Malam itu, cuaca malam yang diterangi bulan sangat mendukung suasana kinan dan adam yang sedang dalam perjalanan menuju Kawasan bukit pinggiran kota Bandung.
Disana mereka memiliki cerita sendiri, cerita yang tidak pernah bisa hilang dari bayangan kinan meski segala macam cara ia sudah lakukan.
Adam yang menggunakan mobil sport menuju kesana akhirnya tiba sebelum kinan.
Dia berusaha melatih lidahnya untuk berbicara agar tidak terjadi kesalahan nanti, entah karena gugup atau karena rasa tidak percaya diri dalam dirinya.
"Kinan memiliki orang lain sekarang, orang yang bisa dia andalkan, entah lelaki itu siapanya kinan, tapi aku merasa sangat tersingkirkan karena keberadaannya yang selalu bersama kinan disaat aku tidak disini".
Adam sempat terdiam memikirkan hal itu. Dia teramat sangat menyesali karena telah meninggalkan kinan selama ini.
Dia keluar dari mobilnya dan terus melihat jam. pukul 07.15 malam, Kinan belum juga sampai.
Adam mulai khawatir karena kinan datang terlambat.
"Dia memintaku untuk tidak terlambat, tapi apa yang terjadi sekarang? apakah dia terkena macet? atau....."
belum selesai kata-kata adam saat sibuk berbicara pada dirinya sendiri, sebuah mobil berhenti tepat di belakang mobilnya.
"Ah itu dia, syukurlah..."
Adam melihat seorang gadis cantik yang ia tunggu-tunggu sedang turun dari mobil itu.
"Maaf aku terlambat, taksi onlineku tadi sempat mampir ke pom bensin dan itu sangat antri".
Kinan yang datang langsung menjelaskan situasinya kenapa bisa datang terlambat.
"Tidak apa-apa".
Adam menjawab singkat dan langsung meraih tangan kinan yang kesulitan berjalan melewati rumput-rumput tinggi disana.
"Apa kamu tahu kapan aku terakhir datang ke tempat ini?"....
Setelah beberapa saat saling diam karena rasa canggung yang membentang diantara mereka, akhirnya adam memulai pembicaraan dengan tema yang ringan. Tidak langsung pada inti pembicaraan yang sudah ia rencanakan.
"Kapan? bukankah 4 tahun lalu?".
Kinan menjawab dengan terus memandang luas ke depan. Adam yang sedari awal kinan datang, terus menatap kinan, gadis yang ia rindukan selama bertahun-tahun ini.
"Hemmm kamu salah,,,,,,,, kemarin malam aku berada disini, sendiri, mengenang apa yang pernah kita lalui disini empat tahun lalu".
"Apa???? semalam??? maksudmu kemarin malam???".
Kinan terkejut dengan pernyataan adam bahwa kemarin malam dia datang ke tempat itu. Itu malam yang sama saat kinan dan adam mengadakan pesta perpisahan dengan tempat itu.
"Apa kamu datang sebelum tengah malam?".
Kinan kembali bertanya karena penasaran....
"bukan, aku datang sekitar jam 1 dini hari, hanya sebentar, kira-kira 30 menit saja. Aku tiba di bandara kemarin malam jam 11.30 kemudian aku tiba di rumahmu jam 1an kurang. Tapi karena aku melihat semua lampu di rumahmu sudah dimatikan, jadi aku memutuskan untuk datang ke tempat ini, setelah beberapa saat aku kembali berpikir akan menemuimu malam itu juga, aku tidak bisa menahan rasa rinduku lagi. Jadi aku kembali ke rumahmu saat itu dan berakhir dengan security yang mengusirku dari sana".
Adam sambil tersenyum menceritakan kisah bodohnya yang ingin bertemu seorang gadis yang sudah lama dia rindukan.
"Apa kamu masih sebodoh itu??????"
Kinan yang langsung melihat wajah adam karena mendengar kisahnya yang pulang pergi mendatangi rumahnya di tengah malam hanya untuk menemuinya tapi dengan fakta bahwa malam itu dia sedang menghabiskan waktu bersama bayu di tempat yang sekarang mereka datangi, yang ternyata di malam yang sama adam juga datang ke tempat itu.
"Apa kamu berpikir dengan mendatangiku di tengah malam begitu semua urusan perasaan kita akan bisa di selesaikan????".
kinan kesal melihat sifat sembrono adam yang masih sama seperti dulu. Dia seperti tidak memikirkan sesuatu hal dengan tenang dan terencana. Melakukan semua yang dia inginkan dan dia anggap benar saja.
"Aku hanya ingin menemuimu, melihatmu, memandangmu meskipun hanya sebentar saja. Itu niatku saat melangkahkan kaki keluar dari bandara dan datang kesini, aku tidak berpikir soal bagaimana kita akan membahas soal perasaan kita masing-masing. Keegoisanku mengalahkan akal sehatku".
Kemudian setelah itu suasana menjadi sedikit mencair, perbincangan mereka mengakir begitu saja, kinan sudah mulai memperlihatkan kinan yang selama ini adam kenal.
Cepat marah, memanggilnya si bodoh, dan muka ketus yang selalu kinan tampakkan di wajah mungilnya.
"Dengan siapa kamu selama ini menjalani masa-masa perubahanmu menjadi gadis yang sangat berbeda dari yang terakhir aku lihat empat tahun lalu?".
Adam mulai menggoda kinan, karena dia melihat malam itu kinan benar-benar berbeda, dia terlihat lebih dewasa, lebih feminim, dan lebih cantik dari masa SMA dulu saat adam selalu mengikuti kemanapun kinan pergi.
Terlebih lagi sangat berbeda dari waktu pertama kali adam melihat kinan pagi ini, dengan celana training dan kaos serta rambut yang berantakan. Namun tetap mempesona di mata adam.
"Pemilihan kata-katamu berlebihan. Aku menjalani hari-hariku seperti biasa selama ini".
Kinan mulai membuka dirinya untuk sedikit bercerita mengikuti alur yang adam buat. Adam ingin kinan menceritakan hari-hari yang ia jalani selama adam tidak disisinya.
Lebih tepatnya ia ingin tahu kedekatan seperti apa yang terjalin antara kinan dan bayu.
"Apa kamu yakin semua berjalan seperti biasa? apa tidak ada yang berubah dengan hari-harimu setelah masa kuliah?, ceritakan padaku semua hal yang terlewat selama aku tidak ada".
kinan yang mendengar pertanyaan adam sedikit merasa terganggu.
"Apa itu perlu kita bicarakan saat ini???? apa kamu sangat ingin tahu apa yang aku alami saat kamu tidak disini??? dan apakah tidak terbayangkan sedikitpun olehmu, bagaimana aku melewati hari-hariku dengan semua rasa sakit yang kamu torehkan di dalam hatiku?"
Adam langsung meraih tangan kinan, dia sangat takut kinan marah besar padanya, semua rasa penasarannya terhadap bayu membuatnya melupakan apa yang seharusnya ia katakan pada kinan, yaitu permintaan maaf dan menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi saat dia ada di australi dan yang mengakibatkan kinan membencinya saat ini.
Kembali sifat kecerobohannya menghancurkan segalanya.
"Maafkan aku, aku hanya bermaksud agar kita bisa lebih santai untuk mengatakan maksud dari pertemuan kita disini, aku mohon kamu jangan marah".
Dengan menggenggam tangan kinan adam memohon untuk dimaafkan karena pertanyaan bodohnya.
Kinan hanya diam, kemudian dia melepaskan genggaman tangan adam karena merasa canggung dengan kedekatan seperti itu setelah lama tidak bertemu. Dan mengingat tidak ada hubungan apapun antara mereka.
"Apa kamu benar-benar membenciku saat ini? aku tidak memiliki pilihan lain saat itu, aku memang harus pergi dan menuruti semua keinginan orang tuaku. Aku masih anak ingusan yang tidak berdaya dengan semua amarah orang tuaku, yang aku lakukan hanya mengikuti keinginan mereka".
Adam mulai menjelaskan ketidakberdayaannya dulu saat harus meninggalkan kinan sendiri di bandung.
Dan terlebih lagi kenapa itu sangat menyakitkan untuk kinan???,,,, adam tahu, itu karena dia terlanjur memberikan harapan cinta yang sudah ia utarakan kepada kinan saat itu, namun kenyataannya adam harus pergi tanpa sedikitpun penjelasan yang bisa diterima kinan saat itu karena terlalu tiba-tiba.
"Kita tidak perlu lagi membahas hal-hal yang sudah berlalu. Rasa sakit yang dulu aku rasakan tidak akan hilang hanya karena kamu menjelaskannya sekarang, terlebih semua itu hanya omong kosong yang kamu karang untuk kesenanganmu sendiri, aku sudah cukup bisa menerima semua itu sebagai pembelajaran dalam hidupku".