Namaku Melty Melromarc. Aku adalah putri kedua dari Melromarc, dan aku adalah garis penerus utama.
Untuk melihat dunia lebih luas lagi, aku bepergian bersama bunda.
Pekerjaan bunda adalah bepergian ke seluruh dunia untuk bertemu dengan orang-orang unyul memastikan bahwa Melromarc nggak sampai mengalami perang.
Aku diharuskan untuk mempelajari bagaimana mengerjakan pekerjaan itu, jadi itu sebabnya aku ikut bersama beliau.
Suatu hari aku benar-benar gembira karena bunda akan mengajari aku sesuatu yang baru tentang pekerjaannya.
Sebuah surat datang dari ayah, dan saat bunda membukanya, aku sepertinya tau pekerjaan seperti apa yang akan beliau berikan padaku.
Sejujurnya, aku tidak membenci ayahku. Tapi kurasa dia agak dungu. Aku sudah mendengar segala macam legenda tentang seberapa kuatnya dia sebagai seorang pejuang, tapi menyaksikan dia tunduk pada kakakku. Dia memberi apapun yang kakak inginkan, dan sangat sulit untuk menghormati dia setelah itu.
Sangat sulit untuk mempercayai jadi orang seperti apa dia sekarang.
Tetap saja, dia punya pola pikir militer yang habat. Kau bisa tau itu saat dia bermain game strategi dengan bunda. Bunda akan kalang kabut memikirkan strategi untuk melawan, dan ayah cuma menguap dan menang. Bunda bukanlah pemain yang lemah. Aku nggak pernah melihat bunda kalah pada siapapun selain ayah. Nggak peduli seberapa keras aku belajar, aku nggak akan bisa mencapai tingkatan skill yang dimiliki bunda. Namun ayah mengalahkan bunda dengan mudah.
Aku mencintai ayah. Dia peduli pada keluarganya, tapi aku cuma nggak bisa mengerti kenapa dia selalu tunduk dan memberi apapun yang kakak inginkan.
Berbicara soal game strategi, kakak yang paling bego diantara kami. Ayah akan menahan diri untuk membiarkan dia menang, yang mana itu nggak masalah. Tapi saat kakak bermain melawan orang lain, dia akan bohong, curang, dan melakukan apapun agar menang.
Game-game strategi memiliki nama-nama yang berbeda diseluruh dunia. Game yang kami mainkan sebenarnya dibawa ke Melromarc dimasa lalu oleh seorang Pahlawan dari dunia lain. Bunda bilang pahlawan itu menyebutnya "catur".
Aku nggak ahli dalam menggunakan tekanan atau kecurangan. Jadi apa yang dilakukan kakak padaku?
"Kapanpun bidak ini dalam masalah, ada sebuah aturan yang memungkinkan aku menukar posisi dari bidak lain di papan."
Lalu dia mengulurkan tangan dan memindahkan semua bidak ke posisi yang lebih menguntungkan.
Setelah itu, aku menang. Dia membalikkan papan itu dalam kemarahan.
"Itu adalah sebuah gerakan khusus! Semua bidak bisa berpindah! Dan gerakan khusus yang sama membuatnya giliranku!"
Aku membiarkan dia melakukannya. Tapi kemudian adalah giliranku dan aku menggerakkan sebuah bidak....
"Bidak ini bisa melewati semua bidak lain dan langsung meluncur ke raja!"
Kata dia, menjatuhkan sebuah bidak sembarangan dimana rajaku berada.
"Baiklah, lalu sekarang giliranku menggunakan gerakan khusus."
Apa dia pikir bahwa aku tidak akam mengikuti peraturan miliknya sendiri?
"Yah....."
"Giliranku, kan? Kalau begitu...."
Aku mengambil sebuah bidak yang dia bilang punya kekuasaan itu, menyatakan bahwa aku menggunakan kekuasaan tersebut, dan kemudian mengeluarkan bidak itu dari papan.
"....."
Dia melotot padaku dipenuhi kebencian yang membara. Apa dia pikir aku akan mengabaikan peraturan-peraturan yang dia buat?
"Cuma aku satu-satunya yang bisa melakukannya! Aku akan mengembalikan bidak itu."
"Kalau begitu permainan ini gak adil. Kalau kau mau bermain dengan cara itu, bermainlah dengan ayah."
Aku berdiri lalu pergi, dan dia mengambil papan itu dan melemparnya di ruangan. Apa yang dia pikirkan? Pemikiran negeri jatuh ke tangannya sudah cukup untuk membuat siapapun menjadi gugup.
Oke, kembali ke kisahku.
Sekitar dua bulan yang lalu dunia kami didatangi oleh fenomena aneh yang disebut Gelombang Kehancuran. Pertama kali gelombang itu terjadi aku sedang bepergian bersama bunda. Sebelum kami bisa pulang, pertama-tama kami harus menghadiri konferensi internasional tentang gelombang tersebut. Kami menuju ke sebuah negeri yang bernama Faubrey, untuk menghadiri konferensi tersebut. Kami harus menghadiri sebuah panel tentang mempertahankan negara.
Kemampuan kami untuk memanggil para Pahlawan memberi kami wewenang, dan itu sangat berguna dalam hal diplomasi. Jadi kami mendiskusikan upacara pemanggilan para Pahlawan.
Untuk melihat bagaimana upacara itu diselenggarakan di berbagai tempat, perwakilan masing-masing negara berkumpul dan menyaksikan.
Pemanggilan pertama dilakukan di Faubrey. Tapi berakhir gagal. Para Pahlawan tidak muncul.
"Bunda, kenapa mereka tidak mengadakan konferensi setelah para Pahlawan tiba?"
"Beberapa hal sangat sulit untuk diputuskan secara realistis, entah itu antar orang atau antar negara."
Semua negara akan mengadakan upacara, dan kami harus ikut serta, meski cuma sedikit.
Pada akhirnya itu menjadi jelas bahwa negara kami, Melromarc, melakukan upacara tersebut tanpa memberitahu negara-negara lain.
Dunia ini cukup rumit dan banyak permusuhan sebelum hal ini terjadi. Saat Melromarc memanggil para Pahlawan, itu memulai kekacauan internasional yang serius.
Segalanya menjadi susah setelah itu. Para pembunuh di kirim untuk mengincar bunda, dan konferensi menjadi kacau.
Kupikir sudah jelas kalau ayah dan beberapa gereja yang berkaitan di salahkan, tapi mungkin kakak ikut campur tangan juga dalam hal itu.
"Dasar tikus Melromarc! Kalian ingin mengendalikan para Pahlawan sendirian, kan?!"
Seseorang mengarahkan tuduhan pada bunda. Beliau tidak mundur, namun menutupi mulutnya dengan kipas yang terlipat. Aku terkejut saat beliau menanggapinya dengan tenang.
"Apakah kau ingin mengatakan bahwa kami ingin menguasai dunia?"
"Apa begitu?"
"Mungkin kau bermaksud mendeklarasikan perang pada negara kami, yang mana memiliki ke-Empat Pejuang Suci? Pikirkanlah secara hati-hati tentang itu."
"Ugh...."
Aku tau beliau cukup paham kalau beliau sebenarnya sangat gelisah.
Setelah itu, beliau merasa sakit. Beliau demam, dan sulit bagi beliau untuk menelan. Tapi beliau menyembunyikan ketidaknyamanan beliau. Beliau berpartisipasi dalam pertemuan dan bilang bahwa kami memanggil para Pahlawan untuk perlindungan kami sendiri. Bunda punya kehendak yang kuat tidak seperti orang lain. Aku sangat menghormati beliau.
"Akan tetapi, bergantung pada kondisi tujuan kalian. Kami tidak keberatan berbagi para Pahlawan. Tentunya, bergantung pada syarat."
"Kami tidak bisa mempercayaimu!"
"Begitukah? Dunia berada dalam krisis yang gawat, dan kalian menuduh negaraku cuma melindungi dirinya sendiri? Apa tidak ada negara lain disini yang ingin bertindak lebih didepan daripada yang lainnya?"
Si penuduh tak mampu memberi tanggapan.
Bunda mengeluarkan sebuah laporan yang dikumpulkan secara rahasia oleh mata-mata beliau.
"Raja Faubrey? Bagimana menurut anda?"
Bunda mengarahkan percakapannya pada sang raja.
Sejujurnya, Raja Faubrey adalah seorang pria yang menjengkelkan.
Dia seperti gumpalan daging yang menggeliat. Dia seperti seekor monster babi yang mana kau tak ingin berada disekitarnya.
"Ahahahaha.... Ratu Melromarc, anda sangat tau apa yang aku inginkan."
"Ya. Yang perlu kulakukan adalah menyetujui persyaratan anda?"
Para delegasi semuanya terkejut oleh persyaratan yang diusulkan.
Aku tau bahwa bunda harus membuat keputusan yang sangat sulit untuk memuaskan tuntutan itu. Dia menapaki jalan yang sangat sulit untuk memenangkan negosiasi ini.
"Baiklah kalau begitu. Semua negara akan mengirim utusan ke Melromarc. Mereka akan bertemu dengan para Pahlawan, menghormati keinginan para Pahlawan, dan para Pahlawan akan mendampingi mereka kembali ke negeri kalian."
Semua delegasi mengangguk bersama bunda.
Semua ini terjadi beberapa hari setelah Melromarc memanggil para Pahlawan.
Seminggu kemudian, hasilnya mengejutkan kami semua, termasuk aku. Keempat Pahlawan menolak bertemu dengan para utusan.
"Bukan ini yang kita setujui!"
Berbagai negara telah membuat persiapan untuk kunjungan para Pahlawan. Sekarang mereka marah dan mengalahkan bunda.
Sepertinya masalah utamanya adalah bahwa perlakuan yang diberikan pada Pahlawan Perisai sangatlah buruk.
Saat bunda tidak ada, sepertinya Melromarc telah memfitnah dan mengecam Pahlawan Perisai, dan melakukan segala sesuatu yang mereka bisa untuk menindas dia. Mereka bahkan sampai mendiskriminasi dia.
"Sepertinya para Pahlawan telah menemukan suatu wabah di kerajaan kami, dan mereka saat ini sedang berupaya untuk menuntaskannya. Mereka butuh waktu lebih banyak lagi."
"Pembohong!"
Seorang perwakilan dari Siltvelt berdiri dari mejanya penuh kemarahan. Para demi-human dari Siltvelt memuja Pahlawan Perisai.
"Benarkah? Apa kau pernah mendengar bahwa sang Pahlawan Perisai dikucilkan?"
"Mmmmm..."
"Ahaha.... Baiklah kalau begitu. Biarkan mereka melakukan apa yang mereka mau. Sepertinya mereka masih mencurahkan upaya mereka untuk mendapatkan kekuatan."
Raja Faubrey tertawa dan berbicara untuk mendukung bunda.
"Untuk perwakilan dari Siltvelt—apa menurutmu tidak ada catatan tentang seberapa lama waktu yang dihabiskan sang Pahlawan Perisai di wilayah kalian?"
Delegasi Siltvelt mengepalkan tangannya.
Para Pahlawan harus diperlakukan dengan hormat—seperti itulah biasanya.
Tapi terakhir kali para Pahlawan dipanggil, Pahlawan Perisai berada di Siltvelt selama beberapa bulan sebelum meninggal secara misterius.
Entah itu suatu kecelakaan, atau suatu konspirasi, atau apakah Pahlawan Perisai sendiri yang lemah—tak seorangpun yang tau, tapi itu adalah suatu insiden yang sulit diabaikan oleh Siltvelt.
"Yang bisa kita lakukan adalah menunggu sampai saat yang tepat. Jika kalian ingin bersiap, maka yang bisa kukatakan adalah bahwa itu akan terjadi setelah wabah di tuntaskan dari kerajaan."
"Ugh...."
Para delegasi kelihatan kesal, mereka melotot pada kami saat kami duduk.
Dan dengan begitu Melromarc mendapatkan kecurigaan dari negeri-negeri tetangganya—itu terasa seperti perang bisa saja terjadi setiap saat.
Bunda berargumen dengan sabar dan telaten dalam upaya mencegah terjadinya perang.
Dua bulan berlalu.
Aku gak tau kenapa Pahlawan Perisai menolak bertemu dengan para utusan, padahal persyaratannya sangat menguntungkan.
Terutama mengingat seberapa buruknya dia diperlakukan di Melromarc....
Saat bunda mendengar penolakan dari dia, beliau sangat kuatir.
"Melty, aku punya tugas untukmu."
"Baik! Apakah itu?"
"Aku ingin kamu menyelinap diam-diam ke Melromarc, dan meyakinkan Aultcray untuk menghentikan perlakukan tidak adil terhadap Pahlawan Perisai."
Aku sudah mendengar sedikit tentang apa yang terjadi di kerajaan.
Aku mendengar bahwa Ayah dan Kakak melakukan konspirasi terhadap Pahlawan Perisai. Bahwa mereka memiliki banyak rencana untuk mengucilkan dia.
Hal yang mereka lakukan untuk mencegah dia melakukan sesuatu jumlahnya sudah mendekati tak terhitung.
Bunda sudah mengirim sejumlah prajurit untuk berbicara dengan ayah, tapi mereka semua diabaikan. Ayah mendengar aku dan menghormati pendapatku, oleh karena itu bunda ingin mengirim aku untuk melunakkan ayah.
Di suatu malam, bunda menemukan beberapa lukisan ayah dan membakarnya dengan sihir.
Kalau semua terus seperti ini, dengan ayah yang bertindak gila di rumah, hubungan mereka tidak akan bisa dipertahankan. Bunda akan kehabisan kesabaran.
Aku nggak bisa membiarkan itu terjadi.
"Serahkan padaku!"
Aku berdiri dan menyatakan bahwa aku akan melakukannya.
"Terimakasih, Melty."
"Ya, Bunda!"
Lalu aku menaiki kereta menuju ke Melromarc.
* * * * *
Kami sering berhenti untuk beristirahat.
Kami harus mengistirahatkan para Filolial, dan itu memberiku kesempatan untuk mengirim laporan pada bunda.
"Sekarang saya akan menyampaikan laporan ini. Itu butuh beberapa saat, disaat saya pergi, anda jangan melanjutkan perjalanan, Putri Melty."
"Dimengerti."
Seorang bayangan telah diutus untuk melindungi aku.
Bayangan itu berasal dari organisasi rahasia, dan mereka dipercayakan mengemban tugas seperti perlindungan.
Biasanya sekelompok dari mereka akan di tugaskan dalam pengawasan, tapi begitu banyak yang terjadi belakangan ini hingga cuma tersedia satu orang saja.
Jadi aku ditinggalkan sendirian di kereta saat bayangan itu mengirim laporanku.
Haaaa.
Bukannya aku nggak suka bepergian menggunakan kereta, tapi ini jadi agak membosankan.
Gak ada sesuatu yang bisa kukerjakan saat dia pergi. Aku jadi ngantuk.
Aku bosen dan menatap keluar jendela, lalu aku melihat seekor mahluk yang menarik.
"Ah!"
"A...Ada apa?"
Aku mengejutkan tamuku saat aku berteriak.
Aku melompat keluar dari kereta dan berjalan ke area sekitar, menerobos rerumputan.
"Gah, Gah!"
Disana ada Filolial liar, menarik kereta kosong.
Filolial adalah monster yang seperti burung besar yang menarik kereta. Mereka terkenal karena menarik kereta milik para Pahlawan, dan dianggao sebagai mahluk sakral. Mereka masih bisa ditemukan tinggal di alam liar seperti ini.
Aku mendengar segala legenda tentang para Pahlawan dari bunda, tapi aku selalu tertarik pada karakter Filolial. Aku menyukai mereka!
Sepertinya semua Filolial memiliki keinginan menarik kereta. Aku nggak betul-betul memahaminya, tapi sepertinya mereka merasa gelisah tanpa sesuatu yang berat untuk ditarik.
Disepanjang perjalanan kereta kembali ke Melromatc, aku mulai betul-betul menikmati bermain dengan para Filolial. Saat itulah aku menyadari bahwa aku betul-betul menyukai mahluk ini.
"Jenis apa yang satu itu? Aku belum pernah melihat yang seperti itu."
Aku bersembunyi di semak-semak dan menatap seekor Filolial yang kelihatan aneh. Sayapnya berwarna biru seperti langit.
Sekilas, kau bisa bilang itu adalah seekor Filolial, tapi aku belum pernah melihat Filolial yang berwarna seperti itu.
Sayapnya juga kelihatan berbeda, dan bentuk tubuhnya aneh.
Perbedaan yang paling jelas adalah ada sehelai bulu yang berdiri di atas kepalanya, seperti sebuah mahkota.
Bisakah aku berteman dengan dia? Itu pasti jenis yang sangat langka.
Aku ingin naik di punggung seekor Filolial langka!
Para Filolial liar cukup penakut di sekitar manusia. Tapi mereka juga mahluk yang selalu lapar, dan kau bisa meluluhkan mereka dengan dendeng atau rumput.
Itu sebabnya aku selalu membawa dendeng di tasku.
Aku mengeluarkan beberapa dendeng dari saku, dan Filolial itu keluar dari semak belukar.
"Gah?"
Filolial itu menyadarinya.
Aku nggak mau menakuti dia, jadi aku mengulurkan dendeng itu ke depan dan mendekat perlahan-lahan.
"Sini, Filolial."
Burung itu jelas-jelas masih waspada, tapi dia mulai mendekat kearahku.
Aku bisa bilang dia mengendus udara untuk mencium dendeng itu.
Tapi.....
"Gah!"
Tidak tidak tidak tidak! Filolial itu lari melewati semak-semak.
"Tunggu!"
Aku benar-benar ingin berteman dengan seekor mahluk selangka itu.
Aku juga tau bahwa ada jenis Filolial yang hanya akan menghormatimu jika kau mengejar mereka (karena para Filolial senang berlarian).
Aku kembali ke kereta dan segera mengatakan pada pengawalku apa yang yang harus dilakukan.
"Ikuti Filolial itu!"
"T....Tapi!"
"Kumohon!"
Pengawal itu ragu-ragu sesaat, lalu mengangguk dan memegang tali kendali.
Kereta kami juga ditarik oleh seekor Filolial.
"Gah!"
Dengan susah payah, kami mengejar Filolial biru yang aneh itu.
"Tunggu!"
Kami masih mengejar Filolial biru itu.
Jalannya semakin curam didalam hutan, dan itu adalah awal dari masuknya ke kedalaman pegunungan.
"Tunggu! Kumohon tunggu!"
Filolial biru itu berlari dengan semangat. Sepertinya dia bersenang-senang.
Filolial itu sungguh cepat. Filolial kami kelelahan.
"Berhenti."
"Huh? Um... Baik!"
"Gah.... Gah...."
Aku turun dari kereta dan membiarkan Filolial kami minum air, dan kemudian aku mengeluarkan sihir air pada dia untuk mendinginkan dia.
"Apa kamu baik-baik saja?"
"Gah!"
Aku sudah memaksa dia begitu keras. Aku mungkin harus menyerah dalam pengejaran ini.
Aku memikirkan itu sambil melihat Filolial biru itu lari menjauh.
Tapi kemudian Filolial itu berhenti dan menatap kami, seolah dia ingin kami mengejarnya.
Aku nggak tau apakah ini adalah sebuah permainan, tapi kelihatannya dia bersenang-senang.
"Kamu mau lanjut?"
"Gah!"
Dia terlihat penuh semangat.
"Kalau begitu, ayo lanjutkan!"
Aku naik lagi ke kereta, dan pengejaran dimulai lagi.
Filolial biru itu berlari dan tampaknya sangat menikmati.
Sulit untuk menyusul. Sangat menakjubkan bahwa seekor burung selangka itu bisa secepat itu.
"Oh tidak!"
Aku teringat sesuatu yang aku kelupaan. Kami berlari di jalan setapak sekarang. Masing-masing lekukan mengarah pada jurang yang curam.
Filolial biru itu berlari didekat kaki gunung. Tapi dia menuju ke sebuah tempat yang seharusnya dihindari manusia. Tempat itu dihuni oleh monster-monster berbahaya dan para naga.
Para Filolial dan naga tak pernah bisa akur. Dan Filolial biru itu berlari lurus kearah wilayah para naga. Filolial itu begitu fokus pasa pengejaran hingga dia pasti nggak sadar.
"Kita harus menghentikan dia!"
Itu semacam kecurangan, tapi aku melompat turun dari kereta, pergi ke tebing yang mengarah pada jurang, dan melimpat turun ke arah Filolial itu yang berada dibawah.
Itu berbahaya, tapi aku bisa menggunakan sihir untuk membuat diriku tetap aman.
"Nona Melty!"
Aku mendengar si pengawal berteriak padaku, tapi sudah terlambat.
Aku jatuh ke arah Filolial biru itu.
"Gah?!"
"Maaf! Tapi kamu hampir masuk ke wilayah naga!"
"Gah!"
Filolial itu dengan gelisah mengepakkan sayapnya.
Tapi aku terlambat.
"GROOOAAAAAR!"
Seekor naga meluncur turun ke arah kami dari atas.
Naga itu jauh lebih besar daripada keretaku.
Hutan ini dipenuhi dengan raungan naga dan teriakan Filolial.
Filolial itu siap untuk bertahan.
Para naga adalah monster ganas, besar dan memiliki sisik yang keras. Mereka bisa terbang, dan sulit untuk melukai mereka menggunakan pedang. Mereka memiliki cakar dan taring yang panjang.
Mereka bisa menggunakan sihir, tapi itu adalah sihir yang berbeda dari yang digunakan manusia.
Salah satu naga yang sangat kuat sekarang ini ada dihadapan kami.
Apa yang harus kulakukan? Aku nggak ingin Filolial ini terluka. Aku melangkah maju.
"Aku... Aku akan melawanmu."
Aku baru berlevel 18, tapi aku bisa menggunakan sihir air yang kuat.
Kalau aku menggunakan sihir terkuat milikku, aku mungkin bisa mengusir naga itu.
Si pengawal ada didekat sini juga, dan ada alat di kereta untuk saat-saat seperti ini.
Kalau aku tidak menyesuaikan waktu seranganku, aku akan membuat diriku sendiri rentan terhadap serangan balik dari naga itu. Aku harus tenang lalu mengurus naga itu.
"Wa....Wahhhh!"
Si pengawal melarikan diri.
Mengerikan. Tanpa adanya dia disini, siapa yang akan membantuku mengeluarkan alat itu dari kereta?
"Gah!"
Filolial yang dari kereta berlari mendekat untuk melindungi aku dari naga itu.
Aku menjadi teman yang akrab dengan Filolial itu selama perjalanan kami kembali ke Melromarc. Aku senang mengetahui bahwa persahabatan kami bukanlah imajinasi saja.
Nggak disangka bahwa Filolial itu akan melindungi aku....
"Gah...a..."
Naga itu menusukkan taringnya pada Filolial milikku.... tidak... Filolial-ku!
"Hentikan!"
Butuh upaya yang besar untuk mengendalikan diriku sendiri, tapi aku bisa menenangkan nafas dan merapal mantra.
"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah! Serang dia dengan pedang air! Zweite Aqua Slash!"
Pedang air itu terbang dari tanganku dan menyerang naga itu.
Pedang air itu menebas si naga tapi tidak menghasilkan luka fatal.
Seranganku cuma bisa menggores sisiknya.
Apa aku sungguh tak berdaya?
"Gah!"
Filolial biru itu menendang naga tersebut. Tapi karena naga itu mengunci rahangnya pada Filolial penarik keretaku, Filolial biru itu harus menahan diri.
Aku berpaling pada naga itu dan mulai merapal mantra lainm
"Aku adalah sumber dari segala kekuatan....."
"GRAOOOOAAARR!"
"AH!"
Naga itu mengibaskan ekornya dan menjatuhkan aku.
"Ah!"
Itu cuma terasa seperti sentuhan yang ringan saja, tapi sebelum aku menyadarinya, aku terlempar ke belakang dan menghantam tanah. Luka memar berwarna biru yang besar muncul di bagian ekor yang memukulku.
"Ugh...U...."
Aku berusaha berdiri, tapi sangat sulit untuk tetap berdiri.
"Gah...."
Filolial biru itu menendang si naga lagi, dan kali ini cukup kuat hingga membuat naga itu terhuyung-huyung, melepaskan gigitannya pada Filolial yang sejak tadi dia gigit.
"GRAOOOOAR!"
Naga itu begitu fokus mengejar Filolial biru hingga dia nampaknya telah lupa padaku. Aku berlari kearah Filolial yang telah tergigit naga itu. Filolial itu terkapar di tanah. Lukanya begitu dalam dan serius—Filolial malang itu bisa tewas setiap saat.
Kami harus kembali ke kereta....
"GRAOOOAR!"
Naga yang lain muncul fan mencoba mencakar Filolial yang terkapar.
Kalau terus berlanjut, burung malang itu pasti akan mati.
Yang bisa kupikirkan cuma menyelamatkan Filolial itu. Aku berfokus pada merapal mantra.
"Tidak akan kubiarkan!"
Aku berlari kedepan untuk melindungi Filolial itu, tapi si naga mengepakkan sayapnya, menghasilkan hembusan angin yang kuat hingga aku terhempas kebelakang.
"Ahhh!"
Aku menghantam sebuah pohon dan merasa kesadaranku memudar. Angin itu menghempaskan kereta, dan kereta itu terlempar ke udara dan hancur. Kalau aku tetap diam aku mungkin bisa menghindari pertempuran. Kalau mereka mengabaikan aku, aku bisa kabur nanti. Tapi aku nggak bisa mengabaikan para Filolial itu.
Sejak aku masih kecil, aku bepergian bersama bunda yang sibuk, dan aku menghabiskan sepanjang waktu itu bersama para Filolial ini dan berteman dengan mereka. Aku nggak bisa meninggalkan mereka.
"Ug... Uh...."
Tubuhku yang mati rasa dan kesadaranku yang kabur tengah berjuang mati-matian. Aku mengulurkan tanganku.
"Aku adalah... sumber dari segala... kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan.... patuhilah. Serang dia dengan... pedang air. Zweite Aqua Slash!"
Aku memfokuskan semua kekuatan sihirku pada serangan tersebut dan menembakkan pedang air pada naga itu.
Aku menggunakan semua kekuatanku yang tersisa, dan jatuh kedepan, kelelahan.
"Groaaaaaar....."
Dari suatu tempat di kejauhan, aku mendengar naga itu menjerit.
Kuharap... Kuharap bahwa serangan terakhirku itu berhasil mengusirnya.
"Terimakasih telah melindungi aku."
Aku mendengar suara, tapi aku nggak tau siapa itu.
Aku merasakan sesuatu seperti hembusan angin yang kuat... hembusan kebaikan.... dan kemudian aku tenggelam dalam kegelapan.
"Gah!"
"Oh... Ah?"
Saat aku membuka mataku, aku melihat Filolial biru itu berdiri didepanku.
Filolial yang terluka sedang beristirahat didalam kereta. Burung itu masih hidup.
Aku melihat sekeliling, tapi kami nggak berasa di pegunungan lagi. Kami berada di padang rumput.
"Apa kamu menyelamatkan aku?"
"Gah!"
Filolial biru itu mengangguk.
Aku nggak tau bagaimana caranya burung itu melakukannya, tapi Filolial biru itu sepertinya menyelamatkan aku dan Filolialku dari para naga dan berhasil membawa kami ke tempat yang jauh demi keamanan.
"Terimakasih."
"Gah!"
Filolial biru itu berkicau senang, lalu menjilat aku.
Sebagai balasan, aku mengusap kepala burung itu.
Aku menatap badanku untuk melihat apakah aku mengalami luka.
Filolial itu menyipitkan matanya, dan kelihatan sangat nyaman.
Aku nggak mengalami luka yang parah. Pakaianku juga baik-baik saja. Aku agak kuatir kalau aku mengalami memar... Tapi nampaknya aku baik-baik saja. Aku melihat Filolial biru itu menutupi luka Filolial lain dengan sayapnya dan menyembuhkan luka itu.
Jadi dia bisa menggunakan sihir penyembuh juga? Menakjubkan.
Sebagai rasa terimakasih, aku memberi semua dendeng punyaku pada kedua Filolial itu.
Lalu, Filolial biru itu membiarkan aku menunggangi dia sebentar. Saat itulah aku menyadari....
"Oh ya.... Aku...."
Bayangan itu menyuruhku untuk menunggu dia di tempat dia meninggalkan aku.
Apa yang harus kulakukan? Keretanya rusak. Dan Filolial juga terluka hingga tak mampu menarik kereta itu. Aku tidak memasang segel pengendali monster, dan aku juga nggak mau menyuruh dia bekerja saat dia terluka.
"Gah?"
"Aku minta maaf. Aku harus segera pergi."
Aku mengambil jalan memutar, tapi aku harus bertemu dengan bayangan itu dan segera melanjutkan perjalanan menuju ke Melromarc.
"Gaaaah!"
Filolial punyaku berteriak pada Filolial biru.
"Gaaaah!"
Setelah mengangguk beberapa kali, si Filolial biru berteriak.
Lalu, secara tiba-tiba, kami dikelilingi oleh sekelompok Filolial.
Jumlahnya begitu banyak—aku belum pernah melihat sesuatu yang seperti ini.
Tiga Filolial berjalan mendekat pada Filolial biru.
Sepertinya mereka mematuhi dia, dan aku tau aku tidak cuma membayangkannya. Filolial biru itu seperti ibu mereka, dan jelas-jelas merupakan pemimpin dari kelompok itu.
"Gah!"
"Gah!"
Filolial biru itu mengangkat sayapnya dan memberi isyarat padaku untuk mendekati ketiga Filolial itu.
"Um....."
Aku turun dari Filolial biru itu dan berjalan kearah ketiga Filolial itu.
Saat aku mendekat, mereka bertiga berlutut di tanah yang mana aku asumsikan merupakan sebuah tanda untuk naik.
"Kalian akan membawaku kesana?"
"Gah!"
Mereka bertiga mengangguk.
"Gah!"
Si Filolial biru melambaikan sayapnya padaku.
"Terimakasih!"
Aku mengucapkan terimakasih, dan ketiga Filolial mulai berlari.
Aku punya pengalaman misterius dengan para Filolial pada hari itu. Aku nggak akan pernah melupakannya seumur hidupku.
Ketiga Filolial menemukan jalan yang kulewati sebelumnya dan kemudian membawaku melintasi perbatasan ke Melromarc.
Dalam perjalanan, kami lelah dan beristirahat. Aku sangat yakin kami berada di dekat sebuah desa di bagian timur Melromarc.
"Gah?!"
Seseorang mendekati kami, dan ketiga Filolial itu berteriak terkejut.
Lalu, seolah mereka tiba-tiba menyadari sesuatu, mereka semua lari.
"Ah...."
Kurasa itu adalah akhir dari hubungan kami? Ini bukanlah sebuah tempat yang sangat nyaman untuk di turunkan. Tapi kurasa aku nggak terlalu jauh dari Melromarc. Aku bisa numpang sebuah kereta atau semacamnya.
"Burung itu kelihatan lezat! Setiap kali aku bertemu dengan burung itu, aku gak bisa membayangkan seberapa lezatnya mereka."
"Kau itu salah satu dari burung-burung itu."
Aku mendengar seseorang berbicara.
"Kalau kau mengejar mereka, kau masih bisa menangkap mereka, Master!"
Aku berjalan kearah suara itu.
Ada seekor Filolial disana, tapi dia berbeda dari Filolial manapun yang pernah ku jumpai sebelumnya. Dia lebih besar dari Filolial normal, dengan bulu lembut berwarna putih dan merah muda. Dan dia benar-benar besar.
Dia memiliki mata biru yang jernih, dan wajah yang sangat ceria dan gembira. Dia kelihatan seperti Filolial yang sangat polos dan bahagia.
Filolial biru tadi nggak diragukan memang langka, tapi aku nggak pernah melihat yang seperti Filolial ini sebelumnya.
Aku begitu terpesona sampai-sampai aku berjalan lurus kearah dia.
"Wow.... Apa kamu seekor Filolial?"
"Maksudmu aku?"
"Kamu bisa bicara?"
Bertemu dengan seekor Filolial yang bisa bicara seperti manusia, itu seperti mimpi! Semua ini merupakan hal misterius yang terjadi sebelum aku dan Filo bertemu.
Setelah kami bertemu, tidak butuh waktu lama untuk menjadi sahabat. Pada saat itu, segala macam hal terjadi—tapi itu adalah suatu kisah untuk lain kali.
***
"Astaga! Maniak harem itu betul-betul keras kepala!"
Itu sungguh menjengkelkan sampai-sampai aku mengeluarkan cemoohan secara gak sengaja.
Tapi itu wajar sih. Kami dituduh menculik dan mencuci otak Melty, dan kami dalam pelarian.
Kami pergi ke jalanan pegunungan yang terjal agar para prajurit yang mengejar kehilangan jejak.
Tapi mereka masih saja terus mengejar.
"Sialan! Nggak ada hal bagus yang terjadi sejak aku datang ke dunia ini!"
Keluhanku membuat segala sesuatu yang terjadi beberapa bulan terakhir teringat kembali dalam pikiranku.
Namaku Naofumi Iwatani.
Saat di dunia modern, kuakui aku seorang Otaku. Aku seorang mahasiswa universitas berusia 20 tahun.
Tapi itu sebelum segalanya berubah. Aku sedang mengisi waktu kosong di perpustakaan lokal lalu aku menemukan sebuah buku dia berjudul The Records of Four Holy Weapons. Aku membuka halamannya, lalu secara tiba-tiba, aku pingsan dan terbangun di sebuah dunia yang betul-betul baru.
Bukan cuma itu, aku dipanggil kesini sebagai salah satu dari empat pahlawan yang disebutkan dalam buku itu. Aku adalah Pahlawan Perisai—satu-satunya pahlawan yang gak bisa menyerang.
Pada awalnya aku gembira. Dunia ini kayak sebuah dunia mimpi—dan aku adalah seorang pahlawan! Aku sangat ingin keluar dan berpetualang. Tapi ada orang-orang licik dan pengecut menjebak aku dan memfitnah aku atas kejahatan yang gak ku perbuat. Reputasiku betul-betul hancur, dan aku dianiaya. Mereka menuduhku atas pemerkosaan dan mengucilkan aku sendirian, meskipun aku nggak bisa menyerang, dan aku nggak kenal siapapun. Aku harus mencari cara sendiri.
Akan tetapi, ada fenomena aneh bernama "Gelombang" yang mengancam akan menghancurkan dunia.
Saat gelombang itu terjadi, aku secara otomatis (dengan paksa) dipindahkan ke tkp. Aku harus melawan monster-monster untuk melindungi dunia yang telah memperlakukan aku secara buruk.
Yang lebih buruk lagi, Perisai Legendaris yang melekat pada lenganku gak bisa dilepaskan. Itu terasa seperti semacam kutukan.
Jadi bukan cuma aku mempertaruhkan nyawaku untuk menyelamatkan orang-orang yang melukai aku, tapi aku bahkan nggak bisa lari meski aku mau.
Karena perisai itu, aku gak bisa menggunakan senjata lain, dan meski aku memukul musuh dengan tinjuku, aku nggak bisa menghasilkan damage yang besar.
Disisi lain, perisai ini punya kemampuan untuk menyerap musuh yang telah dikalahkan dan material-material, dan dengan melakukan itu akan membuka kemampuan serta perisai baru. Perisai Legendaris bisa berubah bentuk menjadi perisai yang berbeda disertai atribut-atribut yang berbeda.
Di dunia baru ini, aku mendapati diriku bisa difungsikan seperti dalam video game. Ada suatu jenis sihir bernama "status magic", dan itu pada dasarnya membuatku naik level dengan mengalahkan musuh, saat aku naik level, aku jadi semakin kuat.
Konsep abstrak dari level mungkin agak nggak masuk akal, tapi pada dasarnya, semakin keras kau berusaha, semakin kuat jadinya—tipikal dalam proporsi pada tingkat kesulitan dari tugas yang kau selesaikan. Aku cukup terbiasa pada sistem kerja tersebut dari membaca manga, anime dan game, jadi aku bisa memahaminya cukup cepat.
Aku berlevel 39. Aku naik level sampai segitu setelah semua yang telah kulalui.
"Apa kita sudah mengecoh mereka?"
"Enggak, mereka masih mengejar."
"Sialan!"
Aku dikejar oleh seseorang bernama Motoyasu Kitamura. Dia berusia 21 tahun.
Seperti aku, dia juga dipanggil ke dunia ini dari dunia lain. Dia berasal dari Jepang versi modern juga, tapi berbeda dari Jepang tempat asalku. Dia adalah Pahlawan Tombak.
Diantara kami berempat, dialah yang paling tampan. Kami sama-sama laki-laki, tapi aku bisa mengakui itu.
Tapi dia adalah buaya darat. Yang ada di otaknya cuma tentang cewek.
Motoyasu dan dua pahlawan yang lain nampaknya mengetahui tentang dunia ini karena mereka telah memainkan game yang mirip dengan dunia ini sebelumnya. Mereka tau kemana harus pergi dan apa yang harus dilakukan untuk naik level secepat mungkin.
Meskipun mengetahui segala macam hal, Motoyasu menolak memberitahuku, dan dia memainkan peran besar dalam pemfitnahan terhadap aku.
Kalau dia punya banyak waktu luang untuk menggangguku, bukankah dia seharusnya bertarung untuk menyelamatkan dunia atau semacamnya?
Ada dua pahlawan lain. Pahlawan Pedang namanya Ren Amaki, dan Pahlawan Busur namanya Ituski Kawasumi. Mereka berdua juga dipanggil dari Jepang versi modern yang lain.
Ren berusia 16 tahun. Dia berambut hitam dan tekihat sangat "dingin". Dia adalah tipe pendekar pedang pendiam
Itsuki berusia 17 tahun, kurasa. sekilas dia terlihat pendiam dan membosankan, tapi dia nampaknya sangat terampil.
Sepertinya Ren atau Itsuki nggak mengejar aku. Mereka pasti sudah mulai merasa curiga tentang semua hal yang telah terjadi.
"Haruskah aku menyembunyikan kita dengan sihir?"
"Boleh."
Cewek yang menyarankan sihir itu bernama Raphtalia.
Dia punya telinga dan ekor tanukikarena dia adalah seorang cewek demi-human tipe rakun.
Dia kelihatan berusia sekitar 18 tahun. Sedikit lebih pendek dari aku, dia kelihatan riang, menarik, dan serius. Kau nggak perlu berteman dengan dia untuk menyadari seberapa menariknya dia.
Rambutnya panjang berwarna cokelat, bergelombang dan berkilauan. Lengan dan kakinya ramping. Dia betul-betul terlihat seperti seorang model.
Setelah aku dipanggil ke dunia ini dan difitnah dan dikucilkan tanpa teman atau equipment ataupun uang, aku bertemu dengan Raphtalia. Sebenarnya sih, aku membeli dia sebagai seorang budak dengan simpanan uang yang bisa ku kumpulkan sendiri.
Dia berada dibawah kutukan budak yang mana memberiku kendali penuh atas dia, termasuk hidup dan matinya dia. Aku bisa menetapkan peraturan pada kutukan itu, dan akan membuat dia kesakitan kalau dia melanggar peraturan itu. Setelah aku dihianati dan difitnah, aku sepenuhnya kehilangan kemampuan untuk mempercayai orang, dan itu sebabnya aku membeli seorang budak, karena mereka mau tak mau harus melakukan apapun yang kukatakan. Dengan adanya kutukan budak pada dirinya, Raphtalia nggak akan bisa bohong.
Aku nggak bisa menimbulkan damage pada musuh, jadi dia menggunakan pedang dab bertarung menggantikan aku.
Saat aku membeli dia, dia adalah seorang gadis kecil—berusia sekitar 10 tahun.
Tapi para demi-human tumbuh secara berbeda dari manusia normal. Saat mereka muda, tubuh mereka menjadi seiring level mereka.
Dia naik level cukup cepat, dan itu sebabnya dia kelihatan lebih tua sekarang.
Proses pendewasaan itu mungkin penyebab para demi-human dan manusia diperlakukan sangat berbeda disini.
Sebelum gelombang pertama datang, Raphtalia dan aku bisa naik level dan mendapatkan equipment yang cukup bagus untuk bertahan hidup dalam bencana itu. Tapi kemudian Motoyasu mendengar bahwa aku menggunakan seorang budak, dan menantang aku duel—meskipun aku sama sekali nggak bisa menyerang.
Raja negeri ini yang memanggil kami, Melromarc, menyuruh duel itu dilakukan, dan dia bahkan tau kalau aku kalah karena campur tangan pengecut. Jadi Raphtalia dibebaskan dari kutukan budak itu, tapi dia memutuskan bahwa dia tetap ingin bersamaku. Dia tetap di sini di sampingku sebagai budakku.
Akan tetapi, dia nggak pernah melakukan sesuatu yang akan mengaktifkan kutukan budak tersebut, dan aku menghapus semua pengaturan budak yang bisa berdampak pada hubungan kami. Jadi dia betul-betul seorang budak cuma dalam nama saja.
Raphtalia ingin bertarung bersama seorang pahlawan untuk menyelamatkan dunia.... Dia ingin bertarung melawan gelombang.
Dimasa lalu, sebelum gelombang datang, Raphtalia tinggal di sebuah desa bersama keluarganya. Dia kehilangan segalanya saat gelombang datang, termasuk kedua orangtuanya dan desa itu sendiri.
Itu sebabnya dia ingin melakukan sesuatu tentang gelombang itu.
Para pahlawan bertugas melawan gelombang itu, dan dia kehilangan segalanya karena gelombang itu—tujuan kami sudah sangat jelas.
Awalnya aku menganggap Raphtalia sebagai seorang budak yang mudah digunakan, tapi sekarang dia adalah partnerku yang berharga, tangan kananku, dan aku punya perasaan orangtua terhadap dia. Aku betul-betul ingin melindungi dia, dan menjauhkan dia dari bahaya, tapi Raphtalia terseret ke dalam pertempuran, dan aku nggak bisa menghentikan dia.
Dia berlevel 40.
"Serahkan padaku."
"Makasih—maaf."
"Apa yang kamu bicarakan? Kita berada dipihak yang sama. Kamu nggak perlu merasa kayak gitu."
"Kamu benar. Hanya saja... orang itu keterlaluan keras kepalanya!"
"Aku tau."
Nah lagi-lagi aku begini, mengeluh tanpa berpikir.
"Apa yang harus aku dan Mel lakukan?" tanya Filo.
"Pertanyaan bagus. Filo, kau tetap dalam wujud manusia. Kalau ada masalah, berubah menjadi Filolial. Melty, kau tetap diam."
"Okeeeee!"
"Caramu mengatakannya, itu seperti kau menganggap aku cuma menghambat saja!"
"Ya ya ya.... Baiklah, Melty, kau terus awasi bagian belakang."
Dua orang yang berteriak padaku, keduanya adalah gadis muda.
Yang pertama Filo.
Dia adalah cewek berpenampilan usia 10 tahun yang punya sayap kecil, rambut pirang, dan mata biru.
Dia punya mata biru yang liar, pipi lembut, dan sikap naif.
Dia mengenakan gaun one-piece dengan pita besar didada. Itu adalah sebuah pakaian sederhana, tapi itu mengeluarkan faktor kemanisan dari wajah dan sayap kecilnya.
Tapi dia sebenarnya adalah Ratu dari para Filolial—monster burung yang besar penarik kereta.
Wujud sejatinya adalah burung hantu raksasa.... atau pinguin... burung yang lebih besar daripada seseorang. Dia bisa lari sangat cepat.
Bulunya kebanyakan berwarna putih, dengan bercak-bercak merah muda.
Dia sangat kekanak-kanakan dan polos. Dia makannya kayak babi, dan lebih gila di bandingkan dengan penampilan tenangnya.
Dia pelahap yang akan memakan segalanya. Bahkan dia pernah mencoba memakan daging busuk dari seekor naga yang mati.
Kami bertemu saat aku dan Raphtalia pergi untuk memasang kembali kutukan budak pada Raphtalia. Penjual budak itu memiliki sebuah bilik di tendanya dimana kau bisa memilih telur monster dari sebuah kotak telur besar. Aku mengambil sebutir telur, dan Filo menetas dari telur itu.
Dia lahir baru dua bulan kemarin.
Karena suatu alasan yang gak betul-betul aku pahami, dia mendapatkan kemampuan untuk berubah wujud menjadi seorang cewek manusia dengan sayap kecilnya di punggungnya. Sekarang dia menghabiskan sebagian besar waktunya dalam wujud manusia saat dia nggak menarik kereta.
Dia suka menarik kereta berat lebih dari apapun. Dia selalu melihatku saat dia melakukannya, seolah dia ingin aku memberi dia pujian.
Tapi dia baru-baru ini punya seorang teman dan memahami bahwa ada hal yang lebih penting dalam kehidupan selain makan, tidur dan bermain.
Tetap saja, karena Filo lah kami bisa bepergian sambil menjual barang, dan begitulah cara kami menghasilkan uang.
Filo menganggap aku sebagai pemiliknya, dan Raphtalia sebagai kakaknya. Sejujurnya, aku mulai menganggap Filo seperti seorang putri.
Dia berlevel 40—sama seperti Raphtalia.
"Tuan Naofumi. Ulurkan tanganmu...."
"Tentu."
Ekor Raphtalia mengembang saat dia bersiap menggunakan sihir.
Aku memegang tangannya erat-erat.
"Hei! Mbakyu sama Master bermesraan! Aku juga mau bermesraan!"
"Kami nggak bermesraan! Pikirkan tentang situasi kita saat ini."
"Tapi.... Tapi, Mbakyu! Kau selalu menguasai Master sendirian!"
"Gak apa-apa, tapi kalau kau nggak bisa diam, kita gak akan bisa kabur dari orang jahat itu. Melty — buat dia diam."
"Baiklah. Filo, kamu harus tenang dulu."
"Booo! Mbakyu! Kau tau kalau Master sangat menyukai aku!"
"Apa yang kau bicarakan?"
"Kalau kamu nggak segera diam, mereka akan menangkap kita!"
Itu adalah Melty.
Nama panjangnya Melty Melromarc.
Dia setinggi dan seumuran Filo, tapi rambutnya berwarna biru cerah—sangat mencolok.
Rambutnya dikuncir. Wajahnya selalu menampilkan penampilan maksud yang berat. Dia biasanya mengenakan gaun gotik berjumbai, tapi pada saat ini dia mengenakan pakaian petani yang murah dan compang-camping.
Dia sama menariknya seperti Filo atau Raphtalia. Kau bisa bilang kalau dia akan menjadi wanita yang sangat cantik saat dia tumbuh dewasa. Adapun untuk kepribadiannya, aku nggak betul-betul memahami dia. Dia berhati-hati dalam berbicara dan terkadang ujung-ujungnya terdengar sarkatis.
Beberapa saat yang lalu aku menyuruh semua orang untuk diam, dan dia mengatakan padaku untuk berbentuk membentak.
Saat pertama kali kami bertemu, dia berbicara sangat sopan dan memperhatikan bahasanya—tapi semakin banyak waktu yang kami habiskan bersama semakin gak sabaran dan semakin sederhana dia jadinya.
Itu wajar sih kalau kau memikirkannya.
Melty ini adalah putri kedua dari negeri yang saat ini mengejar-ngejar kami.
Hidupnya dalam bahaya, jadi dia gak punya pilihan lain selain kabur bersama kami.
Tapi dengan terus bersama kami, dia membuat kami berada dalam bahaya juga. Itu sebabnya kami dikejar-kejar.
Melromarc nggak menganggap baik pada Pahlawan Perisai. Saat aku mulai berkelana dan membantu orang-orang, masyarakat mulai mempertanyakan apakah aku betul-betul sejahat yang mereka katakan. Itu adalah keraguan-keraguan yang ingin ditekan oleh Raja. Untuk melakukannya, mereka menjebakku pada kejahatan lain, dan sekarang aku adalah seorang buronan.
Ceritanya seperti ini: Melty adalah sang putri kedua yang mana juga kebetulan merupakan pewaris tahta. Jadi dia adalah pewaris kerajaan, dan mereka menuduhku menculik dia.
Kau mungkin berpikir bahwa kami cuma perlu menyerahkan dia pada pihak berwenang, tapi sayangnya itu nggak sesederhana itu. Ada orang lain yang merupakan garis keturunan kerajaan selain Melty, dan ada alasan untuk berpikir bahwa orang itu yang merencanakan pembunuhan terhadap Melty. Jadi kalau kami menyerahkan sang putri pada seseorang seperti itu, mereka sudah pasti ajan membunuh dia.
Jadi pada akhirnya kami terpaksa harus saling bekerjasama.
Kalau kami ingin membuktikan ketidakbersalahan kami, kami harus membawa Melty pada ibunya, sang Ratu Melromarc. Yang memperburuk masalahnya, sang Ratu saat ini nggak ada di Melromarc, tapi sedang mengerjakan misi diplomasi di negeri lain. Kami nggak bisa begitu saja mendatangi dia.
Selain itu, Melty dan Filo telah menjadi sahabat.
Melty sangat terobsesi pada para Filolial, dan dia serta Filo jelas-jelas satu pikiran. Mereka sangat cepat berteman.
Ibunya, sang Ratu, sepertinya telah mengirim Melty kembali ke Melromarc untuk memperbaiki hubungan antara sang raja (ayahnya) dan aku.
Tapi banyak hal telah terjadi sejak saat itu, dan kami nggak berada dalam hubungan yang baik.
Aku memanggil dia "Putri" selama beberapa waktu, tapi kemudian dia berteriak padaku dan meminta aku memanggil dia dengan namanya. Jadi sekarang kami memanggil satu sama lain dengan nama depan.
Seperti Filo, Melty nampaknya menganggap Raphtalia sebagai tipe kakak yang bisa diandalkan.
Dia berlevel 19. Sejak dia mulai ikut bersama kami, dia naik level satu kali.
"Jadi, Nona Raphtalia, sihir apa yang kamu gunakan?"
Dia sangat sopan pada Raphtalia. Kenapa nggak bersikap sopan lagi padaku?
Aku sedang memikirkan hal itu saat Raphtalia selesai merapal mantranya.
"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah. Sembunyikan kami! All First Hiding!"
Sebuah pohon muncul, terbentuk dari sihir, dan menggugurkan daunnya pada kami. Kami sepenuhnya tersembunyi dari pandangan.
Aku berjongkok didalam dedaunan itu dan menahan nafas.
Sesaat setelah itu Motoyasu dan rekan-rekannya sampai di tempat kami.
"Kemana perginya dia?"
Itu adalah Motoyasu, sang Pahlawan Tombak.
"Tuan Motoyasu, tidakkah kau pikir mereka telah pergi?"
Motoyasu punya tiga anggota party bersama dia. Mereka semua cewek.
Seseorang yang berlari mendekat dan berbicara pada dia adalah seseorang yang gak ku ketahui.
"Ayo bergerak."
"Tentu, tapi jangan lupa kalau Naofumi bersama dengan Raphtalia. Mereka bisa bersembunyi disuatu tempat disekitar sini."
Intuisi yang sungguh menjengkelkan, dia betul.
Tetap saja—kalau dia ingin menemukan kami, dia harus menggunakan sihir miliknya, atau setidaknya sebuah skill dari senjata legendaris miliknya.
Kalau dia melakukannya, kami mungkin akan ketahuan. Tapi tanpa menetapkan sasarannya, dia nggak akan bisa mengenai kami dengan sebuah sihir.
"Huh? Jejak kaki! Aku menemukan jejak kaki disebelah sini!"
Motoyasu berteriak pada ketiga cewek itu.
Jejak kaki yang dia temukan bukanlah jejak kaki kami, dan jejak kaki itu mengarahkan dia ke arah yang berlawanan dengan tempat persembunyian kami.
Kami menyuruh Filo berputar untuk membuat jejak palsu yang mengarah ke arah yang salah. Itu adalah rencana yang cukup bagus, dan kayaknya Motoyasu tertipu.
"Ayo kejar mereka. Ah... Melty ku tersayang. Aku nggak bisa percaya kau diculik dan dicuci otak oleh Iblis Perisai! Aku janji aku akan menyelamatkanmu!"
Orang yang baru saja bicara, yang menyebut nama Melty dan menyebut aku iblis, adalah orang yang sama yang memfitnah aku dan membuat aku ditendang dari kerajaan: si wanita jalang, putri kerajaan. Dia menggunakan "nama petualang" Myne Sufia, tapi nama aslinya adalah Malty S. Melromarc.
Dia adalah kakaknya Melty.
Dia adalah monster sejati—seorang wanita jalang keparat yang pernah kutemui. Dia suka melihat orang lain menderita, disaat yang sama, dia menjalani kehidupan kemewahan.
Aku puhya banyak alasan yang jelas untuk mencurigai bahwa dia adalah dalang dibalik segala yang terjadi pada Melty dan kami—bahwa dia adalah otak dibalik semua kejadian ini.
Karena perilaku dan kepribadiannya yang buruk, orangtuanya memutuskan untuk membuat Melty penerus tahta, meskipun wanita jalang itu lebih tua.
Sebenarnya, terakhir kali kami melawan dia pada dasarnya membuat niatnya terlihat sangat jelas saat dia mulai mengarahkan serangan pada Melty.
Aku membenci dia, dan aku memanggil dia "Wanita Jalang".
Suatu hari aku akan memastikan bahwa dia akan menerima ganjaran yang setimpal.
"Kita harus bergegas, Tuan Motoyasu. Aku ingin menangkap mereka secepat mungkin."
Wanita jalang itu menyuruh Motoyasu duluan, dan setelah Motoyasu pergi, dia mulai menyadap area sekitar.
"Kenapa juga musti repot-repot kayak gini? Kita cuma perlu membakar seluruh area ini."
Dia berkata begitu sambil mengeluarkan sebuah botol dari kantongnya. Dia membuka penutup botol itu dan mencipratkan isinya ke sekitar.
Aku punya perasaan buruk tentang botol itu.
Kalau aku keluar dari tempat persembunyian untuk menghentikan dia, maka Motoyasu pasti akan menangkap kami—jadi aku nggak punya pilihan selain duduk dan memperhatikan saja.
"Naofumi...."
"Shh!"
Melty menggoyang-goyang pundakku. Dia kelihatan kuatir. Aku bisa menebak apa yang mau dilakukan Lonte itu.
"First Fire."
Dia melambaikan tangannya, dan api keluar dari telapak tangannya lalu menyambar isi botol yang sudah ditumpahkan.
Area yang terkena isi botol itu terbakar.
Sudah kuduga. Dasar wanita jalang keparat! Dia akan membakar seluruh sisi pegunungan untuk mengasapi kami agar kami keluar? Apa baut di kepalanya ada yang lepas?
Apa kayak gitu seorang putri seharusnya bersikap? Segala sesuatu yang dia lakukan adalah kriminal.
Dia gak bermoral!
Dia mengabaikan api itu dan mengejar Motoyasu.
Api semakin menyebar, dan segera setelah api itu menyambar pepohonan. Kobaran api ada dimana-mana. Aku berbalik kearah yang dilewati Motoyasu, dan disana juga ada kepulan asap.
"Tuan Naofumi!"
"Melty, bisakah kau menggunakan sihir untuk memadamkan apinya?"
"Aku bisa memadamkan yang inu, tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa terhadap api yang sudah dia nyalakan. Itu akan menyebar luas saat aku sampai cukup dekat."
Sialan... Wanita jalang itu berada dibelakang Motoyasu dan menyebabkan kebakaran sepanjang yang dia lewati.
Seberapa banyak kemalangan yang mau dia sebabkan pada kami sampai dia puas?
Dia pasti akan menuduhkan kebakaran ini padaku setelah ini.
Apa yang harus kami lakukan? Apa kamu punya waktu yang cukup untuk kembali dan memainkan peran pemadam kebakaran?
"Master! Asapnya tebal sekali!"
"Aku tau. Filo, berubahlah ke wujud Filolial-mu. Kita harus keluar dari sini secepat mungkin."
"Oke!"
"Apa yang akan kau lakukan dengan kebakarannya?"
"Aku nggak tau apakah itu akan banyak membantu, tapi bisakah kau menggunakan sihirmu untuk menciptakan hujan?"
Melty handal dalam sihir air. Itu sebabnya aku ingin tau apakah dia bisa melakukan sesuatu untuk mencegah kerusakan yang lebih besar lagi.
"Aku akan mencobanya, tapi aku nggak bisa menjanjikan apapun."
Melty berkonsentrasi pada merapal mantra.
"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah. Turunkan rahmat hujan! First Squall!"
Saat dia selesai merapal mantra, awan hujan menutupi langit, dan hujan lebat mulai turun.
Tapi hujan itu nggak melingkupi area yang sangat luas.
Kurasa itu lebih baik daripada nggak sama sekali.
"Seluruh tempat ini akan segera terbakar! Raphtalia, Melty, apa kalian punya ide selain lari?"
"Kakak gila! Apa yang ada diotaknya?"
"Dia akan mencoba memfitnah kita atas kebakaran ini!"
Area ini mulai dipenuhi asap. Kalau hujannya lebih lebat lagi....
Filo berubah ke wujud Filolialnya dengan kepulan asap, dan kami naik ke punggungnya. Aku menghentakkan tumitku, dan kami berlari kearah yang berlawanan dengan Motoyasu.
Dalam kekacauan kebakaran yang ganas, kami punya kesempatan untuk menjauh dari Motoyasu.
***
Bạn cũng có thể thích
bình luận đoạn văn
Tính năng bình luận đoạn văn hiện đã có trên Web! Di chuyển chuột qua bất kỳ đoạn nào và nhấp vào biểu tượng để thêm nhận xét của bạn.
Ngoài ra, bạn luôn có thể tắt / bật nó trong Cài đặt.
ĐÃ NHẬN ĐƯỢC