membuat shock istriku ,stranger. Kau akan menyesali perbuatanmu ini. Jika istriku keguguran karena hal ini, stranger, kau takkan selamat.."

Ucapan Mackenzie seperti mengiang lagi di telinganya.

Perempuan itu, Michiko,ternyata telah menjadi istri orang itu. Mungkinkah itu,

Mungkinkah?

Dia teringat ucapan Michiko saat di padang akan berangkat ke Bukittinggi.

"Hati dan jiwaku milikmu kekasihku, milikmu selama-lamanya….!"

Itu kata michiko dahulu,

Dahulu!

Apakah benar perempuan itu memang Michiko bisik hatinya seperti kepada diri sendiri. Namun dia tak sendiri. Dia kini ada dikamarnya, di rumah Yoshua. Berbaring bersama Angela.

"Dia benar Michiko. Dia memang gadis jepang yang kau cari itu, Bungsu…"ujar Angela pelan seperti menjawab pertanyaan hati si Bungsu.

"Kenapa kau begitu pasti, Angela? sedangkan aku yang mengenalnya tak merasa pasti…"

Angela tak menjawab. Dia tahu kalau pertanyaan itu tak mungkin dia jawab. Dan memang tidak untuk dijawab.Si Bungsu menarik napas.

"Maafkan saya Angela. Saya tak bermaksud melukai hatimu. Kau terlalu banyak berbuat baik pada ku.." Angela memeluk si Bungsu.

"Dia sudah menikah. Menikah dengan lelaki yang melarikannya. Dan Dia…telah memukulku dengan tangan yang pernah memelukku…"

"Jangan cepat berprasangka dear..Barangkali dia alasan yang amat kuat untuk akhirnya memutuskan menikah dengan lelaki itu.."

"Alasan yang kuat?"

"Ya,Barangkali…"

"Saya tahu. Kini dia jadi orang yang terhormat. Bukankah tadi siang kau jelaskan lelaki itu pemilik Industri yang kaya raya? Itu alasannya Angel…"

"Tak semua wanita menikah karena alasan harta, my dear.."

"Ya, tak semua. Namun ada bukan?"

"Jangan berprasangka, sayang. Sebaiknya kau temui dia dan dengar ceritanya.."

"Saya sudah menemuinya dan itu cukup.."

Angela terdiam.

Dia mengerti betapa terpukulnya lelaki yang disampingnya ini atas peristiwa tadi.

"Kau ingat ceritaku kemaren malam tentang perwira jepang yang membunuh keluargaku, Angel?"

"Yang bernama Saburo Matsuyama?"

"Ya, ingat…?"

"Ingat. Dia bunuh diri, bukan engkau yang membunuhnya bukan?"

"Benar, Dia bunuh diri. Dan adakah aku ceritakan padamu, dia diselamatkan oleh kemunculan anak gadisnya yang telah kukenal sebelumnya?"

"Ada, tapi kau tidak ceritakan apa-apa tentang gadis itu.."

Si Bugsu menarik nafas, matanya menatap langit-langit rumah,dan terdengar suara pelan.

"Gadis yang tak kuceritakan itu, yang ayahnya telah membunuh ayah-ibuku, telah memperkosa kakakku dan membunuhnya pula, kemudian membabat punggung ku dengan samurainya, adalah gadis yang tadi telah memukulku…"

Ada beberapa saat Angela tertegun, kini dia pula yang nyaris tidak percaya akan apa yang dia dengar.

"Oh, my dear! Ya Tuhan, ya Tuhan…!"desisnya beberapa kali.

Si Bungsu tertawa getir namun matanya basah.

"Dengarkan, sayang. Kau tak berhak berprasangka buruk, selalu padanya. Kau belum mendengar kisahnya. Berilah dia kesempatan untuk menyampaikan kenapa sampai begini jadinya. Saya yakin ada sesuatu…"

"Kau tahu dari mana, Angel?"

"Saya juga seorang perempuan, Bungsu. Saya juga pernah jatuh hati, kecewa dan ditinggal lelaki atau meninggalkan lelaki. Tapi pasti ada penyebabnya dear.."Sepi sesaat.

"Baik, Baik..Saya akan menemuinya. Akan bertanya, tapi bagaimana kalau dia tak mau…"

"Dia pasti akan bercerita…"

"Bagaimana kalau suaminya tak mengizinkan.."

"Saya rasa suaminya seorang lelaki yang jentelmen. Saya melihat itu dari sikapnya…"

"Dari sikapnya merampas kekasih orang?"

"Penyebab yang sebenarnya akan kita ketahui dear.."

"Baik, dan bagaimana kalau dia tak mau atau suaminya tak mengizinkan?"

"Itu terserah padamu selanjutnya. Tapi sebelum itu jangan rusak hatimu dengan perasaan yang tidak-tidak.."


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C168
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập