Kami membawa kereta kembali ke istana, dan saat kami sampai, semua orang sedang sibuk mempersiapkan aula besar untuk pesta.
"Untuk apa semua ini?"
"Kami sedang mempersiapkan sebuah pesta untuk tuan Iwatani dan para pahlawan lain. Untuk merayakan kemenangan penting dan cepat mereka."
"Hmm...."
Aku telah membuktikan ketidakbersalahanku, dan setidaknya satu masalah domestik telah terselesaikan. Kurasa itu layak dirayakan.
Di aula itu ditempatkan meja-meja makan panjang. Menilai dari ukuran dan jumlahnya, pesta ini tampak lebih besar dan lebih mengesankan daripada pesta yang sebelumnya—pesta dimana aku melawan Motoyasu.
Itu sudah lama. Aku memikirkan seberapa lama aku dijebak dan difitnah. Rasanya butuh waktu yang lama sekali untuk membuktikan ketidakbersalahanku.
Aku merenungkan beberapa bulan terakhir saat sang ratu lewat. Dia sedang berbicara serius dengan sekelompok prajurit, mengangguk anggun.
"Ada apa?"
"Oh...."
Aku mendekat dan menanyai beliau. Beliau menopang dagunya dan membisikkan sebuah penjelasan, jelas-jelas terlihat kebingungan.
Sepertinya selama persiapan, Lonte datang ke dapur. Dia ingin menjadi orang yang membawakan makan untukku di pesta itu.
Dia merasa bersalah. Dia ingin bertobat. Dia merasa, sepertinya, dengan mengantarkan makananku akan menjadi langkahnya ke perdamaian.
Lalu dia dengan paksa mengambil makananku dari dapur dan datang ke aula.
Akan tetapi, sang ratu telah mempersiapkan untuk potensi apapun mengenai kejadian buruk yang akan terjadi dan memberi perintah untuk menangani masalah apapun yang mungkin akan disebabkan oleh Lonte.
Pada akhirnya, Wanita jalang sendirilah yang berakhir menderita.
Sebelum wanita jalang itu bisa menyajikan makananku, dia diharuskan mencicipinya untuk menguji apakah makanan itu beracun.
"Jadi apa yang terjadi?"
"Dia dibawa ke rumah sakit."
Baru beberapa jam saja berlalu sejak dia dijatuhi hukumannya. Seberapa bodohnya sih dia sampai mencoba sesuatu seperti itu secepat ini?
Perisaiku memberiku resistensi terhadap racun, jadi aku yakin aku akan baik-baik saja.
Tetap saja, meminum racun bukanlah kesukaanku untuk menghabiskan waktu.
Lonte bahkan gak mengerti apa itu "tobat". Apa yang dia pikirkan? Mencoba melakukan pembunuhan bisa mengarah pada hukuman mati untuk dia.
"Hukuman apa yang akan dijatuhkan pada dia?"
"Aku akan memberi hukuman setimpal pada dia. Lonte hanya akan menuai usaha keras yang lebih parah lagi sampai dia memahami posisinya."
"Bagaimana cara anda menghukum seseorang yang tidak kenal kata tobat?"
"Setidaknya kita menghentikan dia sebelum dia terlalu jauh. Jika dia melakukan sesuatu, aku akan kehilangan kepercayaanmu dan aku harus menghabiskah waktu yang lama untuk berusaha mendapatkannya."
"Terserahlah. Sudah hampir pasti bahwa dia akan mencoba sesuatu. Lagian dia tak pernah tobat."
Dia gak pintar-pintar amat, tapi kurasa ada sesuatu yang bisa aku kagumi dalam kekeraskepalaannya. Apa yang membuat dia begitu terganggu?
Aku bisa saja marah, tapi aku memutuskan untuk memuji ratu atas pandangan kedepannya.
"Lebih baik terus waspada. Jika sesuatu terjadi padaku atau teman-temanku, maka itu akan menjadi akhir dari kesepakatan kita."
Sang ratu telah turun tangan untuk membantuku, jadi aku memutuskan untuk mempercayai beliau untuk saat ini.
Aku betul-betul berharap bahwa kepercayaan itu gak akan disalahgunakan.
"Aku berniat untuk mengamankanmu. Kau bahkan tidak tau seberapa pentingnya kau bagi Melromarc dan dunia, tapi aku berniat untuk menunjukkan itu padamu."
Sang ratu, sebagai orang yang sesuai dalam posisinya, sepertinya telah menafsirkan untuk memerintahkan pengawasan 24 jam pada Sampah dan wanita jalang itu.
"Anda mengawasi Sampah? Meski dia terkurung dalam es?"
"Sudah sewajarnya. Sampai mereka berdua tenang dan membuang rencana bodoh mereka, aku akan menerima laporan-laporan dari telingaku diluar sana."
"Baguslah."
Para tamu mulai berdatangan. Setelah aula itu penuh, sang ratu mulai membuat pengumuman—penuh dengan pembicaraan kerajaan.
"Aku Milleria Q. Melromarc. Aku ingin menyambut kalian semua pada pesta ini, yang mana diadakan untuk perayaan, dan untuk menghormati kalian yang bekerja tanpa kenal lelah untuk mengakhiri bab penuh penderitaan dalam sejarah kita. Silahkan nikmati semua yang telah kami persiapkan untuk kalian."
Para undangan yang berkumpul bertepuk tangan meriah. Pesta ini gak kayak seperti yang sebelumnya.
"Wow....."
Mata Filo berkilauan penuh antisipasi yang tak terkendali saat semua makanan dibawa keluar dari dapur dan dibariskan di tengah meja.
Ruangannya dibagi dua. Yang setengah diatur dengan gaya prasmanan, sedangkan yang setengahnya lagi diatur seperti sebuah restoran.
Para tamu penting duduk di sisi pelayanan penuh. Jika mereka masih lapar setelah makanannya habis, mereka bebas pindah ke sisi prasmanan dan lanjut makan.
Beberapa pelayan muncul membawa piring makanan berkilauan ke meja kami, dan itu semua tampak begitu enak hingga aku gak bisa berhenti mendecapkan bibirku.
Aku menghabiskan makanan terakhir yang ada di pojok, ngemil makanan. Dari tempat aku duduk sekarang, seluruh pengalaman itu tampak seperti lelucon.
"Kalau kita sudah selesai makan disini, kau masih boleh pergi ke prasmanan dan makan."
"BENARKAH?!"
"Itulah yang mereka katakan. Kau boleh makan apapun yang kau mau. Tapi ingat kau harus tetap dalam wujud manusia, ngerti?"
"Okeeee!"
Kami menghabiskan makanan yang ada di piring mahal kami. Filo dengan cepat mengarahkan tatapannya pada prasmanan dan, menerima ijin, berdiri dan berjalan kesana.
Kuantitas diatas kualitas, kurasa. Itulah cara Filo melihat dunia. Atau harus kukatakan dia peduli tentang kualitas sebagai tambahan untuk kuantitas. Dia gak pernah puas dalam arti apapun.
Dia mengingatkan aku pada Raphtalia muda dalam hal itu.
Aku menatap Raphtalia.
"Ada apa?"
Raphtalia tau aku menatap dia, dan dia tersipu malu.
"Kamu masih lapar juga, kan? Sudah sana ambil lagi kalau kamu mau."
"Aku gak bisa makan sebanyak itu lagi!"
"Lebih baik kamu lebih memikirkan tentang kesehatanmu. Dengan semua pertempuran dan usaha keras setiap harinya, lebih baik kamu mendapatkan makanan bernutrisi sebanyak mungkin—saat kita punya kesempatan."
Raphtalia mendesah dalam-dalam. Apa yang dia mau?
"Tuan Naofumi, cewek seperti apa yang kamu sukai?"
"Apa?"
Secara tiba-tiba kayak gini. Tapi aku gak punya cewek yang aku sukai saat ini.
Sebenarnya, topik ini cuma membuatku kepikiran soal Lonte. Kuharap dia berhenti membuka topik seperti itu.
"Maksudku... apa ada cewek yang menunggumu di dunia asalmu?"
"Apaan sih yang kamu bicarakan? Tentu saja gak ada."
Apa dia berpikir itu adalah alasan aku ingin kembali ke dunia asalku? Apaan sih yang dia pikirkan?
Alasan aku ingin kembali ke dunia asalku sangat sederhana: aku benci tempat ini.
Mereka memfitnahku atas kejahatan, memaksaku bertarung meski aku gak mau, dan para knight yang seharusnya berada dipihakku mencoba menyalahkan aku. Siapa yang mau tinggal di tempat kayak gini?
Raphtalia mendesah dalam-dalam lagi.
"Aku gak tau apa yang kamu pikirkan, tapi aku ingin pulang karena aku mau. Itu saja gak lebih."
Saat semua ini berakhir, aku akan pulang sesegera mungkin. Apa dia betul-betul butuh alasan?
Tiba-tiba aku teringat apa yang kurasakan pada hari kedatanganku kesini. Semuanya tampak begitu hebat—aku betul-betul berpikir aku bisa tinggal disini selamanya.
Keinginan untuk tinggal telah lenyap sejak Lonte menghianati kepercayaanku.
Aku sudah tau itu, tapi mengingat emosi itu lagi membuatku semakin ingin pulang.
"Pahlawan Perisai!"
"Huh?"
Aku menoleh untuk melihat siapa yang memanggilku dan melihat para prajurit relawan yang bekerja bersamaku memanggilku.
Mereka adalah orang-orang yang mendatangi aku secara suka rela sebelum gelombang yang sebelumnya. Mereka ingin membantuku bertarung.
"Senang sekali melihat anda lagi, pak!"
"Dan kalian semua selamat. Senang mengetahuinya."
"Ya, pak!"
Salah satu dari mereka mengangguk, tampak sangat senang.
Dia bahkan tersipu. Bocah ini mungkin memuja Pahlawan Perisai sebagai seorang anggota dari Church of the Holy Four yang dibentuk ulang.
"Sampai jumpa lagi."
"Siap pak!" Mereka berteriak serempak.
Lalu, para pahlawan lain masuk ke aula.
Ren Amaki, sang Pahlawan Pedang, masuk duluan, diikut oleh anggota partynya.
Ren adalah seorang remaja yang selalu tampak tenang dan menjauhkan diri. Dia selalu berpakaian berwarna hitam dan gelap.
Dia tipe pendekar pedang keren. Dia berusia 16 tahun, paling muda di antara para pahlawan.
Dia mengobrol dengan para anggota timnya sebentar lalu berpisah dengan mereka dan duduk sendiri. Aku merasakan adanya jarak yang meningkat di antara mereka.
Yang berikutnya masuk adalah Pahlawan Busur, Itsuki Kawasumi.
Dia tampak seperti dia mengganggap dirinya sendiri seorang pahlawan sejati, berkeliling dunia dan menegakkan kebenaran. Dia tak bisa ditahan.
Dia menyerukan otoritas dari Pahlawan Busur untuk membentuk dirinya sendiri sebagai rekan keadilan. Begiulah dia. Setidaknya dua kali daripada orang lain.
Dia terlihat seperti lebih muda daripada Ren, tapi sebenarnya dia berusia 17 tahun. Dia memiliki rambut bergelombang alami yang cocok dengan dia. Orang-orang mungkin akan mendapati dia mempesona... Kurasa.
Bagiku dia seperti tipe pria yang memainkan piano, sensitif dan penuh penderitaan dan semacamnya.
Tapi jiwa keadilannya begitu teguh hingga dia gak pernah mendengarkan apa yang orang katakan. Dia tampak jauh lebih baik daripada yang kelihatannya, kurasa.
Aku gak punya pemahaman karakternya.
Motoyasu belum datang. Mungkin dia ke rumah sakit untuk menjenguk Lonte?
Meski begitu, dia lah satu-satunya yang belum muncul: Motoyasu Kitamura, sang Pahlawan Tombak.
Dia berpetualang bersama Lonte, dan sampai aku sepenuhnya membuktikan ketidakbersalahanku, dia memperlakukan aku seolah akulah yang bersalah tanpa perlu diragukan lagi.
Diantara keempat pahlawan, dia gak diragukan lagi adalah yang paling menarik. Aku gak terlalu menyukai dia, tapi gak bisa membantah hal itu.
Dia adalah seorang yang menyatakan dirinya sendiri feminis. Dia pecinta wanita.
Dia gak pernah mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. Saat aku masih buronan, dia sepenuhnya mengabaikan ketidakpastian tuduhan tersebut, menganggap aku yang bersalah, dan mendedikasikan mayoritas tenaganya untuk memburu aku.
Mereka mengatakan dia setia pada rekan-rekannya, yang mana kurasa terdengar cukup mulia dan bagus. Akan tetapi, nyatanya dia adalah orang tolol yang gak pernah meragukan sugesti yang diberikan pada dia oleh "teman-teman"nya.
Itu salahnya dia, dalam perkiraanku, bahwa butuh waktu yang sangat lama bagi negeri untuk menyadarinya dan menghapus kejahatan yang sebenarnya.
Ngomong-ngomong, ketiga pahlawan yang lain berasal dari Jepang versi alternatif—sama seperti aku—dan mereka bertiga memiliki pengalaman bermain sebuah game yang mirip dengan dunia tempat kami di panggil.
Buku yang kubaca di perpustakaan, The Records of the Four Holy Weapons,telah memberi deskripsi singkat dari karakter mereka.
Pahlawan Pedang orang yang menarik dan aktif, Pahlawan Tombak orang yang setia, dan Pahlawan Busur merupakan seorang prajurit keadilan.
Semua itu bisa diterima dalam ceritanya, tapi nyatanya mereka cukup naas.
"Dimana Motoyasu?"
Sang ratu menanyai mereka saat mereka sudah berada didalam aula.
"Dia sangat khawatir dengan kondisi putri anda, jadi dia pergi ke rumah sakit untuk menjenguk putri anda. Kami sudah memberitahu dia."
"Begitukah..."
Sang ratu melambaikan sapaan pada Ren dan Itsuki.
Setelah semua orang selesai makan, lalu aula itu dipenuhi dengan tarian dan nyanyian.
Tapi pestanya... yah itu lebih seperti festival daripada pesta yang sebelumnya. Aku menyadari bahwa sepertinya pesta ini dihadiri oleh orang-orang yang sepenuhnya berbeda. Anggota bangsawan yang hadir lebih sedikit dari yang kuduga, dan mayoritas kerumunan itu nampaknya adalah para petualang dan prajurit.
Sepertinya juga cukup banyak orang dari negeri tetangga yang hadir. Aku melihat mereka mencoba menatap aku dari waktu ke waktu.
Sang ratu memimpin Ren dan Itsuki ke tempat dimana aku duduk sebelum beliau naik ke panggung.
"Huh? Apa yang terjadi?"
"Ratu minta kita kumpul."
"Gw penasaran apa sebabnya Motoyasu belum juga datang."
"Keknya dia menjenguk perempuan yang berusaha ngeracuni gw."
"Racun?!"
"Lu tau siapa yang gw bicarain, kan?"
"Ya. Jadi itu betulan?"
"Mungkinkah ratu nyuruh dia minum racun?"
"Kagak. Gw bersama ratu saat itu. Wanita itu datang bawa sepiring makanan, dan dia dipaksa untuk menggigitnya. Cuma gitu aja."
"Cius....?"
Kami masih berbisik-bisik, lalu ratu berbalik dan berteriak.
"Nah sekarang, para pahlawan! Bagaimana pesta ini?"
"Tidak buruk."
"Cukup sukses."
"Karena namaku sudah dibersihkan, beban telah lepas dari pundakku."
"Senang mendengarnya."
Sejujurnya, itu terasa seperti semua upaya keras dan hal gak masuk akal yang aku hadapi akhirnya terbayar.
Ratu berdiri diam, mengangguk-angguk sebelum dia menutup kipasnya dan mulai mulai berbicara lagi.
"Disaat-saat yang disayangkan ini, para anggota negeri kita telah menghambat para pahlawan. Aku ingin melakukan apa yang aku bisa untuk membuat persiapan untuk ini."
Apa yang beliau maksudkan?
"Diperbatasan laut kita terdapat pulau-pulau yang dikenal Cal Mira. Pulau-pulau itu sedang di pertengahan event aktifasi yang mengagumkan. Aku ingin meminta para pahlawan kita berpartisipasi dalam kegiatan ini."
Pulau seperti apa yang beliau bicarakan? Apa yang beliau maksudkan dengan "aktivasi"?
"benarkah?!"
Ren begitu bersemangat, dia melompat dan hampir berteriak.
"Apa itu?"
"Apa anda benar-benar bermaksud ada area bonus?!"
Sekarang Itsuki juga bergembira. Dia melangkah maju berdiri disamping Ren.
"Apa yang kalian bicarakan?"
Aku gak mengetahui tentang dunia ini sebanyak yang mereka ketahui. Kenapa gak ada yang memberitahuku apa yang sedang terjadi?!
"Sepertinya tuan Iwatani tidak memahami apa yang aku bicarakan, jadi aku akan menjelaskannya. 'Aktivasi' mengacu pada sebuah fenomena yang mendatangi negeri itu setiap 10 tahun sekali. Disaat itu terjadi, exp yang diperoleh dari pertarungan akan digandakan."
Aku memperhatikan bagian-bagian penting dari pidatonya. Inilah ringkasan yang kudapatkan:
Pulau-pulau Cal Mira terkenal sebagai sebuah resor, tapi disaat yang sama itu cenderung menarik kawanan monster di area-areanya yang lebih terpencil, dimana mereka bisa dengan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mereka.
Pulau-pulau itu juga terkenal karena para petualang yang ingin naik level akan pergi ke pulau-pulau itu dalam jumlah banyak untuk melawan para monster itu. Setiap sepuluh tahun, saat "aktivasi" terjadi, para petualang akan kesana dalam jumlah yang lebih banyak lagi.
Untuk menebus exp level yang mana diganggu oleh tindakan Sampah dan Lonte, sang ratu menawarkan kami untuk berpartisipasi dalam aktivasi tersebut.
"Tentunya, biaya pelayaran dan transportasinya akan ditanggung. Aku harap kalian berpartisipasi."
Kalau ini adalah sebuah RPG online, ini akan setara dengan suatu event dimana exp yang diperoleh para player akan digandakan.
Jadi beliau membicarakan tentang exp dua kali lipat untuk musuh sederhana. Itu adalah suatu hal yang gak akan dilewatkan oleh gamer manapun.
"Nah sekarang, sebelum kalian, para pahlawan, pergi ke pulau itu, aku ingin kalian ikut serta dalam pertukaran informasi. Ikutlah denganku."
"Pertukaran informasi?"
"Ya. Untuk persiapan atas meningkatnya kesulitan dan bahaya gelombang, aku percaya bahwa satu-satunya cara untuk terus maju adalah dengan memastikan kerjasama yang lebih diantara para pahlawan."
"Apa itu benar-benar dibutuhkan?"
Ren mengeluarkan pertanyaan seolah dia menganggap saran ratu adalah hal yang gak masuk akal.
Apa sih maunya dia? Apa dia berpikir itu gak diperlukan? Gak kayak yang lainnya, aku gak tau apa-apa tentang tempat ini. Bukankah dia udah tau itu barusan?
"Aku percaya itu diperlukan. Aku mendengar bahwa para pahlawan mengalami kesulitan mengoordinasikan upaya mereka saat gelombang yang terakhir. Kurasa akan lebih menguntungkan untuk mendiskusikan ini."
"..."
Ren terdiam.
Ratu memang benar. Saat gelombang terakhir datang, para pahlawan lain gak bekerja sama dengan para knight. Jadi mereka pergi sendiri di tempat kehancuran.
Sepertinya jika para pahlawan mendaftarkan sekelompok prajurit cadangan sebagai bagian formasi tempur dari bantuan party mereka, para prajurit itu secara otomatis akan di teleport ke tempat gelombang, kapanpun dan dimanapun gelombang itu muncul.
Tapi nggak satupun dari para pahlawan lain yang memanfaatkan sistem ini.
Jadi pada akhirnya, selain kelompok prajurit yang mendatangi aku, nggak ada pasukan bantuan lain di sekitar untuk membantu saat gelombang terakhir terjadi.
"Selain masalah itu, aku bertanya-tanya apakah itu mungkin tidak menguntungkan kalian untuk mengkoordinasikan upaya kalian, menggabungkan kekuatan dan pengetahuan kalian, dan bergerak maju bersama, sebagai sebuah wadah yang bersatu."
"Anda benar. Jika kami ingin selamat dari gelombang yang akan datang, kami harus melakukan apa yang anda katakan."
Itsuki segera setuju dengan ratu. Tapi dia cuma mengatakan apa yang ingin didengar ratu.
Kalau seseorang memprotes pada poin ini, mereka akan terlihat seperti orang jahat.
Atau, jika seseorang protes, mereka akan berakhir tewas sendirian dalam pertempuran.
Aku sadar bahwa aku harus setuju juga.
Selain itu, Fitoria sudah mengatakan padaku bahwa para pahlawan harus bekerja sama jika mereka ingin selamat melawan gelombang.
Kalau itu adalah aku yang sebelumnya, mungkin aku akan menolak kemungkinan kerjasama.
Mereka gak akan mempercayai satu katapun yang aku katakan.
Tapi Ren dan Itsuki mendengarkan apa yang kukatakan. Mereka menganalisa cerita gereja dan mendapati itu mencurigakan.
Kalau mereka melakukannya untuk aku, setidaknya aku harus membalas budi.
"Baiklah kalau begitu. Mari kita tentukan tempat untuk berbicara, disini di aula besar ini. Para Pahlawan! Perkenalkan diri kalian dan ikuti aku."
Kami saling menatap satu sama lain.
"Kau dengar beliau."
"Kita harus mengkoordinasikan upaya kita. Apa yang harus kita lakukan?"
"Gimana kalau kita memperkenalkan anggota party kita?"
"Ide bagus. Baiklah, aku duluan."
Dan Itsuki memandu kami ke tempat para anggota partynya.
"Orang-orang ini yang berpetualang bersamaku sebagai anggota party."
Itsuki melambaikan tangannya pada sekelompok orang, memberi isyarat agar aku dan Ren paham.
"Ini adalah pertama kalinya kita bertemu secara resmi. Pahlawan Perisai, dan... ya, Pahlawan Pedang— meskipun kita pernah berbicara sebelumnya."
"....ya."
Para anggota party Itsuki memperkenalkan diri mereka.
Semua itu terasa alami dan cukup santai. Dipertengahan pesta dimana gak ada rasa tegang atau gugup. Para prajurit memesan apapun yang mereka inginkan dari para pelayan seolah gak ada hari lain.
"Aku Naofumi Iwatani—Pahlawan Perisai. Salam kenal."
Kami memperkenalkan diri kami, dan aku mengingat masing-masing teman Itsuki.
Jadi mereka... ada lima orang? Salah satu dari mereka memakai armor yang mencolok dan terus menyilangkan tangannya.
Saat dia menyadari tatapanku mengarah pada dia, dia segera membuka lipatan tangannya. Itu membuatku merasa ngeri.
"Ah, ya. Senang bertemu denganmu. Aku bodyguardnya Master Itsuki, dan aku berniat untuk bertarung demi kebaikan dan keamanan dunia."
"Bodyguard?!" Aku dan Ren berteriak serempak.
Itu adalah kata yang tak kusangka akan kudengar. Ren kayaknya juga sama terkejutnya seperti aku.
Ada apa, Ren? Lu juga gak tau? Ha! Aku harus menahan diriku dari tertawa.
Itsuki pikir dia itu siapa? Butuh upaya besar untuk menekan seringai agar gak muncul.
"Ya!" Mereka berkata serempak. "Kami berlima adalah bodyguardnya Master Itsuki!"
"Maaf! Aku benar-benar minta maaf butuh lama sekali untuk membawakan makanan ini untuk kalian!"
Aku menoleh dan melihat seorang cewek muda membawa nampan yang penuh dengan berbagai makanan.
Dia harus hati-hati. Dia terlihat seperti hampir menjatuhkannya.
"Ah....."
Sial! Aku segera mengulurkan tangan dan dengan cepat meraih nampan itu agar gak jatuh.
"Aku minta maaf!"
Anak ini... dia tampak muda sekali.
Dia mungkin masih dibawah 14 tahun. Kau bisa merasakan ketidakdewasaannya.
Dia memiliki tubuh lembut—dan paras cantik. Dia pasti berasal dari keluarga baik-baik. Dia sangat manis.
Dia mungkin memiliki tekad yang lemah. Kalau disini ada Motoyasu, dia mungkin akan jatuh hati pada cewek itu.
Dia adalah seorang cewek mungil. Kurasa dia bagian dari party Itsuki, tapi apa perannya dia? Mungkin dia seorang pengguna sihir atau semacamnya.
"Lambat sekali, Rishia! Cepat perkenalan dirimu."
"Fu, fueeeeee! Baik!"
Lalu mereka semua berbicara serempak lagi. "Kami berenam adalah bodyguard Master Itsuki!"
Ren menoleh padaku dan berbisik, "Bukannya mereka barusan mengatakan lima bodyguard?"
Itulah yang kudengar juga, tapi nggak perlunya mempermasalahkannya saat ini.
"Jangan mengatakan apapun, lihat saja apa yang mereka lakukan."
Sejujurnya, semuanya membuatku agak gak nyaman. Tapi asalkan perilaku mereka gak menyebabkan masalah, aku akan menganggap bahwa Itsuki tau apa yang dia lakukan.
"Gimana menurut lu bedua? Orang-orang ini sangat bisa diandelin."
"Jujur aja, gw punya banyak hal yang pengen gw katakan, tapi untuk saat ini, gw cuma akan bilang semuanya tampak bagus."
Aku menatap mereka lagi, memperhatikan dari kanan, cuma untuk menghafal saja. Mereka semua memasang ekspresi penuh kepercayaan diri yang ekstrim.
Aku yakin mereka memang bisa diandalkan, tapi aku jadi teringat pertempuran kami melawan high priest—saat itu mereka gak banyak membantu.
Itsuki secara positif membual penuh percaya diri, tapi aku kasih terganggu oleh pria berarmor itu. Ada sesuatu hingga dia mengernyitkan alisnya yang membuatku jengkel.
Dia sepertinya agak merendahkan, tapi kemudian aku memperhatikan seluruh party dan menyadari mereka semua memasang penampilan itu.
Adapun untuk cewek bernama Rishia—dia dengan canggung melirik kiri ke kanan, tampak gak nyaman dan gak tau harus gimana.
"Gw belum bertemu dengan mereka secara normal sebelumnya, tapi keknya lu punya kelompok yang aneh deh."
Ren memilih kata-katanya dengan hati-hati. Kelompok itu memberiku kesan yang sama.
"Masa sih? Mereka tampak normal buat gw."
Apa yang normal dari mereka menurut dia? Memanggil mereka "bodyguard" membuat semuanya aneh sejak awal.
Kurasa Itsuki menganggap dirinya semacam karakter jenderal, seseorang yang berkelana di dunia yang kacau menegakkan keadilan. Tapi disini partynya menganggap diri mereka sebagai para bodyguard.
Aku gak tau apa yang membuatnya seperti itu—semua itu sangat aneh.
Itsuki memperkenalkan nama mereka masing-masing, tapi gak terlalu memperhatikan dan segera lupa nama mereka.
Aku terganggu oleh pria berarmor itu. Dia mengarahkan dagunya padaku, dan aku gak bisa menghilangkan perasaan bahwa dia merendahkan aku.
Itu betul-betul mulai membuatku jengkel.... Aku memutuskan untuk membahasnya.
"Itsuki."
"Apa?"
"Lakukan sesuatu pada pria itu. Wajah dan perilakunya membuat gw jengkel. Dia menatap gw seolah dia berpikir gw ini penjahat."
"Kurasa itu ada hubungannya dengan sikap lu sendiri, Naofumi. Perilakunya gak mengganggu gw."
"Mu!"
Itsuki.... Silat lidah itu betul-betul menjijikkan.
"Yah. Dia menampilkan ekspresi yang beda saat lu gak melihat."
"Pahlawan Perisai, itu mungkin cuma imajinasimu, kan?"
"Kami sedang ngomongin elu! Lu diam aja."
Sudah pasti dia gak menghabiskan banyak waktu mengajari para "bodyguard" nya sopan santun. Itu mungkin kesalahan Itsuki. Aku membayangkan dia berbicara buruk tentang aku selama beberapa bulan ini. Teman-temannya mungkin cuma mengikuti alurnya saja.
Sebenarnya, mereka sejak awal memang berasal dari Melromarc, yang mana artinya mereka mungkin berprasangka buruk terhadap Pahlawan Perisai sejak awal.
"Aku penasaran dengan sesuatu."
Ren mengangkat tangannya.
"Apa itu?"
"Kau menganggap Itsuki sebagai 'master' tapi gak menambahkan gelar seperti pada namaku atau Naofumi. Kenapa begitu?"
"Karena Pahlawan Pedang dan Pahlawan Perisai jelas-jelas tidak sebaik Master Itsuki. Itu seharusnya menjelaskan perbedaannya."
Apa yang barusan dia katakan?
Sampai saat ini aku sudah terbiasa menghadapi orang-orang gila, tapi ini sudah keterlaluan. Apa yang membuat mereka berpikir kayak gitu? Aku menatap masing-masing anggota party Itsuki, mereka tampaknya sependapat, kecuali satu orang.
Rishia lah yang tampaknya gak berpikiran sama dengan mereka, cewek yang Itsuki perlakukan seperti seorang pelayan. Aku gak tau apa yang sebenarnya dia rasakan, tapi dia nampak gak setuju.
Ren menghela nafas keras-keras.
"Gw bingung sama perkataan lu..."
Aku gak bisa percaya dia punya nyali untuk menyebutkan "tindakan" kami! Dan ini dari Itsuki, yang menyelinap dan mengerjakan pekerjaannya secara sembunyi-sembunyi. Seperti apa menurut dia seluruh negeri memandang dia?
Dia mungkin menyukai pemikiran bertarung demi keadilan dari balik bayangan—tapi gak seorangpun yang mengetahui siapa dia, dan gak seorangpun yang membicarakan tentang "tindakan" dia.
"Tindakan? Apa Itsuki, sebagai pahlawan yang paling membosankan, berusaha bersikap seperti dia telah mengerjakan lebih banyak daripada yang kami lakukan? Lu tau, gw gak dengar apapun tentang apa yang lu lakuin sampai sekarang. Gak seorangpun membicarakannya."
"Yah, mungkin itu karena gw gak muncul terang-terangan berusaha membuat orang-orang memuji gw, gak kayak Ren sama Motoyasu. Pekerjaan terbaik dilakukan secara tak diketahui—begitulah."
Itsuki membalas, sepertinya terkejut bahwa dia ditantang.
Apa maksudnya itu? Gak peduli gimana kau melihatnya, kelihatan sekali Itsuki adalah orang yang mengkhawatirkan reputasinya.
Apa dia suka berfantasi bahwa dirinya adalah seorang malaikat? Oh Itsuki, begitu gagah! Begitu mulia! Menyelamatkan dunia dan bahkan gak mencari ketenaran!
"Woi bangsat.... Apa kau menghina Master Itsuki?"
"Terus lu mau apa? Gw gak cukup baik sampai-sampai diam aja saat seseorang menghina gw didepan gw."
Ren membalas, dan aku melihat tangannya bergerak ke gagang pedangnya.
"Fueeeeeee!"
"Hentikan itu! Ren!"
Itsuki berdiri diantara pria berarmor dan Ren.
"Itsuki, keknya lu masih harus menjelaskan sesuatu."
"....."
Ren berkata penuh kemarahan pada Itsuki.
"Bagaimanapun juga, Ren dan Naofumi adalah pahlawan sama seperti aku, jadi hormati mereka."
"Dimengerti!"
Pria berarmor itu berteriak dan membungkuk dalam-dalam pada kami. Aku penasaran apa dia betul-betul paham.
"Baiklah, selanjutnya aku akan mengenalkan kelompokku."
Ren berjalan menjauh tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Perasaan tidak puas masih ada, tapi Itsuki dan aku mengikuti Ren.
"Selamat datang! Selamat datang! Senang bertemu kalian, Pahlawan Perisai, Pahlawan Busur."
"Oh, um...."
Para anggota party Ren masih makan, tapi saat kami mendekat, mereka berhenti makan dan memberi perhatian, memperlakukan kami dengan hormat namun terlihat gugup saat mereka melakukannya.
Setelah berhadapan dengan kelompok Itsuki, aku gak betul-betul yakin harus gimana.
Mereka ada empat orang.
"Aku Pahlawan Perisai, Naofumi Iwatani."
"Aku Pahlawan Busur, Itsuki Kawasumi. Aku yakin kita pernah bertemu beberapa kali sebelumnya."
Kurasa aku melihat tiga dari mereka di hati pertama setelah kami semua dipanggil kesini. Sepertinya dia mendapatkan satu anggota party lagi disuatu tempat dalam perjalanan.
"Senang bertemu dengan kalian, Pahlawan Perisai, Pahlawan Busur."
"Sama-sama."
Seluruh kelompok sangat sopan dan ramah.
Tapi aku jadi teringat cara mereka menghindari aku di hari pertama disini, cara mereka bersembunyi di belakang Ren.
Aku gak bisa lupa itu.
Lebih baik aku diam saja—gak mungkin mengetahui apa yang sebenarnya mereka pikirkan.
"Aku minta maaf atas tindakanku yang sebelumnya."
"Huh?"
Salah satu pria melangkah maju, mewakili kelompok itu. Dia sepertinya seorang prajurit. Dia membungkuk padaku.
"Aku minta maaf, dibawah raja yang sebelumnya, aku, kami... Aku tidak tau apa yang akan terjadi padaku jika bergabung dengan Pahlawan Perisai."
Yang lainnya mengikuti, membungkukkan kepala mereka padaku.
"Aku sadar ini sudah terlambat, tapi harap terima permintaan maaf kami."
"Uh... oke."
Mereka semua begitu.... sederhana, aku gak menyangka ini dan kehilangan keseimbangan.
Berdasarkan cara mereka memperlakukan aku beberapa bulan ini, aku mencurigai adanya motif tersembunyi.
"Tuan Ren, apa yang harus kami lakukan?"
"Mereka bilang mereka ingin kami, para pahlawan, berkerja sama mulai dari sekarang, jadi kami berkeliling memperkenalkan party kami."
"Begitukah? Baiklah! Akan tetapi, aku ingin mengkonfirmasi rencana kita untuk kedepannya. Tipe monster apa yang harus kami fokuskan perhatian kami?"
"Apa?"
Aku dan Itsuki menyerukan kecurigaan kami bersamaan.
"Sepertinya kita akan menuju ke pulau Cal Mira. Kita akan leveling disana. Pastikan kalian sudah siap."
Ren mengeluarkan perintah seolah itu adalah hal yang susah sangat jelas—tapi bukan itu yang mengejutkan kami.
"Tunggu sebentar—apa yang kalian bicarakan? Aku ingin mendengarnya dari kalian, bukan dari Ren."
"Oh yah... um.... Kami berpikir bahwa kami bisa berpencar dan leveling secara terpisah dari Tuan Ren."
Yah seharusnya itu cukup sederhana, kecuali aku gak paham apa yang mereka maksudkan.
Aku paham intinya, tapi... apa maksudnya itu? Apa itu metode lain?
Sepertinya Itsuhir juga sama bingungnya seperti aku, tapi dia memilih gak mengatakan apa-apa tentang itu karena insiden yang barusaja kami lewati dengan para anggota partynya.
"Apa?"
"Um....."
Kurasa kalau Ren gak mempermasalahkannya, maka gak masalah?
"Apa kalian biasanya beroperasi terpisah dari Ren?"
Rasa ingin tau Itsuki mengalahkan dirinya. Sebagai tanggapan, seluruh party mengangguk.
Mereka menjelaskannya sendiri.
Rencana Ren adalah untuk memberitahukan para anggota partynya area-area di peta dimana monster-monster yang dalam jangkauan kekuatan ideal yang efektif untuk leveling berada.
Mereka akan melawan para monster dan meningkatkan level mereka, mengumpulkan material, bijih mentah, dan peralatan disepanjang perjalanan.
Terkadang mereka akan menghadapi para monster yang sangat kuat, yang mana mereka akan berkelompok dengan Ren untuk mengalahkannya.
"Tuan Ren juga mengatakan dengan jelas bahwa kami harus menghindari menerima damage dalam pertempuran kami melawan para monster."
Aku punya cukup banyak pengalaman dalam RPG online, jadi aku sudah pernah melihat yang seperti ini sebelumnya. Para player terkuat di guild atau organisasi lain sering kali merekrut para player yang lebih lemah seperti ini dan menyuruh mereka leveling di area-area rahasia dan item drop langka.
Nampaknya itu juga berlaku disini m
"Mungkinkah itu artinya Ren bertarung sendirian?"
Itsuki menatap Ren, rasa jengkelnya sangat jelas. Ren sepertinya nggak menyadarinya.
Para anggota party Ren jelas-jelas menafsirkan tindakannya secara positif, tapi tetap saja—aku bisa merasakan banyak jarak diantara mereka.
Itu sederhana, kurasa. Ren gak menganggap itu bagus untuk terikat pada sebuah party. Dia ingin bertindak sendirian.
Dia mungkin memiliki banyak pengalaman dengan game online, tapi mungkinkah dia selalu bermain solo?
Itu adalah suatu gaya bermain yang pernah kulihat sebelumnya. Orang-orang yang suka bertindak sendirian—cuma berkelompok dengan orang lain untuk ikut serta dalam event-event berskala besar atau untuk melawan karakter bos yang kuat.
Atau bisa juga dia tipe yang merupakan bagian dari suatu guild yang sangat kecil dan cuma merekrut orang-orang yang sudah dikenal, memperhatikan perkembangan mereka dan mengelola mereka sebagai sebuah gaya baru dalam bermain. Aku bisa paham dengan sistem bermain tersebut pada sebuah game, tapi apa dia betul-betul melakukannya disini di sebuah dunia yang betul-betul baru?
Aku memang pernah melihat yang seperti ini sebelumnya, aku tau tipenya.
Yah, Itsuki juga gak berbeda, berpetualang untuk memuaskan rasa superioritas moralnya sendiri. Pahlawan macam apa mereka berdua ini.
"Sekarang giliran Naofumi."
"Tentu."
Aku cuma bisa membayangkan bagaimana mereka akan bereaksi saat aku memperkenalkan Raphtalia dan Filo.
Kurasa Ren dan Itsuki akan mengerti, tapi setelah bertemu party mereka, aku gak yakin lagi.
"Baiklah, sebelah sini."
Aku memandu mereka berdua ke tempat Raphtalia duduk.
"Selamat datang kembali, tuan Naofumi. Apa yang terjadi?"
"Ratu meminta para pahlawan berkerja sama, jadi kami saling memperkenalkan anggota party kami."
"Aku mengerti, kalau begitu ijinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Raphtalia."
"Aku Ren Amaki. Aku Pahlawan Pedang."
"Aku Itsuki Kawasumi, Pahlawan Busur. Aku punya perasaan kita akan sering bertemu kedepannya. Aku menantikannya."
"Jika kau nggak menghalangi kami, kami mungkin bisa mengandalkanmu."
Raphtalia menganga terkejut pada komentar Ren.
Cara dia mengatakannya membuat posisinya sangat jelas, dia jelas-jelas mengganggap bahwa Raphtalia cuma akan mengganggu dia.
"Kurasa aku gak pernah menjadi beban dalam pertempuran."
"Ren gak bermaksud menghina atau meremehkanmu. Kami sudah melihat kekuatanmu dalam pertempuran sebelumnya."
Itsuki berbicara untuk melindungi Ren. Dia cuma membuatnya semakin membingungkan.
"Dia benar. Kau lebih kuat dari yang kusangka."
"Memang begitu... Itu mengingatkan aku. Dimana gadis muda yang punya sayap di punggungnya? Kurasa dia bisa berubah menjadi monster?"
"Maksudmu Filo? Dia mungkin ada disana."
Filo... Kurasa dia ada di prasmanan memakan sesuka hatinya.
Aku mencari dia di kerumunan dan memanggil dia.
"Filo!"
"Hm?"
Mendengar panggilanku, dia akhirnya meninggalkan piring makanannya dan mendekat.
"Ada apa, master?"
"Yah... Kurasa kau sudah tau mereka berdua, tapi aku harus memperkenalkanmu secara formal."
"Kenapa?"
Filo kelihatan gelisah dan melangkah mundur.
"Apa mereka sama kayak pria tombak itu?"
"Tidak, tidak. Dibandingkan dengan dia, mereka berdua ini orang baik."
"Ya, aku juga merasa begitu."
"Oh? Mereka kelihatan seperti mereka akur."
Kami semua setuju pada hal itu. Gak seorangpun yang se-gila wanita kayak Motoyasu.
"Jadi perkenalkan dirimu."
"Oke! Nama Filo... Namaku Filo!"
Dia kedengaran begitu bodoh... Kenapa juga pake orang ketiga untuk memperkenalkan dirimu sendiri?
"Tugasku menarik kereta master!"
Dia sangat bangga dengan tugasnya. Apa yang akan dipikirkan orang normal kalau mendengar seorang gadis kecil berbicara tentang menarik kereta dijalanan?
Ren dan Itsuki tersenyum canggung saat mereka menatapku.
"Namaku Itsuki Kawasumi. Senang bertemu denganmu."
"Aku Ren Amaki. Usahakan agar nggak menghalangi kami... meski kurasa kau tidak akan begitu."
"Ya! Senang bertemu dengan kalian! Busur! Pedang!"
Setelah mengatakan nama panjang mereka, yang disebut cuma nama senjata mereka, Ren dan Itsuki mengarahkan senyuman canggung yang sama padaku.
Setelah perkenalan selesai, kami bertiga terdiam.
Mereka mungkin berpikir itu aneh bahwa aku memperlakukan Raphtalia dan Filo seperti para manusia lain bukannya memperlakukan mereka seperti bawahan.
"Raphtalia, bukankah kamu seorang budak?"
"Ya."
Mulut Itsuki menganga. Apa yang dia maksudkan?
"Apa ini hubungan tuan-budak? Menurutmu Naofumi itu bagaimana?"
"Hmm benar juga, kurasa ini hubungan semacam itu. Aku gak pernah betul-betul memikirkannya."
Mendengar tanggapan Raphtalia, Itsuki terus kelihatan bingung.
"Lagipula, tuan Naofumi gak pernah memberiku perintah yang aneh maupun nggak menyenangkan. Aku tau dia bergantung padaku, dan juga aku ingin melakukan apa yang aku bisa untuk dia."
"Apa pernah terpikir olehmu bahwa kamu membenci pertarungan? Atau kamu ingin bebas?"
"Gak pernah. Kalau aku bebas, aku gak punya tempat untuk pergi. Desa asalku sudah nggak ada. Yang aku mau cuma bertarung bersama tuan Naofumi."
"Begitukah?"
"Kenapa lu cuma nanyain pertanyaan untuk memancing keluhan dari dia?"
Sepertinya mereka memanfaatkan perkenalan ini sebagai kesempatan untuk menggali titik lemahku.
"Kurasa kamu sudah membulatkan tekadmu tentang ini sebelum Motoyasu menantang Naofumi?"
"Ya, memang.... maaf soal itu."
Itsuki sepertinya membiarkannya saja, tapi sesuatu pada wajah Itsuki telah membohongi perasaan sejatinya. Dia menatap aku.
Apa yang dia mau dari aku? Raphtalia memang budak, tapi sekarang dia adalah seorang teman yang bisa dipercaya.
Apa cuma imajinasiku? Tidak.... Aku bisa mempercayai apa yang Raphtalia katakan.
"Ayo kenalkan masing-masing teman kita dan kemudian kembali berbicara dengan ratu."
"Ide bagus. Raphtalia, pergilah perkenalkan dirimu pada anggota tim Ren dan Itsuki. Kita akan bekerja sama mulai dari sekarang. Aku tau itu akan membuatmu sedikit gak nyaman, tapi usahakan untuk menghindari pertikaian."
"Dimengerti."
***
Setelah Ren dan Itsuki menjelaskan situasinya pada party mereka, kami pergi mengunjungi ratu.
Saat kami bertemu beliau, beliau mengajak kami keluar dari aula dan pergi ke ruangan lain. Kami meninggalkan aula lalu berjalan menaiki tangga spiral.
Akhirnya kami sampai di ruangan, yang mana pasti berada di puncak sebuah menara, menilai dari jumlah tangga yang kami lewati.
Itu adalah sebuah ruangan sederhana, berisikan sebuah meja bulat dan besar di tengahnya.
Itu mengingatkan aku pada meja bundar. Ada kursi-kursi yang sudah dipersiapkan untuk kami, dan kami duduk dikursi itu.
"Sebentar lagi, tuan Kitamura, Pahlawan Tombak, akan bergabung dengan kita. Kita tunggu kedatangan dia."
Ren dan Itsuki sepertinya gelisah kalau disuruh menunggu, mereka melamun- mereka pasti melihat menu game mereka.
Itu ide yang bagus, aku membuka statusku sendiri.
Belakangan ini rasanya aku mengabaikannya karena terlalu sibuk. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk mengurusnya lagi.
Lima menit atau lebih berlalu.
Motoyasu yang kelihatan gak puas memasuki ruangan dan sama sekali gak berupaya menyembunyikan kebencian dalam tatapannya saat dia melihat kami.
"Tuan Kitamura, aku yakin kau menjenguk putriku. Ini adalah hukumannya karena berusaha meracuni tuan Iwatani."
"Itu benar."
Tatapan dingin Ren mengarah pada Motoyasu dan ratu.
"Kuatir jika tuan Kitamura mungkin akan marah, aku memerintahkan bawahanku untuk menarik pengakuan secara langsung dari putriku, Lonte."
Lonte saat ini berada dibawah mantra budak dan cuma bisa berkata jujur.
Terutama dia gak bisa bohong pada ratu ataupun Motoyasu.
Mungkin Motoyasu pergi menjenguk dia di rumah sakit dan mendengar pengakuannya secara langsung. Apa dia percaya? Sepertinya enggak.
"Lonte nggak salah! Semua ini salahnya Naofumi!"
"Aku yakin putriku sudah mengakuinya. Dan aku yakin kau telah ikut serta dalam ritual pemberian segel budak sebagai tuan, jadi dia tentunya tidak bisa bohong padamu. Apa kau bisa memahami inti dari ceritanya?"
"...."
"Terlepas dari itu, tolong mengertilah bahwa ini bukanlah waktunya untuk berargumen sepele atas putriku. Jika kau menghargai nyawanya, kau harus membantu kami melindungi dunia ini. Keselamatan dunia juga keselamatannya sendiri."
Rasa jengkelnya Motoyasu sangat jelas, tapi dia menahan protesnya dan duduk. Waktunya membicarakan urusan utamanya.
Dengan duduknya kami semua di sekitar meja, ruangan ini berasa memiliki suasana Arthurian asli.
Dengan aku dan Motoyasu duduk disini, siapa di antara kami yang memainkan bagian dari ksatria pembelot?
"Nah sekarang, mari kita mulai berbagi informasi di antara keempat pahlawan suci. Aku, Milleria Q. Melromarc, akan memimpin pembicaraan ini. Mari kita mulai."
"Baik."
"Dengan senang hati."
"Jadi kita harus berbagi informasi...
"Apa yang harus dibicarakan?"
Ratu yang seharusnya menjadi penyelengara pembicaraan ini, tapi ketidaksenangan Motoyasu sangat jelas dan dia mengeluarkan pertanyaan dengan jengkel.
Dia harusnya belajar menahan emosinya lagi. Sangat jelas kalau dia gak senang, tapi perempuan yang bersama dia lah yang salah disini.
"Aku akan memimpin diskusi ini, jadi aku akan memulainya. Aku ingin mulai dengan memberitahu kalian tentang opini-opini negara-negara tetangga kita, serta permasalahan negeri kita."
Jadi ratu memiliki sesuatu yang ingin disampaikan.
"Aku akan jujur. Aku menerima kabar dari para diplomat lain yang menyatakan kekhawatiran mereka terhadap kemampuan para pahlawan untuk selamat dari gelombang mendatang-semua pahlawan selain tuan Iwatani, itu saja."
"Apa?!"
Ketiga pahlawan berteriak tak percaya.
"Apa maksudnya itu?!"
Itsuki yang menanyakan pertanyaan itu, tapi Motoyasu dan Ren mengangguk.
"Itu hampir terdengar seperti anda menyiratkan bahwa Naofumi adalah yang terkuat disini!"
"Kalau begitu biarkan aku menanyaimu sesuatu. Siapa di antara kalian yang mendaratkan serangan yang paling efektif terhadap high priest dari Church of the Three Heroes? Sebenarnya aku mendengar bahwa kalian semua telah dikalahkan sebelum tuan Iwatani bisa mengalahkan high priest."
"Um....."
Aku menyukai arah percakapan ini.
Merena bertiga telah memainkan game yang mirip dengan dunia ini di dunia asal mereka, jadi mereka mengasumsikan bahwa mereka tau apa yang mereka butuhkan untuk meningkatkan kekuatan-namun, sejujurnya mereka gak sekuat itu.
Diawal-awal, sudah pasti aku berada jauh di belakang mereka. Tapi belakangan ini sepertinya aku telah berhasil menutupi perbedaan itu.
Motoyasu kesulitan bertahan dari Filo, padahal itu sebelum Filo naik level.
Aku gak tau berapa level mereka, tapi dari apa yang kudengar, mereka semua ikut serta dalam banyak pertempuran di dunia. Aku kalah dalam hal itu saat aku bepergian menjual item, dan juga aku gak bisa melakukan perubahan kelas secepat mereka. Namun mereka masih kalah dariku dalam pertempuran. Apa artinya itu?
Dan mereka juga merupakan para pahlawan, jadi setidaknya mereka lebih kuat daripada orang biasa.
Sampah juga memberi mereka uang dalam jumlah yang cukup banyak untuk memulai perjalanan mereka, jadi mereka harusnya gak punya masalah dalam hal keuangan.
"Penduduk dunia mengharapkan para pahlawan bekerja sama. Aku yakin kalian mengerti apa yang aku maksudkan."
"Baiklah."
Mereka bertiga memasang ekspresi kekecewaan yang mendalam, tapi mereka tampaknya memahami inti dari rapat ini.
"Naofumi, kenapa kami gak dengar dari lu?"
"Kenapa juga gw harus ngomong duluan? Ratu memulai ini dengan nyebut elu."
"Yah sejujurnya, gw ngerasa kekuatan elu itu aneh, mempertimbangkan level lu sama rekan tim lu saat ini. Lu terlalu kuat. Perisai aneh punya lu juga sangat overpower."
"Ya, gw juga pengen nanyain itu. Cewek bernama Raphtalia, belum lagi monster bernama Filo, keduanya jauh lebih kuat daripada yang gw duga. Itu gak wajar."
"Ya. Raphtalia-chan dan Filo betul-betul kuat."
Dasar bajingan. Kami seharusnya berbagi informasi, tapi mereka malah menggunakan ini sebagai kesempatan untuk menginterogasi aku. Mereka telah mengacaukan prioritasnya.
Kurasa itu artinya dengan semua yang seharusnya mereka ketahui tentang dunia ini, mereka gak menduga menghadapi curse series, atau menyangka Raphtalia dan Filo bisa keluar sekarang ini.
Meski begitu, aku gak bisa mengatakan apapun yang ingin mereka dengar.
"Terus apa yang akan kalian bertiga berikan pada gw sebagai pertukaran buat informasi ini?"
"Apa?"
"Pertanyaan bodoh apaan itu? Pikirin lagi sejak awal semua ini. Kalian mengatakan pada gw kalo kelas perisai sangat lemah dan gak banyak berguna. Kalian gak ngasi tau apa-apa pada gw. Dan sekarang kalian mau tau rahasia dari kekuatan gw, tapi gimana caranya gw yakin kalo lu lu pada bakal ngasi informasi yang kalian ketahui setelah kalian cepatin apa yang kalian mau dari gw?"
Kalau aku punya informasi yang mereka inginkan, itu memberiku keuntungan pada negosiasi yang akan dimulai. Aku gak mau menyia-nyiakannya.
Kalau mereka menginginkan infornsi dariku, mereka harus memberi informasi terlebih dahulu-mereka harus memberitahuku apapun yang mereka tau.
"Bukannya kami secara sengaja merahasiakannya..."
"Lihatlah layar bantuan lu."
"gw rasa kami bisa sedikit lebih maju dengan pengetahuan kami, tapi...."
Mereka bertiga menjawab secara menyedihkan.
"Akan tetapi kalian menyangkalnya, gak satupun dari kalian yang membantu gw. Kalian mungkin mengatakan 'lihat layar bantuan' dan berusaha bertindak keren. Tapi apa layar bantuan itu memberitahu gw area-area yang paling efesien di peta untuk leveling?"
Aku betul-betul harus membaca reaksi mereka kalau aku mau mendapatkan informasi dari mereka semua.
Apa aku sudah lupa gimana caranya mendapatkan informasi dari seseorang?
Tentunya, kami semua akan berusaha untuk saling memanipulasi. Kalau kau mau berhasil dalam negosiasi, kau harus mencari cara untuk mengendalikan aliran percakapan.
Aku berhasil menciptakan suatu suasana dimana mereka menyadari bahwa mereka harus memberiku informasi kalau mereka menginginkan informasi dariku.
Kalau aku berhasil memberi dorongan terakhir, mungkin aku bisa mengamankan keuntungan.
"Sama kayak kalian, gw juga punya rahasia sendiri. Kurasa sudah saatnya kita bicara saling terbuka."
"Ha!"
Ren mendengus jengkel.
"Dan lu tau apa lagi? Kalian bertiga harus menyadari kalian udah pernah kalah pada gelombang. Kalau kalian mengacau kayak gitu lagi, kalian akan terbunuh."
"Apa yang lu bicarain? Itu adalah pertempuran event khusus-lu harus kalah pada pertempuran itu."
"Apa?"
"Ya, kalo para pahlawan kalah dalam pertempuran itu, mereka akan dibawa ke rumah sakit dan akan terbangun disana. Lu gak akan mati. Ceritanya sudah diatur kayak gitu."
"Ya, memang begitu. Lihat saja apa yang terjadi setelah kami kalah dari high priest-kami bangun di rumah sakit."
Apa-apaan yang mereka katakan? Apa mereka udah sinting?
"Apa yang kalian bertiga katakan? Terkadang aku bingung memahami apa yang dikatakan tuan Iwatani, tapi ini lebih membingungkan lagi."
Ratu berseru. Dia tampak sangat kebingungan. Aku juga merasa begitu.
Itu seperti mereka bertiga baru saja menyatakan keabadian didepan kami. Mereka menganggap bahwa mereka gak akan bisa mati, apapun yang mereka lakukan.
"Yah, asal kamu tau aja... Aku sebenarnya mengalahkan high priest itu setelah kamu kalah dari dia, jadi....."
Mereka bertiga berteriak serempak lagi.
"Gak mungkin seorang pengguna perisai bisa memenangkan pertarungan itu. Itu semua karena perisai aneh yang lu miliki."
Sialan, mereka semakin menjengkelkan.
Kalau mereka kalah, mereka akan bangkit di rumah sakit? Apa itu cara kerja game mereka? Apa mereka betul-betul ini cuma sebuah game, dan semua ini cuma event-event untuk malanjutkan ceritanya?
Meskipun mereka kalah, aku ingat gimana mereka merendahkan aku dan perisaiku. Itu membuatku emosi hanya dengan memikirkannya.
Itu.... Itu adalah....
"Yah, itu gak penting. Kita lanjut saja."
Gak penting? Para idiot ini masih menganggap semuanya seperti sebuah game!
Ini gak masuk akal-betul-betul gila! Kesalahpahaman mereka terhadap situasinya harus segera diluruskan.
"Dasar geblek. Kalian tau ini bukanlah sebuah game, kan?! Kalau lu mati disini, maka berakhirlah sudah!"
"Benar, tapi kita terlindungi."
"Ya."
"Tepat."
Percuma saja, mereka udah gak ketulungan.
Percakapan ini membuatku sangat gak nyaman. Meski dengan semua masalah yang aku hadapi sejak datang ke dunia ini, percakapan ini mungkin lebih berbahaya daripada mereka. Aku mencoba memberitahu mereka, tapi mereka gak mau dengar. Jadi apa lagi yang bisa aku perbuat? Aku cuma harus mengikuti alurnya.
Aku harus jadi cukup kuat untuk bertahan setelah mereka semua mati. Dari cara mereka berbicara, hari itu mungkin gak lama lagi akan datang.
Tapi tunggu... tidak, Fitoria bilang kalau gelombang akan semakin ganas kalau ada pahlawan yang mati.
"Jadi begitu lu nganggepnya cara kerja dunia ini dan kalian masih mencoba membunuhku? Apa yang akan terjadi jika kalian berhasil?"
"Apa maksud kamu? Kamu akan mati."
Itsuki mengatakan seolah itu bukanlah apa-apa.
Jadi mereka gak merasa keraguan apapun dalam memikirkan pembunuhan? Asalkan mereka menganggapnya 'orang jahat' semuanya gak masalah?
"Aku pikir itu agak aneh. Aku menyadari kami tidak bisa membunuh kamu."
"Aku baru aja menyadari kamu akan berakhir kembali ke dunia asal kamu. Bego."
"Motoyasu-Aku harus mengirim kamu kembali ke dunia asal mu!"
Gimana bisa dia berpikir itu akan terjadi? Dasar idiot!
"Yah, hentikan berpikir segalanya seperti game. Cukup ya cukup! Itu adalah sebuah keajaiban bahwa kalian bertiga masih hidup!"
Mereka bertiga cuma mendengarkan kata-kataku tanpa komentar. Mereka bahkan gak menanggapi. Mereka gak akan paham sampai kebenarannya muncul di hadapan mereka-tapi saat itu terjadi maka sudah terlambat.
Aku menghela nafas. "Udahlah. Lebih baik kalian mulai bicara. Katakan pada gw segala yang kalian tau, mulai dari awal. Kalau enggak, maka gw juga gak bakal kasi tau apapun sama kalian."
"Yah apa boleh buat deh. Itu menjengkelkan, tapi kalo lu ngotot..."
"Ya, dan para pahlawan harus berhenti mengganggu satu sama lain."
"Terserah. Ujung-ujungnya gak ada yang berubah. Sama sekali gak ada."
Mereka lebih baik segera berbicara. Aku ingin tau apa yang aku butuhkan untuk menjadi lebih kuat.
Mereka akan merebut kendali percakapan melalui kebodohan, tapi sudah waktunya bagiku untuk mengambil kembali kendalinya.
"Dan Itsuki," aku memulai. "Pastinya seorang pahlawan yang bertarung demi keadilan gak akan berbohong demi memuaskan jiwa keseimbangannya.... kan?"
"Bohong? Aku tidak bohong!"
"Aku penasaran. Apa yang lebih buruk dari berbohong, Ren?"
"Meneketehek."
"Dan wanita sama sekali gak bohong, kan Motoyasu?"
"Nggak, mereka gak bohong."
Apa itu cukup? Aku berharap aku bisa menutup kemungkinan kebohongan mereka yang berkelanjutan sebelum diskusinya dimulai lagi.
Aku membayangkan Ren sangat memperhatikan terlihat sekeren mungkin.
Motoyasu ingin para wanita menyukai dia.
Yang dipedulikan Itsuki hanya keadilan. Tentu, dia bisa menganggap begitu, akan tetapi itu sangat cocok-itu sebabnya aku yakin dia menganggapnya kebohongan. Dengan hal itu didalam kepalanya, dia mengetahui kalau sulit untuk berbohong.
Dengan berkumpulnya semuanya, mereka bertiga kemungkinan besar akan berkata jujur.
"Baiklah Itsuki, kamu duluan. Katakan padaku semuanya dari awal."
"Kenapa elu yang memberi perintah?"
Itsuki mengernyitkan alisnya dengan jengkel, lalu menoleh pada semua orang dan mulai berbicara.
"Senjata para pahlawan terbuka menggunakan material yang diserap kedalam senjata itu. Hal ini juga memperluas pohon skill yang tersedia. Sistemnya sangat mirip dengan game yang dulu pernah kumainkan, Dimension Wave, tapi ada perbedaannya."
"Huh? Apa gak sama persis?"
"Nggak-tapi sangat mirip. Ada banyak senjata disini yang belum pernah gw lihat sebelumnya."
Itu artinya dia gak tau semuanya tentang perbedaan senjata di dunia ini.
Itu masuk akal. Kalau dia tau segala tentang perbedaan senjata dan skill-skillnya, maka dia pasti tau tentang perisai budak dan perisai monster juga.
"Perbedaan terbesarnya mungkin, di dunia ini, saat elu mengubah pada senjata baru, senjata-senjata lain yang pernah elu gunain tetap tersedia buat elu."
Ren dan Motoyasu juga mengangguk. Jadi tempat ini gak sama persis dengan game-game yang pernah mereka mainkan? Itu cukup mengkhawatirkan.
"Selanjutnya kamu."
Ren mengangkat tangannya dan mulai berbicara.
"Gw akan melengkapi apa yang dikatakan Itsuki. Ketika sebuah senjata terbuka, bonus-bonus equip tertentu akan tersedia buat elu."
Sudah kuduga bahwa aku bisa mempercayai informasi itu, karena aku sudah tau kalau itu benar.
"Tetap saja, sistem bonus equipnya agak berbeda dari yang kuketahui dari Brave Star Online."
"Kok bisa?"
"Dalam game yang gw mainin, lu biasanya mempelajari skill dengan memperoleh poin skill melalui skill yang sudah kamu ketahui."
Bagiku itu juga masuk akal. Dalam game-game yang pernah kumainkan di masa lalu ada poin skill yang tersedia untuk player, dan poin skill tersebut bisa mereka atur dengan bebas sesuai keinginan untuk karakter mereka.
Aku merasa seperti.... kalau aku bisa membuka pohon skill dari perisai ini, maka semua skill akan tersedia.
Yang jelas, apa yang betul-betul membuatku terkejut adalah bahwa, meski adanya semua perbedaan ini, mereka bertiga tetap tampak percaya bahwa mereka berada didalam game yang sama yang akrab dengan mereka dari dunia asal mereka.
"Lu benar. Memang kayak gitu."
"Ya."
"Tapi kurasa cuma para pahlawan saja yang bisa membuka seluruh pohon skill ini."
Aku mulai paham. Para petualang biasa cuma bisa membuka sebagian kecil pohon skill, bergantung pada syarat pembukaan dalam pertumbuhan mereka. Cuma para pahlawan, karena senjata legendaris mereka, yang bisa membuka semuanya.
"Giliran gw. Kalau kamu menggunakan suatu tipe senjata yang elu kuasai, lu bisa menyalinnya. Kurasa mereka punya 'sistem penyalinan senjata'."
"Apa?"
Apa itu? Aku gak pernah dengar sesuatu yang kayak gitu!
"Ya, itu sangat berbeda dari game yang pernah aku mainin, tapi gw bisa mendapatkan sebuah senjata yang betul-betul kuat secara gratis, jadi itu merupakan bantuan yang besar."
"Yah, gimanapun kita adalah pahlawan. Kita memiliki beberapa keuntungan."
"Aku yakin kalian udah mengetahui ini, tapi toko senjata di ibukota Zeltbul, negeri tentara bayaran, memiliki equipment terbaik."
Ren dan Itsuki mengangguk pada apa yang dikatakan Motoyasu.
"Apaan itu?!"
Aku begitu jengkel sampai hampir berteriak.
Penyalinan senjata?
Aku gak pernah melihat sesuatu seperti itu di menu bantuan. Aku sudah menghabiskan empat bulan disini, jadi aku meluangkan waktu melihat seluruh menu satu per satu.
Itu kedengaran seperti mereka mengatakan bahwa kalau kau mengambil sebuah senjata di toko, maka kau bisa membuka kemampuan untuk menggunakannya.
"Naofumi, apa maksud kamu, kamu bahkan tidak tau itu? Saya kagum kamu bisa tetap hidup sampai sekarang!"
Ugh.... Sekarang aku semakin jengkel. Betul-betul jengkel! Aku mengasumsikan bahwa aku cuma bisa menggunakan perisai khusus yang kubuka sendiri!
Aku cuma melihat hal hal aneh seperti perisai-perisai besi dan perisai-perisai bulat dan perisai-perisai buku sampai saat ini-kupikir cuma itu yang tersedia.
"Kalian mengetahui ini sendiri?"
"Nggak juga, kami pergi untuk membeli senjata di toko. Itu adalah hal biasa, kan? Mengingat bahwa senjata bawaan begitu lemah."
Aku sudah mencoba hal yang sama saat aku pertama kali sampai disini. Aku ingin mengabaikan menjadi seorang pengguna perisai, jadi aku mencoba menggunakan pedang yang aku pilih di toko senjata.
Namun saat aku melakukannya, sebuah peringatan muncul mengatakan, "Kau tidak bisa memakai atau membawa senjata selain senjata legendaris yang telah ditetapkan untukmu."
Itu artinya aku gak bisa menggunakan apapun selain perisaiku dalam pertempuran.
"Peraturannya mengatakan bahwa kamu cuma bisa pake senjata ditetapkan, tapi elu bisa menggunakan sistem salinan senjata, elu bisa pake apapun."
"Ya."
"Itu benar."
Ini mulai membuatku bingung.
Selain itu, aku terjebak dengan perisai. Menyerang adalah hal yang paling penting bagiku untuk difokuskan, jadi aku mengabaikan perisai-perisai yang di jual di toko senjata.
Aku sudah dilengkapi dengan sebuah perisai yang naik level bersama denganku, jadi aku cuma fokus pasa mencoba mendapatkan sebuah senjata, seperti pedang, untuk tanganku yang satunya.
Mungkin itulah sebabnya aku gak menyadarinya?
"Baiklah, teruslah berbicara."
Kalau mereka udah mengetahui hal-hal utama yang belum aku ketahui, cuma memikirkannya tentang seberapa banyak yang mereka rahasiakan dariku sudah membuatku gelisah.
"Saat kamu membunuh monster dan monster itu berubah menjadi material yang kamu serap kedalam senjata mu, kamu bisa membuka menu senjata disaat yang bersamaan untuk mendapatkan item drop monster."
Item drop?
Hmmm... Aku melihat sesuatu seperti itu di RPG online sebelumnya. Biasanya monster akan menjatuhkan item setelah kau mengalahkan mereka. Mereka mungkin meninggalkan sesuatu yang gak ada hubungannya dengan material asli mereka.
Aku begitu bodoh! Aku seharusnya bisa mengetahui sesuatu sederhana itu sendiri!
"Seringkali ada item-item drop yang harganya mahal jika dibeli toko. Aku punya banyak barang-barang langka sekarang, itu betul-betul membuat aku merasa seperti aku berada di dunia yang betul-betul baru."
"Memang begitu kan?"
"Lu benar. Terkadang para monster meninggalkan item-item yang betul-betul berguna."
Mereka terus mengatakan informasi-informasi penting. Dan diatas semua itu, nampaknya mereka sudah mengetahui semua itu.
Mereka membuatku merasa begini di hari pertama aku bertemu mereka, tapi sekarang aku merasakannya lagi-itu membuatku merasa aku berada dalam posisi yang gak menguntungkan.
"Apa lagi? Oh ya, elu bisa membuat peralatan."
"Skill teknik, kan? Ya, kita mendapatkannya sejak awal."
"Terus lanjutkan, aku akan menyimak."
Informasi yang mereka berikan mungkin merupakan informasi baru bagiku. Aku harus mendengarkan semuanya.
"Kalau kamu memiliki skill teknik dan resepnya, maka kamy bisa memberikan material-material yang diperlukan pada senjata lu. Senjata itu akan menyerapnya, dan setelah beberapa waktu, senjata itu akan membuatkan apa yang kamu inginkan."
Senjatanya bisa melakukan produksi item?! Apa mereka bercanda? Aku gak bisa menahannya kalau memikirkan kembali semua waktu yang aku habiskan untuk membuat obat.
Sepertinya efektivitas dari item-itemnya sama terlepas dari senjata jenis apa yang membuatnya secara otomatis atau kau bisa begadang sepanjang malam untuk membuatnya secara manual-tapi kalau kau punya resep, dan senjatanya bisa mengerjakan semua pekerjaan untukmu, kenapa juga harus repot-repot?
Itu menjelaskan kenapa Motoyasu punya persediaan air sihir-dia tidak melalui segala upaya untuk membuatnya secara manual.
Mungkinkah material-material yang diperlukan untuk membuatnya mudah didapatkan dari monster?
"Satu-satunya bagian buruknya adalah bahwa kamu tidak bisa memakai item-item selain dari item drop yang kamu ambil atau yang kamu buat sendiri."
"Itu betul. Kamu tidak bisa menggunakannya dengan mudah."
Sepertinya ada beberapa masalah pada sistem itemnya. Bukannya aku khawatir dengan hal itu sih.
Aku tidak bisa percaya ada begitu banyak teknik pemberdayaan yang tidak kuketahui.
"Adapun untuk area-area leveling yang efisien, yah, kurasa kami gak bisa meringkasnya dalam satu atau dua kalimat."
"Betul. Kami bisa membuat sebuah skema atau semacamnya, mendaftar tempat-tempat dan monster-monster yang bagus berdasarkan pada kisaran levelmu. Dengan begitu kalau kamu mengikuti daftar sesuai dengan levelmu, lu gak akan jatuh ke dalam masalah besar."
"Kami harus memastikan agar gak tumpang tindih sih."
"Betul juga."
"Apa ada sesuatu yang lain yang mau elu beritahukan sama gw?"
Aku mengingat-ingat semua perkataan mereka dan mencoba terus melanjutkan percakapan.
"Keknya ada satu teknik utama untuk menjadi lebih kuat dengan cepat yang belum diketahui Naofumi. Kurasa aku harus memberi tahu dia."
Itsuki membusungkan dadanya dan berbicara dengan megah.
"Di dunia ini, tingkatan senjata sangatlah penting. Kemampuan yang menyertainya cuma bonus saja. Kalau senjata itu sendiri gak kuat dan langka, maka itu nggak terlalu layak."
"Maksud kamu senjata-senjata unik atau equipment legendaris?"
"Ya, sesuatu kek gitu."
"Berhentilah berbohong!"
"Tidaklah benar setelah mengawali mengatakan kebenaran dan kemudian beralih kebohongan dipertengahan."
Ren dan Motoyasu membentak dan mencemooh Itsuki. Nah bohongnya mulai keluar.
"Apa? Apa yang kamu katakan? Aku mengatakan yang sebenarnya!"
"Kagak. Itu sebuah kebohongan."
"Ya, dasar pembohong."
"Nggak! Aku tidak bohong!!"
Apa yang terjadi? Itsuki kehilangan ketenangannya. Dia betul-betul tampak marah karena mereka berdua.
Sesuatu yang aneh sedang terjadi.
"Kita dengerin aja dia."
Aku mengesampingkan argumen kecil mereka dan memberi sinyal pada Itsuki untuk melanjutkan.
"Baik, yah... bergantung pada jenis senjata yang kamu kerjakan tentunya, tapi biasanya kamu bisa menggunakan ore untuk membuatnya lebih kuat."
Itu kedengaran seperti dia sedang membicarakan tentang semacam sistem penyempurnaan. Aku sudah melihat sesuatu seperti itu dalam game-game sebelumnya.
"Plat besi memiliki jumlah slot ore paling banyak."
"Aku yakin ada resiko kegagalan. Kamu tidak seharusnya mengatakan kebohongan yang bahaya kek gitu."
Motoyasu menimpali untuk mendiamkan Itsuki.
"Nggak! Itu tidak pernah gagal!"
Tunggu, jadi tidak ada resiko kegagalan? Apa itu betul?
"Apa yang kamu bicarain? kamu jangan pakai ore buat nguatin sesuatu."
"Lebih baik kamu berhenti nyebut aku pembohong! Gimana dengan kamu, Ren? Gimana cara kamu nguatin sesuatu?"
"Aku? Pertanyaan bagus. Aku tidak mau lihat Naofumi bingung gara-gara kebohongan kamu, jadi kurasa aku harus bertindak dan memberitahu dia yang sebenarnya."
Kenapa dia harus memanggil namaku? Terserahlah, dia memang betul kalau aku bingung.
"Di dunia ini semuanya soal level. Mungkin ada hal lain yang perlu diperhatikan, tapi pada akhirnya semuanya kembali ke apakah elu udah cukup naik level."
"Ini lagi, nongol juga kelakukan busuk kamu yang demen bohong."
"Dasar! Kamu pikir kamu bisa bohong sesuka kamu kalo kamu memasang wajah tenang dan kalem!"
Apa yang terjadi disini?
"Naofumi, keknya mereka bedua ini berencana bohong sampai akhir pertemuan ini. Aku rasa itu terserah aku untuk ngasih tahu kamu yang sebenarnya. Kalo kamu mau nguatin senjata punya kamu, itu bergantung pada penguasaan skill."
"Penguasaan skill?"
"Tepat. Semakin sering kamu menggunakan sebuah senjata, semakin kuat senjata itu jadinya. Bagian pentingnya adalah saat berganti senjata, kamu harus mengubah penguasaan skill yang terkumpul dari senjata itu menjadi energi. Lalu kamu nambahin energi itu pada senjata baru kamu, dan itu akan membuka kekuatan tersembunyi dari senjata baru tersebut."
"Woah, itu adalah salah satu kebohongan yang menakjubkan yang pernah aku denger."
"Abaikan saja dia. Kamu cuma perlu terus ningkatin kelangkaan dari senjata kamu. Kamu mungkin gagal atau kamu kehilangan sebuah senjata, tapi senjata legendaris kita aman."
Semua cerita mereka membuatnya terdengar begitu sederhana. Tapi gak satupun dari yang mereka sebutkan yang bisa ditemukan di menu bantuan.
Aku tidak tau siapa yang harus dipercayai. Apa Ren dan Itsuki bohong?
"Dengarkan saja dirimu sendiri, berbohong dengan wajah kalem kayak gitu. Kamu tidak lebih baik dari Naofumi."
Motoyasu mencaci Ren.
"Apaan itu?!"
"Dia betul, kamu tidak usah dengerin dia-dia bohong."
"Kalian sinting. Siapa yang harus dia percayai? Dan aku tidak bohong!"
"Lihat aja sendiri. Buka pohon skill kamu dan lihat senjata yang sering kamu gunain. Kamu bisa periksa penguasaan skillnya disana."
Aku melakukan seperti yang dikatakan Motoyasu dan membuka menuku, lalu aku melihat Chimera Viper Shield.
Tapi saat aku membuka menu perisai itu, menu itu cuma menampilkan status yang kayak biasanya.
Dia bilang aku harus memeriksa sesuatu? Kayaknya itu sebuah kebohongan.
Aku mengulurkan jari untuk menyentuhnya, tapi tidak terjadi apa-apa.
"Tidak ada yang terjadi."
Harusnya aku sadar kalau itu sebuah kebohongan. Aku paham gak bisa mempercayai mereka sepenuhnya sejak awal, tapi aku terkejut bahwa mereka akan berbohong secara langsung didepanku saat aku bisa memeriksa kebenaran dari pernyataan mereka.
Kalau itu adalah sebuah kebohongan, maka pernyataan mereka tentang sistem penyalinan senjata mungkin juga bohong.
"Saya tidak bohong! Kamu cuma berusaha menghancurkan reputasi ku!"
"Saya juga tidak bisa melakukannya."
"Aku juga. Pilihan itu tidak ada di menu bantuan."
"Ugh! Terserahlah! Aku begitu tolol karena mencoba membantu mu!"
Ren menjadi sangat jengkel pada setiap penjelasan dari Itsuki dan Motoyasu, menghela nafas dan menyilangkan tangannya dengan marah. Dia duduk dikursinya.
Ren biasanya begitu tenang dan teliti. Nyatanya, aku gak pernah lihat dia begitu marah. Tetap saja, dua pahlawan yang lain bersikeras bahwa dia bohong, dan dari yang kulihat pada menu bantuanku sendiri sudah memverifikasinya.
"Aku belum kelar. Ada cara lain untuk nguatin senjata kamu. Kamu harus ngambil energi dari item lain dan menggunakannya untuk nguatin senjata. Kalau kamu melakukannya, itu akan meningkatkan kekuatan dari item tersebut dengan presentasi tertentu."
"Maksud kanu kayak meningkatkan kekuatan serangan sebesar 10 persen gitu?"
"Ya, tapi ada resiko besarnya. Kalau kamu gagal, maka nilainya akan jatuh menjadi nol."
"Lagi-lagi bohong. Berhentilah ngasih tau Naofumi tentang game lain."
"Aku mengatakan yang sebenarnya! Dengan cara inilah gw menjadi lebih kuat-dengan menggunakan energi dari monster dan item lain untuk nguatin senjata ku. Itu bekerja untuk semua senjata ku. Itu adalah sebuah sistem paralel dengan level kamu saat ini-kayak memiliki sebuah level job."
Kalau memikirkan kembali apa yang dia katakan, aku jadi ingat aku pernah melihat hal yang serupa dalam game-game yang pernah aku mainkan dulu. Kau bisa menaikkan level equipmentmu untuk mendapatkan kemampuan baru. Itu gak terlalu menarik, tapi itu berhasil. Tetap saja, kurasa aku ingat mempelajari beberapa kemampuan yang sangat kuat dengan cara itu.
"Oke, oke... Ren dan Itsuki semakin ngaco. Biar aku..."
"Akuwtidak berharap banyak, silahkan."
Aku sudah menduga kebohongan dari mereka.
"Aku kasih tahu kamu, yang paling penting adalah fokus pada peleburan senjata dan ningkatin statistik. Hasil yang kamu dapetin dari peningkatan statistiknya jauh lebih penting daripada apa yang kamu dapetin dari level asli kamu. Meskipun kamu pake senjata paling lemah, senjata bawaan yang kamu miliki, kalo kamu meleburkannya dengan betul, itu bisa jadi betul-betul kuat! Aku manfaatin semua bonus equip gw buat naikin kekuatan serangan."
"Nah itu tuh kebohongan yang tidak tanggung-tanggung!"
"Naofumi, gak usah lu dengerin dia!"
Motoyasu mengabaikan protes mereka dan terus bicara padaku.
"Itu berbeda untuk masing-masing senjata, tapi hal pertama yang lu perlukan adalah mengumpulkan ore untuk peleburan. Di Emerald online lu bakal kehilangan senjatalu kalo proses peleburannya gagal. Tapi itu gak akan terjadi pada senjata legendaris kita. Disini, kalo kamu gagal, nilai peleburannya cuma akan jadi nol."
"Itu gak benar."
"Ya."
Argumennya semakin parah dan gak karu-karuan. Ratu kelihatan bingung oleh semua yang saling bertolak belakang ini.
Sejujurnya, aku sendiri sangat bingung.
Apa mereka pikir mereka bisa lolos dengan kebohongan kalau mereka semua berbohong?
"Yang jelas, ada mata sukma dan peningkatan statistik. Bergantung pada jiwa monster yang kamu gabungin dengan senjata, efeknya akan beda. Pilihannya bermacam-macam bergantung pada senjata, tapi mari kita anggap bahwa kamu punya senjata untuk duel. Kamu bisa ningkatin damage senjata itu pada manusia lain."
"Itsuki, bukankah kamu mengatakan sesuatu yang mirip dengan itu?"
"Ada begitu banyak slot yang tersedia pada senjata, dan persentasinya udah ditetapkan."
"Katakan yang sebenarnya!"
"Ya, saya sudah muak mendengar tentang game lain."
Ren dan Itsuki berteriak untuk membungkam Motoyasu, yang menoleh frustasi pada mereka berdua.
"Kenapa kalian terus aja bohong?"
"Kenapa kamu bohong?"
"Kalian bedua yang bohong!"
"Yah aku tidak tahu siapa yang bohong dan siapa yang enggak..."
Percakapannya bisa dibilang berjalan baik sampai kami mencapai akhir. Terus sepertinya semuanya memiliki versi yang berbeda dari kebenarannya.
Mereka bertiga tampak marah-kurasa aku tidak pernah lihat mereka bertentangan secara terang-terangan seperti ini.
"Mungkinkah senjata kalian ditingkatin secara berbeda?"
"Anggap saja gitu."
"Itu bisa dijadikan penjelasan singkatnya. Anggap saja begitu."
"Baik-tapi sejauh ini gak satupun penjelasan kalian yang sesuai dengan apa yang udah aku lihat."
Dan kemudian, sepertinya percakapannya berakhir.
Jika mereka semua semarah kayak gitu, maka mereka mungkin gak bohong.
Kalo mereka bohong, kebohongan mereka cuma akan mempengaruhi reputasi mereka sendiri.
"Baik. Yah kurasa sekarang gikiranku."
"Ya. Kami udah berusaha sebaik mungkin ngasi tau elu apa yang kami tau, jadi lebih baik kamu cari tau sendiri kebenaranya."
"Kalo kamu pikir aku bohong, aku tidak mau disalahin."
Semua ini semakin lama semakin membingungkan.
"Apa yang ingin kalian ketahui duluan?"
Sejujurnya, mereka bertiga ini menganggap segalanya seperti game. Setidaknya, aku ingin mencari cara untuk membuat mereka menganggap ini secara serius-atau nyawa kami semua akan dalam bahaya. Jadi lebih baik aku memberitahu mereka yang sebenarnya.
"Katakan pada kami kenapa Raphtalia dan Filo bisa jadi sangat kuat."
"Mudah saja. Aku punya Slave-User Shield dan Monster-User Shield, keduanya memiliki bonus equip yang bagus yang mempengaruhi pertumbuhan mereka. Ini adalah efek-efek seperti 'penyesuaian status' dan hal-hal lainnya. Dan Filo memiliki bonus lain dari Filolial Shield punya gw."
Haruskah aku memberitahu mereka tentang jambul yang mengapung saat upacara peningkatan kelas? Aku memutuskan untuk menunggu bagaimana kelanjutan pertemuan ini.
"Kelas perisai di game yang gw tau gak punya skill yang betul-betul berguna."
"Aku juga ngerasa itu susah dipercaya. Skill-skill semacam itu akan merusak game.... Dimana lu dapat perisai curang?"
Curang? Ha... terserahlah-gak ada yang menyenangkan dari mereka ini.
"Aku dapat Slave-User Shield dari tinta yang digunakan pada pemasangan kutukan budak, dan aku dapat Monster-User Shield dari serpihan telur setelah Filo menetas."
"Yah kalau dia ngasi tau dimana dia ngedapatin perisai-perisai itu, kita mungkin bisa mencobanya sendiri."
"Kalian bisa mencobanya, tapi gak ada jaminan bahwa hal yang sama akan terjadi sama kalian."
"Memang, tapi lu bisa saja bohong sama kami."
"Terserah lu mau mikir apa. Gimana kalau itu adalah suatu sistem leveling yang cuma tersedia pada perisai legendaris?"
"Oke, kita anggap aja dia berkata jujur. Itu tetap gak ngejelasin kenapa Filo bisa sekuat itu. Kekuatannya sangat besar. Doi memang sudah kuat sejak awal, tapi sekarang doi betul-betul berbeda. Gimana bisa itu terjadi?"
"Oh-itu. Itu terjadi saat kami sedang sibuk kabur dari elu dan Lonte. Seorang bangsawan penganut Church of the Three Heroes melepas segel pada seekor monster kuat."
"Gw dengar soal itu-tapi gw denger kalo elu lah yang melepas mahluk itu."
Sang ratu menyela.
"Sebenarnya, aku telah melakukan sebuah penyelidikan resmi mengenai masalah ini. Dan sepertinya bangsawan korup yang ada di kota tersebut menolak mengakui kekalahannya di tangan Tuan Iwatani, dan kemudian melepaskan monster karena putus asa."
Aku gak punya waktu untuk kembali dan memeriksa area tersebut setelah kami pergi. Ada seorang bangsawan yang betul-betul baik di kota sebelah. Aku secara pribadi menyebut dia Nice Guy. Dia membuat komunitas demi-human lokal menjadi prioritasnya. Aku penasaran apa yang terjadi pada dia?
"Maaf, Yang Mulia. Apa yang terjadi pada bangsawan di kota sebelahnya?"
"Setelah semua itu terjadi, kami memutuskan untuk membawa dia kembali ke kotanya. Memang benar hanya sebentar, tapi dia sangat kelelahan karena pelarian itu, dan kami mengawasi pengobatan medisnya."
"Oh...."
Kami juga bertemu dengan seseorang dari desa Raphtalia, dan mereka kabur bersama Nice Guy.
Kami cuma bisa berharap bahwa mereka bisa sampai rumah dengan selamat.
"Monster seperti apa yang dilepaskan bangsawan itu?"
"Kami memancingnya keluar dari area pemukiman dan mencoba melawannya di hutan. Tapi saat pertempuran dimulai, ratu dari para filolial, Fitoria, muncul dan mengalahkan monster itu. Lalu dia menggunakan sihir untuk mentransport kami semua ke tempat aman."
"Transport?"
"Cuma itu satu-satunya kata yang bisa kupikirkan. Itu seperti tiba-tiba gw kehilangan pijakan. Gw gak betul-betul memahaminya."
"Bukankah lu punya skill transport? Saat gw melihat lu kabur dari Motoyasu sebelumnya, gw menyadari lu gak tau apa-apa, tapi gw tau lu pasti sudah mendapatkan satu atau dua sekarang."
Ren mengangguk berserta Itsuki, dan Motoyasu juga mengangguk setuju.
"Memangnya ada skill yang kayak gitu?"
"Tentu aja ada. Punya gw namanya Transport Bow. Lu bisa daftarin tempat-tempat yang udah kamu kunjungin, terus langsung mentransport dirilu sendiri dan party kamu kesana kapanpun."
"Punya gw namanya Transport Sword. Cara kerjanya sama."
"Punya gw Portal Spear. Lu betul-betul gak tau apa-apa tentang ini?"
"Nggak! Ini baru pertama kalinya gw mendengarnya!"
Apa yang mereka bicarakan? Aku memang tau kalau menjadi seorang pahlawan memiliki keuntungan yang bagus seperti itu!
"Untuk membukanya lu harus level 50 sih-lumayan tinggi."
Itu menjelaskan kenapa aku gak punya. Aku masih level 43.
Tunggu bentar, apa itu artinya para badut ini sudah berlevel diatas 50?
"Material apa yang kalian butuhin?"
"Pasir dari jam pasir naga."
"Itu benar...."
Mereka bertiga mengangguk. Tapi.....
"Gimana caranya kalian dapetin pasir itu?!"
"Kami memintanya dan mereka memberikannya pada kami."
Jancok! Aku cuma ketemu sama para suster cerewet pelit lagi saat aku datang ke gereja-dan mereka gak memberi aku apapun.
"Terus, apa terjadi setelah perpindahan itu?"
"Dia mengajari Filo cara bertarung yang efektif selama beberapa saat, dan kemudian dia melakukan.... sesuatu... dan statistik Filo meningkat pesat. Lalu dia nyeramahin gw, bilang kalo para pahlawan musti bekerja sama. Dia bilang kalau para pahlawan gak bekerja sama, dia bakal membunuh kita semua."
Ha! Mereka bertiga tampak gak percaya dengan apa yang kukatakan.
"Kalau kalian berpikir gw bohong, mungkin kalian harus melawan Filo sendiri? Asal kalian tau bahwa kami barusaja melakukan peningkat kelas, jadi dia lebih kuat lagi sekarang."
Bukankah mereka menyadari bahwa statistik milik Filo hampir dua kali lipat dari punyaku?
Motoyasu saja sudah kesulitan menghadapi aku-dia gak akan punya kesempatan menghadapi Filo.
"Nggak. Itu gak perlu."
"Oke, gw akan menanyakan pertanyaan selanjutnya. Saat pertarungan melawan high priest, Naofumi menggunakan kekuatan yang besar. Itu gak wajar. Kekuatan itu berasal dari perisai yang menyeramkan miliknya. Gw gak pernah lihat sesuatu kayak gitu di game yang gw mainin."
Itsuki mengarahkan tatapan penuh keraguan padaku dan terus berbicara.
"Dimana elu dapetin kekuatan kayak gitu? Bukan, kayaknya kurang tepat, biar gw ganti pertanyaannya. Dimana elu ketemu Dewa?"
"Apa?"
"Apa elu ketemu Dewa disuatu tempat dan menerima sebuah perisai cheat dari dia? Ada sebuah web novel yang gw baca dimana si MC mendapatkan kekuatan khusus kayak gitu dan kekuatan itu memungkinkan si MC bisa lebih tangguh dari karakter yang lainnya. Kasi tau gw yang sebenarnya."
Ha! Aku tau cerita yang dia bicarakan, tapi yang kayak gitu gak terjadi disini.
Aku melalui banyak hal sejak datang ke dunia ini, tapi beberapa pertanyaan membuatku jengkel sama kayak pertanyaan yang satu ini.
"Itu bukan cheat!"
"Masa sih. Seorang pengguna perisai harusnya gak bisa menimbulkan damage sedikitpun!"
Ren dan Motoyasu mengangguk.
"Dimana elu dapat kekuatan itu? Kalau kita bisa mendapatkan kekuatan kayak gitu maka kita akan tak terkalahkan. Elu harus memberitahu kami."
Orang-orang bego ini cuma ngelantur doang dari tadi. Itu mulai membuatku betul-betul jengkel.
"Mungkin gw cuma perlu berusaha keras untuk itu?"
"Ya betul."
Ampun deh. Mereka sudah meyakini soal apa yang bisa dilakukan pengguna perisai.
Tapi aku merasa mereka salah. Aku merasa bahwa para pengguna perisai lebih kuat dari yang mereka pikirkan.
Aku memandangnya begini: aku berusaha mendapatkan lebih banyak bonus equip, dan sebagai hasilnya aku mendapatkan seri kutukan-beitulah caranya aku jadi lebih kuat dari mereka.
Tapi mereka sepertinya berpikir bahwa aku mengetahui gimana caranya berbuat curang sehingga aku bisa sekuat mereka.
"Perisai itu bernama Shield of Rage. Bagian dari seri kutukan yang ada dalam perisai legendaris. Gw gak tau apa tepatnya yang menyebabkan perisai itu muncul, tapi kalo gw harus nebak... Aku akan mengatakan bahwa itu menanggapi amarahku. Pertama kali seri itu muncul adalah saat gw duel dengan Motoyasu. Gw sangat marah karena gw dijebak dan difitnah dan segala sesuatunya sangat gak adil."
Aku ingat saat itu terjadi. Aku begitu marah dan amarah itu meluap. Kupikir itu akan menelan aku sepenuhnya.
Kalau Raphtalia gak ada disana untuk menenangkan aku, entah apa yang akan terjadi.
"Itu ada di menu bantuan. Dikatakan elu harus membayar harga untuk menggunakannya. Bisakah kalian bertiga mengendalikannya? Ngomong-ngomong, gw menggunakannya untuk mengalahkan high priest, tapi perisai itu juga menyerang gw, alhasil statistik gw masih dalam masa pemulihan."
Ren melambaikan jarinya diudara. Dia pasti sedang melihat-lihat menu bantuan.
Lalu, seolah itu adalah hal yang jelas, dia berkata, "Gak ada. Gak ada sesuatu kayak gitu disini."
Yang betul saja! Itu ada di menu punyaku. aku bisa membacanya sejak Shield of Rage terbuka.
"Itu mungkin gak muncul sampai elu membuka senjatanya."
"Apa game-game online cenderung memiliki banyak senjata kutukan yang sangat kuat yang tersedia?"
"Tentu saja enggak. Perisai pengatur pertumbuhan itu nampak cukup mencurigakan juga."
"Kalo lu mau bohong sama kami, elu musti memikirkan kebohongan yang lebih baik-kek Ren sama Motoyasu."
Ren sepenuhnya kehilangan ketenangannya saat dia mendengar apa yang dikatakan Itsuki. Dia berdiri dan mengacungkan jarinya pada Itsuki.
"Siapa yang lu bicarain?! Elu pembohong terburuk disini!"
"Masa sih? Gimana dengan elu, selalu pura-pura sok tenang! Elu gak kelihatan tenang sekarang, kan?!"
"Ya, tepat."
Ren dan Itsuki menoleh dan berteriak serempak. "Elu cuma orang geblek maniak wanita! Masih mau cari cewek cabe lagi?!"
"Apaan itu?!"
"Kalian semua! Berapa lama lagi kalian menganggap semua ini sebuah game? Kalian mestinya bertindak seperti pahlawan yang sebenarnya atau kita semua akan mati!"
Sejujurnya, aku bahkan gak mau mengingat apa yang terjadi selanjutnya. Ruangan itu dipenuhi dengan penyebutan yang vulgar.
Sang ratu berteriak protes, mengatakan apapun yang beliau bisa untuk mencoba mengendalikan situasi ruangan ini, tapi sudah terlambat. Gak bisa dihentikan lagi.
Adu cek-cok dan pertengkaran terus berlanjut sampai pintu ruangan terbuka, engselnya berderak saat para prajurit masuk.
"Apa yang terjadi?"
Kemunculan para prajurit yang tiba-tiba membuatku kembali sadar, dan kepalaku langsung jernih.
"Para anggota party para Pahlawan mulai berseteru dibawah!"
"Apa?!"
Para idiot itu.... apa yang mereka perbuat sekarang? Kami semua bergegas keluar dari ruangan dan berjalan turun.
* * * * *
"Lebih baik tarik kembali ucapanmu!"
"Jangan harap. Orang jelek itu-dia adalah perusak pemandangan! Mataku gak bohong."
"Apa kau yakin kau nggak membicarakan dirimu sendiri?!"
"Ha! Memangnya pelayan dari seorang arogan bodoh seperti dia tau!"
Saat kami tiba di aula, Raphtalia sedang berseteru saling membentak dengan wanita jalang itu dan pria berarmor.
Party Ren bersama Filo dan cewek bernama Rishia, cuma bisa berdiri dibelakang dan menonton tak berdaya.
Raphtalia sangat marah. Aku gak pernah melihat dia semarah itu. Apa yang sudah terjadi?
Wanita jalang itu begitu tampak energik. Dia baru saja keracunan dan keluar dari rumah sakit, dan dia sudah berkelahi?
Party Motoyasu, termasuk wanita jalang itu, terdiri dari tiga orang.
Salah satu dari mereka berdiri disamping wanita jalang dan ikut serta dalam argumen. Yang satunya berdiri dikejauhan, melihat perkelahian terjadi.
"Ha! Gimana bisa semua orang berharap selamat dengan anggota party seperti demi-human kotor dan monster menjijikkan?"
"Oh rasakan ini! Ini adalah hukuman karena menyebabkan kekacauan."
Sang ratu menjentikkan jarinya dan kutukan budak diaktifkan.
"Kyaaaaaaaaaaa!"
Segel bersinar muncul di dada Lonte dan dia jatuh ke lantai, menggeliat kesakitan.
Rekan Itsuki, si pria berarmor, terkejut pada tindakan ratu. Dia terkesiap dan sambil wajahnya pucat saat melihatnya.
"Astaga... Kenapa kamu melakukan ini?"
Sang ratu terlihat muak saat dia menatap wanita jalang yang meronta.
Beliau tidak akan membunuh dia... kan?
"Raphtalia, apa yang terjadi?"
"Kami sedang berbicara dengan yang lainnya tentang bagaimana caranya bekerja sama dengan baik mulai dari sekarang, terus wanita jalang itu dan yang lainnya datang dan mulai mengatakan bahwa gak ada perlunya bekerja sama dengan kami, mengatakan kalau cuma gak buruk saja yang akan terjadi. Terus dia mulai menghina desaku dan mencemooh Filo... Terus dia mulai menghina Melty, mengatakan bahwa dia tau cara memanfaatkan orangtuanya dan dia bisa memanipulasi mereka. Dia mengatakan semua hal mengerikan yang dia lakukan!"
Aku menghela nafas dan melotot pada Itsuki dan Motoyasu.
"Tidak boleh begitu! Mereka berdua adalah rekannya seorang pahlawan, dan mereka bertarung untuk menyelamatkan dunia ini!"
Itsuki, merasakan kemana arahnya semua ini, berbalik pada pria berarmor dan memarahi dia.
"Tapi Master Itsuki... bukankah orang-orang ini berkeliaran dan menyebabkan masalah-masalah kemanapun mereka pergi?"
Menakjubkan. Kata-kata ini berasal dari orang yang menyebabkan masalah disini saat ini.
"Itu sudah dijelaskan bahwa itu adalah sebuah kesalahpahaman. Berdamailah dengan mereka."
"Baik."
"Myn... maksudku, Jalang! Kenapa anda memperlakukan dia seperti ini?"
Motoyasu memeluk wanuta jalang itu dan menatap ratu.
"Ini adalah hukuman yang dia terima karena menimbulkan kericuhan. Dari semua yang telah aku dengar, akar masalahnya terletak pada dia saja."
Sang ratu membuka kipasnya dan menutupi bibirnya saat beliau berbicara. Ketidaksenangan Motoyasu sangat jelas-dia menatap ratu, kebencian berkobar dimatanya.
"Tuan Kitamura? Luangkan waktu untuk memikirkan ini baik-baik. Gadis ini baru saja keluar dari rumah sakit, dan ini merupakan hal pertama yang dia lakukan."
"Urm...."
"Apa kau mendengar apa yang terjadi disini? Apa belum jelas siapa sumber masalahnya?"
Motoyasu jelas-jelas merasakan hal itu, nggak mengatakan apa-apa. Dia cuma memeluk wanita jalang itu dan meninggalkan aula.
Itsuki sibuk menenangkan pria berarmor.
Pria yang menunjukkan rasa hormat yang tinggi pada Itsuki, namun kemudian dia terlibat dalam tindakan seperti ini.
"Kurasa pestanya sudah lama usai. Kita akhiri saja untuk hari ini. Nanti, saat emosinya sudah tidak tinggi, aku ingin mengadakan pembicaraan dengan kalian semua sekali lagi, pembicaraan yang dihadiri semua pahlawan."
"Baik."
"Saya setuju."
Ren dan aku mengangguk.
Itsuki juga mengangguk setuju dan kemudian meninggalkan ruangan.
Yang benar saja.... Semuanya semakin parah. Bagaimana caranya kami belajar bekerja sama sekarang?
Para pahlawan harus bekerja sama, kalau enggak Fitoria akan datang membunuh kami semua. Kami sudah berada dalam situasi yang gawat, tapi masalah-masalah kami terus meningkat.
****
Bạn cũng có thể thích
bình luận đoạn văn
Tính năng bình luận đoạn văn hiện đã có trên Web! Di chuyển chuột qua bất kỳ đoạn nào và nhấp vào biểu tượng để thêm nhận xét của bạn.
Ngoài ra, bạn luôn có thể tắt / bật nó trong Cài đặt.
ĐÃ NHẬN ĐƯỢC