Dias berdebar menantikan jawaban dari Dinda. Kalaupun bisa, dia ingin menghentikan waktu agar Dinda tidak pergi darinya. Dias juga berjanji dalam hati, jika ia akan merubah sikapnya kepada Dinda kalau ia mengurungkan niatnya untuk berhenti magang.
"Saya hanya ingin memberikan ini, bos" kata Dinda sambil mengulurkan sebuah amplop putih panjang.
Deg!
Jantung Dias seperti akan loncat dari singgasananya. Ia menjadi berpikir tidak karuan saat melihat amplop putih tersebut. Masih dalam gengaman tangan Dinda, Dias lalu memberanikan diri untuk menerimanya, tapi segera di urungkan niatnya.
"Apa ini?" tanya Dias.
"Itu surat ..."
"Stop! Aku tidak mau terima. Sebaiknya kau kembali kerja sekarang."
"Tapi bos harus menerimanya" Dinda memberikan suratnya dengan paksa.
"Tidak, bawa kembali surat ini" Dias melemparnya ke atas meja.
"Tidak bisa seperti ini, bos harus menerimanya atau ..."
Author mau minta maaf karena beberapa hari tidak update, sebab kesibukan di dunia nyata yang terlalu menyita waktu saya.
Maaf, kedepannya saya akan berusaha lebih keras lagi.
Terima kasih karena masih setia menantikan kelanjutannya.