"Ini... Harusnya ini."
"Kurasa juga begitu."
"Yup."
Gelombang itu membuat retakan raksasa di langit, dan retakan itu meluas sampai ke tanah. Tanahnya juga terbelah.
"Huh? A...Apa?!"
Disana, diantara retakan raksasa yang ada di langit, terdapat sebuah kapal raksasa. Seperti hantu, kapal itu melayang di udara. Para monster keluar dari sana.
Layar yang sobek-sobek menggantung pada tiang kapal yang compang-camping. Petir menyala di sekitarnya.
Kapal itu terlihat seperti terbuat dari kayu, dan dipenuhi dengan lubang-lubang.
Aku nggak tau gimana caranya kapal itu melayang diudara, tapi ini adalah dunia lain, dan aku tau bahwa apapun bisa terjadi selama gelombang. Kalau aku penasaran tentang setiap kejadian aneh, nggak akan ada yang bisa kuperbuat.
Ada kabut dimana-mana, dan sejujurnya, aku nggak betul-betul mau menaiki sesuatu seperti itu.
Kurasa para monster dari gelombang ini merupakan para bajak laut.
"Mereka melawan benda itu?"
Ketiga pahlawan yang lain beserta party mereka bertarung melawan kapal hantu itu.
Aku bisa bilang bahwa Ren dan Motoyasu ada diatas kapal karena aku bisa melihat skill-skill mereka berkelebat di dalam kabut. Itsuki menembak kapal itu dari kejauhan. Bagiku pertempuran itu terlihat sedikit sembrono.
Lalu, sebuah meriam muncul di sisi kapal, dan menembakkan sebuah bola raksasa.
Bola itu sangat besar dan terbang lurus ke arah kami.
"Air Strike Shield!"
"Hiya!"
Aku bisa menangkis peluru meriam itu dengan skillku, dan Filo melompat naik untuk menendang peluru itu menjauh.
"Mau berapa lama lagi kalian kayak gitu?"
Aku berteriak pada Itsuki yang menembakkan anak panah secara terus menerus.
"N...Naofumi?! Ngapain elu disini? Kupikir elu bilang kalau elu gak bakal ikut bertarung?"
"Kalian terlalu lama! Kami udah selesai mengevakuasi warga dari tadi, jadi aku datang untuk melihat apa yang membuat kalian begitu lama, dan ini yang kutemukan? Kupikir elu udah tau segalanya tentang ini dari game lu?!"
"Kita harus menghancurkan kapal itu, tapi karena suatu alasan Ren dan Motoyasu bersikeras untuk menaikinya."
Mereka berpencar dalam keadaan seperti ini?
Kesampingkan dulu itu sebentar, kenapa mereka semua punya pemikiran yang berbeda dalam menghadapi bossnya?
"Sial...."
Kapal hantu itu kelihatan sangat kacau. Apa yang terjadi dengan gelombang ini?
Aku memikirkannya beberapa saat ketiga aku melihat Itsuki dan partynya bertarung.
Itu kelihatan seperti mereka mendasarkan taktik mereka pada skill-skill milik Itsuki. Anggota partynya yang lain bertarung menggunakan senjata-senjata yang berbeda.
"Bahkan jika lu menyerang kapalnya secara langsung, bukankah elu harus bekerjasama dengan para pahlawan yang lain?!"
"Gue gak punya waktu untuk melakukannya sama elu!"
Jawabannya membuatku jengkel. Dasar Jenderal geblek!
"Yah kelihatannya pertarungan ini bakal lama sekali. Elu bisa terus mengeluarkan skill-skill elu pada kapal itu, tapi kayaknya kapal itu masih jauh dari akan segera jatuh. Cobalah sesuatu yang lain!"
Apa yang Itsuki pikirkan? Apa serangannya efektif? Kalau ini adalah sebuah game, dia pasti sudah tewas.
"Selain itu, mereka berdua menetapkan menaiki kapal itu sebagai prioritas tertinggi mereka, kan?"
Kurasa bisa saja itu adalah seekor monster raksasa yang kebetulan seperti sebuah kapal hantu. Bisa saja begitu kan?
Gimanapun juga ada monster-monster yang terlihat seperti rumah. Mereka akan mulai berputar dan bergerak saat kau mendekati mereka.
"Mungkinkah kapal itu punya titik lemah di bagian dalamnya? Mungkin ada cara untuk membunuhnya yang gak bisa lu lakukan dalam game elu!"
"Gak ada hal semacam itu di Dimension Wave yang gue tau!"
"Sadarlah, Itsuki! Ini bukan sebuah game!"
Apa dia tau seberapa banyak kerusakan yang ditimbulkan oleh gelombang kehancuran ini?
Sungguh, para monster keluar dari retakan itu sepanjang waktu ini, jadi semakin lama waktu yang mereka butuhkan untuk mengalahkan gelombang, semakin banyak monster yang muncul, dan semakin buruk kerusakan yang dialami.
"Ayo pergi ke kapal itu, mencari titik lemahnya dan menghancurkannya!"
"Sialan! Lagi-lagi! Elu selalu mencuri dari gue!"
"Kalau itu segitunya membuat elu terganggu, ikut aja napa! Filo, ayo pergi!"
"Okeeeeee!"
Filo berlari dan melompat ke udara. Aku segera mengeluarkan Air Strike Shield agar dia bisa menggunakannya sebagai pijakan. Dia mendarat diatas perisai itu dan melompat lagi, dan kami mendarat di dek kapal.
"Ah! Tunggu!"
Itsuki dan partynya mengikuti dibelakang kami.
Bagus. Kalau butuh waktu selama ini untuk mengalahkan gelombang, maka mereka melakukannya dengan salah.
Ugh. Memang bagus kami bisa sampai di dek, tapi seluruh kapal ini dipenuhi dengan tulang-tulang yang berserakan. Lantai kapalnya lapuk dan dipenuhi dengan lubang. Ada bangkai ikan dimana-mana, dan tali serta pelampung sudah rusak. Kami betul-betul harus berhati-hati saat melangkah.
Kami berhasil sampai di dek, tapi disana... Huh? Diujung belakang kapal ada sebuah tentakel raksasa, dan Motoyasu sedang melawannya bersama partynya.
"Shooting Star Spear!"
Motoyasu berteriak, dan tombaknya mulai bersinar sebelum terpisah menjadi ratusan tombak energi yang menghujani tentakel raksasa itu. Tentakel itu mati, tapi segera beregenerasi dan kembali ke posisinya.
Apa yang terjadi? Apa ada seekor monster seperti kraken yang menempel pada kapal ini seperti seekor kepiting pertapa[1]?
"Filo, jangan bilang kau ingin memakan itu."
"Kenapa... Aku gak boleh memakannya?"
Itu akan sulit meski bagi Filo.
Aku melihat ke ujung lain dari dek, dan disana ada Ren, melawan sesuatu seperti seorang kapten skeleton.
Kapten skeleton itu kelihatan sama persis seperti seorang bajak laut dari Caribbean, memakai jubah berhias dan sebuah kail ditempat dimana tangan kirinya seharusnya berada.
Dia kelihatan seperti... sebuah versi skeleton dari Captain Hook, dari "Peter Pan".
"Shooting Star Sword!"
Pedang milik Ren bersinar, dan cahaya itu berubah menjadi bintang-bintang yang menghantam si kapten skeleton.
"Sial... dia tangguh."
"Ren!"
Salah satu anggota party Ren berlari kedepan dan menyerang si kapten skeleton. Kapten skeleton itu mengayunkan pedangnya sebagai tanggapan. Ren dan kelompoknya menyerang lagi, dan si kapten terdorong kebelakang, lalu Ren mengayunkan apa yang terlihat seperti serangan penghabisan, dan kapten itu hancur.
"Whew... Apa dia mati?"
Tapi sebelum dia bisa bernafas lega, tumpukan tulang itu terangkat ke udara dan membentuk kembali kapten skeleton.
"Apa?!"
Dan si kapten yang tengkoraknya dililit bandana, menyerbu untuk menyerang lagi.
Aku berbalik kearah Motoyasu dan kraken itu.
"Filo, bisakah kau membawa kami ke belakang kapal?"
"Tentu!"
"Raphtalia, pegangan erat-erat!"
"Baik!"
Dia melingkarkan tangannya padaku agar nggak terjatuh, dan Filo berlari di kapal itu.
Dari bagian belakang ke lambung kapal, dek itu dipenuhi tentakel, tapi Filo menendangnya, dan kami terus bergerak.
Kami berhasil sampai ke bagian belakang dan menemukan sumber dari tentakel itu.
"....!"
Aku benar, kraken lah yang menempel pada kapal seperti kepiting pertapa.
Apa monster itu punya... satu kepala? Lebih dari satu? Itu sulit menyebutkannya.
Ditempat Motoyasu bertarung ada sebuah kepala, tapi matanya membusuk...
Itu nggak kelihatan bernafas.
Filo nggak masalah memakan hal yang membusuk, tapi bisakah sua nggak memakan ini karena sudah sepenuhnya membusuk?
Itsuki menyerang kapalnya secara langsung, tapi kapal ini nggak jatuh juga.
Motoyasu mencoba membunuh kraken'nya.
Ren melawan kapten skeleton.
Mereka terpisah. Mereka ada disemua tempat.
Tentunya, mereka bisa mengatakan bahwa mereka nggak punya kesempatan—tapi tetap saja. Ini sembrono.
Dan itu nggak seperti mereka sudah membuat kemajuan.
Apa semua musuh ini memiliki pola? Satu-satunya hal yang bisa kupikirkan adalah bahwa musuh yang sebenarnya berada disuatu tempat yang lain.
Kenapa para pahlawan lain yang seharusnya memiliki pengetahuan sempurna dari game nggak bisa mengetahui sesuatu sesederhana itu?
Kalau dipikirkan tentang semua yang telah mereka katakan sampai sekarang, itu tampak seperti mereka beroperasi dengan asumsi bahwa apa uang membuat mereka suskes dalam game mereka akan bekerja disini. Tapi mereka semua bertarung secara berbeda.
"Ren!"
"Apa? N...Naofumi? Ngapain elu disini?!"
"Elu kelamaan, jadi aku datang untuk mencari tau apa masalahnya. Kenapa lu terus-terusan melawan musuh itu?"
"Kalau gue bisa ngalahin yang ini, boss aslinya—Soul Eater—bakal nongol."
"Terus?"
"Elu musti ngalahin dia beberapa kali, baru setelah itu bossnya bakalan nongol."
"Huh..."
Sepertinya dia betul-betul berpikir tentang strateginya. Tapi kenapa lama sekali?
"Motoyasu!"
"B...Bikin apa elu disini, Naofumi?!"
Dia melihat bahwa aku duduk diatas Filo, dan menutupi selangkangannya saat dia berbalik kearah kami. Dia pasti menganggap bahwa dia akan ditendang lagi.
Ha! Kalau Filo menendang dia sambil memakai cakar miliknya, dia akan mati seketika.
"Tuan Motoyasu, jangan dengarkan dia!"
Lonte itu menatapku seolah aku ini sampah, dan dia memperingatkan Motoyasu untuk mengabaikan kami.
"Elu diam aja!"
"Apa kau tau kau bicara pada siapa? Kau tidak boleh berbicara padaku seperti itu!"
"Bodo amat! Motoyasu, apa yang bakal lu lakuin setelah elu ngebunuh kraken itu?"
"Soul Eater bakal nongol, dan saat cecunguk itu nongol, gue bakalan mencincang dia."
Jadi Motoyasu juga berpikir begitu. Itsuki pasti memikirkan hal yang sama.
Tapi kulihat serangan-serangan mereka nggak efektif.
Kalau ini adalah sebuah game, itu artinya Soul Eater bersembunyi disuatu tempat, menunggu kesempatan untuk muncul.
Ren menyerang kapten skeleton, Motoyasu menyerang kraken, dan Itsuki menyerang kapal itu sendiri. Ya, Itu akan butuh waktu.
"Akhirnya gue bisa nyusul elu, Naofumi."
Itsuki naik ke dek. Itu artinya semua pahlawan sekarang ada diatas kapal. Tapi... Soul Eater'nya?
Aku belum pernah melihatnya, jadi aku nggak tau monster macam apa itu, tapi berdasarkan pada segala sesuatu yang lain yang ada disini, mungkin lebih baik mengasumsikan itu semacam hantu.
Jadi itu bersembunyi disuatu tempat, dan itu bisa mengendalikan undead. Kurasa itu sebabnya kami harus menghancurkan apapun yang menjadi medianya.
"Nggak bisakah kita menggunakan sihir cahaya untuk membuat mahluk itu menampakkan diri?"
"Mau mencobanya?"
Raphtalia berbicara. Oh ya, aku hampir lupa kalau Raphtalia memiliki kekuatan untuk menggunakan sihir cahaya dan kegelapan.
Kalau begitu kami mungkin bisa mencobanya.
"Kamu bisa?"
"Serahkan padaku."
Raphtalia menarik nafas panjang dan berfokus pada mantra sihirnya.
"Aku adalah sumber dari segala kekuatan, aku memerintahkanmu untuk mematuhi kata-kataku. Bersinarlah! First Light!"
Saat dia selesai merapal mantranya, sebuah bola cahaya muncul di udara diatas kami.
Bola itu dipenuhi dengan cahaya yang bersinar terang, dan seluruh dek diterangi oleh bola cahaya itu.
Huh? Kapten skeleton yang Ren lawan kelihatan berbeda— bayangannya berubah. Bayangan aneh itu... ada banyak di seluruh kapal.
Sudah jelas kalau itu bukanlah bayangan biasa, dan mereka terlihat menyeringai.
"Disana!"
"Dimengerti! Shooting Star Sword!"
Ren berpaling dan mengarahkan serangannya pada bayangan kapten itu.
"YAAAAAAAAAAAAAAAA!"
Sesuatu muncul dari bayangan itu. Itu seperti seekor ikan hantu, berbalut kain putih. Wajahnya hitam dan terlihat jahat serta mata merah dan taring panjang.
Itu pasti si Soul Eater.
Setelah semua orang menyadari apa yang terjadi, Motoyasu dan Itsuki mulai mengarahkan serangan mereka ke arah bayangan itu, dan para Soul Eater mulai bermunculan.
"Jadi disana mereka!"
"Logisnya, serangan kita nggak akan berpengaruh pada mereka!"
Mereka seperti hantu. Jadi kurasa serangan fisik kamu nggak akan bisa melukai mereka. Kami harus mengandalkan sihir.
"Apa?!"
Para Soul Eater semuanya berkumpul pada satu tempat dan membentuk satu Soul Eater raksasa.
Hal serupa diketahui terjadi di duniaku. Ikan melakukan itu—mereka akan berenang berkumpul agar terlihat seperti seekor ikan yang lebih besar dan lebih berbahaya.
Ya, ikan teri melakukan itu. Para Soul Eater sepertinya merupakan jiwa-jiwa dari ikan atau semacamnya— jadi itu mungkin menjelaskan perilaku mereka. Namun, mereka betul-betul telah membentuk satu monster raksasa, dan itu jauh lebih besar daripada para Soul Eater individu.
Inter-dimensional Soul Eater.
"Tuan Naofumi, monster itu mendekat pada kita!"
Inter-dimensional Soul Eater menargetkan Raphtalia karena dia yang menggunakan sihir cahaya. Tapi Raphtalia duduk bersamaku diatas Filo, dan Soul Eater itu menyerbu kearah kami!
"Air Strike Shield!"
Ada suara dentuman keras, dan kami bisa menahan serangan Soul Eater, tapi dia terus menyerang dari arah yang lain—ke arah Ren dan partynya.
"Dengar, kita sudah menemukannya. Sekarang kalian harus membunuhnya!"
Motoyasu, Itsuki dan Ren mengarahkan tatapan nggak senang padaku sebelum mereka berpaling pada Soul Eater dan mengeluarkan rentetan skill tempur. Para anggota party mereka semuanya bekerja untuk mendukung mereka, tapi serangan fisik mereka nggak berguna pada boss ini!
Kami nggak berpersiapan untuk melawan sesuatu seperti ini, tapi Raphtalia bisa mendukung mereka dengan sihir cahaya miliknya.
"Filo, gunakan sihirmu."
"Okeeeee!"
Filo mengeluarkan Fast Tornado dan bisa menimbulkan damage pada inter-dimensional Soul Eaterm
Tapi aku nggak bisa menggunakan Hate Control, jadi aku nggak akan berguna bagi siapapun.
Itu terjadi saat aku sedang berpikir tentang itu. Inter-dimensional Soul Eater mulai menyiapkan semacam serangan besar.
Mahluk itu membuka mulutnya lebar-lebar, dan sebuah bola hitam sihir muncul disana, perlahan semakin besar dan naik ke udara.
Bola sihir itu bertindak seperti sebuah lubang hitam kecil, menyerap semua cahaya di sekitarnya dan membungkus udara disekitarnya seperti sebuah lensa.
"Crimson Sword!"
Ren melompat ke udara dan menebas Soul Eater dengan pedangnya.
Huh? Ada ledakan percikan api.
"Itu lebih keras dari yang gue duga."
Woi, para ahli game sialan ini. Aku menemukan monsternya untuk mereka, dan mereka masih nggak bisa mengalahkannya?
Kalau monster itu kabur dan bersembunyi lagi, kami akan berada dalam posisi yang sulit.
"Wind Arrow!"
Itsuki mengeluarkan sebuah skill.
"Lightning Spear!"
Skill milik Motoyasu nggak akan cukup untuk membunuh monster itu.
Apa itu ada hubungannya dengan kelemahan monster itu? Kadang-kadang butuh waktu lama sekali untuk mencari tau apa yang efektif terhadap monster tipe hantu.
Sepertinya sihir cahaya seharusnya lebih efektif.
Bola sihir hitam yang dilepaskan Soul Eater sepertinya hampir menyerang dan siap untuk melepaskan serangannya.
"Cepat! Skill itu sudah hampir selesai!"
"Oh!"
Ren berteriak dan Motoyasu berpaling, siap untuk menyerang.
"YAAAAAAAAAAAAA!"
Dengan suara yang menggetarkan, Soul Eater menembakkan bola hitam sihir yang besar itu. Bola itu terbang seperti peluru meriam dan menghantam dek.
Terjadi sebuah ledakan hitam yang besar. Seluruh kapal berguncang keras.
Ini sangat buruk! Musuh cukup kuat hingga semua pertempuran sampai saat ini mulai terlihat seperti sekedar pemanasan saja.
Apakah kami akhirnya memancing seekor macan keluar dari kandangnya? Itu nggak masalah. Kalau kami ingin mengakhiri gelombang ini, inilah satu-satunya jalan.
Aku melompat turun dari Filo, berlari ke depan semua orang, dan menyiapkan perisaiku.
"AAAAAARRRRHHHH!"
Ren, Motoyasu, Itsuki dan party mereka semuanya terkena ledakan itu.
Aku merasakan kekuatan ledakan itu melalui perisaiku.
"Ugh...."
Itu betul-betul sakit. Mahluk itu sangat kuat sampai bisa menerobos pertahananku, dan jangkauannya betul-betul luas.
Ren dan yang lainnya tidak terbunuh oleh ledakan itu, tapi mereka berdiri terhuyung-huyung.
Inter-dimensional Soul Eater itu sepertinya menyadari seberapa efektif serangannya, karena dia sudah membuat bola sihir hitam lagi.
Serangan yang kuat itu lagi?! Beri kami sedikit waktu sebelum kau menembakkan serangan itu lagi! Itu menjengkelkan, tapi kurasa itu adalah satu-satunya cara untuk bertarung. Kau harus melakukan sesuatu yang gak diinginkan musuh untuk kau lakukan. Dalam game, pembuatnya tau apa yang akan membuat para player marah, jadi mereka membuatnya agar para monster nggak berperilaku kayak gitu. Tapi itulah perbedaan antara game dan kenyataan.
"Filo!"
"Ya! Aku tau!"
Dia sudah berlari dengan kecepatan penuh ke arah Soul Eater. Dia melompat ke udara dan menendangnya keras-keras. Aku mendengar hantaman dari tendangan itu, tapi inter-dimensional Soul Eater cuma menertawainya.
"Haikuikku!"
Filo berputar menjauh setelah melakukan tendangan kedua, mendarat di dek dan mulai merapal sebuah mantra.
Sesaat, Filo terlihat agak kabur(buram).
Ada serangkaian dari awan-awan yang berbenturan dengan cepat, dan si Soul Eater mundur. Sesaat kemudian, Soul Eater mundur dan bersiap untuk menembakkan bola hitam itu pada Filo. Sepertinya dia menemukan cara untuk mengganggu monster itu.
"Kau nggak bisa mengenai aku!"
Filo meneriakkan ejekan pada Soul Eater dan lari kebelakangku. Bagus Filo. Dengan cara itulah kita akan melawannya.
Aku menyiapkan perisaiku dan mengeluarkan sihir penyembuh tepat saat bola hitam itu meledak didepan kami. Aku memblokirnya dengan perisaiku, dan Filo berlari untuk melancarkan serangan lagi.
Raphtalia sedang merapal sihir cahaya sepanjang waktu. Kalau dia nggak melakukannya, Soul Eater itu akan bisa bersembunyi dari kami lagi.
"Hiyaaa!"
Filo berlari kesana kemari, melancarkan serangan saat dia bisa dan perlahan-lahan menimbulkan semakin dan semakin banyak damage. Monster ini tangguh. Itu sebabnya dia adalah bossnya, kan?
Kalau ini adalah sebuah game, seekor monster seperti ini cuma akan muncul di akhir dari suatu pertempuran kelompok besar.
Sejauh game-game online yang kuketahui, seekor boss seperti ini memang sangatlah kuat. Dibutuhkan banyak player kuat untuk bekerja sama dan mengalahkannya dalam waktu satu jam.
Pilihan apa yang kami miliki?
Kami bisa terus melakukan serangan-serangan kecil dan berharap bahwa serangan-serangan itu bisa memberi damage yang cukup pada monster itu agar kami bisa menang. Tapi bisakah serangan-serangan kami melakukannya?
Semakin lama waktu yang kami habiskan untuk melawan bossnya, semakin besar kerusakan yang akan terjadi pada desa-desa sekitar.
Bahkan sekarang, para monster terus bermunculan dari retakan itu.
Kami nggak punya banyak waktu untuk melawan monster itu. Kalau saja ada suatu skill kuat yang bisa kami gunakan.....
Ada sebuah cara. Cuma satu cata, tapi itu mungkin mengubah situasinya.
Perisaiku punya sebuah kekutan yang mungkin nggak dimiliki para pahlawan lain. Kami nggak betul-betul punya pilihan lain.
"Raphtalia."
Raphtalia terjatuh kebelakang. Aku memegang tangannya.
"Ada apa?"
"Bantu aku."
Dia segera menebak niatku.
"Baik. Aku adalah pedangmu. Aku akan mengikutimu—meski ke neraka sekalipun."
"Aku akan melakukannya. Mundurlah."
Aku sudah betul-betul jengkel, dan meski aku nggak mau menggunakannya, aku penasaran untuk melihat seberapa besat kekuatannya.
"Filo, kalau sesuatu terjadi, tetaplah bersama Raphtalia dan menjauhlah."
"Oke!"
Aku menatap Raphtalia sekali lagi.
"Tuan Naofumi!"
Dia percaya padaku.
Tapi kalau aku kalah, Raphtalia dan Filo akan... mati.
Lebih dari apapun juga, aku nggak boleh membiarkan hal itu terjadi. Aku ingin melindungi mereka. Aku betul-betul ingin melindungi mereka.
Aku nggak akan membiarkan diriku ditelan oleh kemarahan. Betul-betul nggak boleh.
Aku menyiapkan perisaiku.
Shield of Rage!
Inti naga telah menyebabkan kamu berkembang!'
Rangkaian Kutukan: kemampuan Shield of Rage meningkat!
Shield of Rage II
Kemampuan belum terbuka
Bonus Equip: skill "Change Shield (serangan)" dan "Iron Maiden"
Efek Khusus: kutukan pembakar diri, peningkatan kekuatan, amarah naga, raungan, kericuhan kerabat
Ap.....
Kenangan terakhir naga itu diputar didepan mataku, karena aku telah menggunakan batu inti tersebut sebagai material untuk perisai.
Seorang pahlawan bersenjatakan sebuah pedang telah menikamnya dalam-dalam pada dada dan keningnya, dan naga itu kemudian kehilangan kesadaran. Kemarahan yang dia rasakan adalah seperti sesuatu yang gak pernah kubayangkan. Itu adalah kemarahan karena kalah pada seorang manusia.
Aku bisa mengerti sebarapa menyakitkan dan seberapa mengerikan hal itu bagi seekor naga.
Berkembang? Apa maksudnya itu?
Perisaiku melebur dan terbentuk ulang. Itu tampak seperti terbuat dari bara api yang menyala dengan seekor naga besar berwarna merah darah di bagian tengahnya.
Barbarian Armor +1 punyaku juga berubah bentuk untuk menyesuaikan perisainya.
Apa semua ini karena inti naga tersebut?
Armornya terlihat berbeda sekarang, dan dipenuhi pola seekor naga berwarna hitam legam.
Amarah itu sangat kuat hingga pandanganku menjadi gelap. Segala sesuatu dipenuhi dengan kebencian, kemarahan, dan keinginan akan kehancuran.
Kemarahan pada tingkat ini, semua itu nggak berasal dariku! Aku bisa melihat semua amarah itu berada didepanku, bersinar merah, menghapus segala sesuatu selain amarah itu sendiri. Amarah itu menguasai aku.
Tidak! Jangan disini, jangan sekarang! Aku harus bertarung demi orang-orang yang mempercayai aku! Jangan sekarang!
***
Api naga merah... Shield of Rage II telah berkembang menjadi sesuatu yang lain. Aku mengarahkannya pada bayangan hitam itu.
"Aaaaaaaarrrrrrhhhhhh!"
Saat aku berteriak, udara disekitar kami seolah bergetar dan menangis-seolah ikut menjerit bersamaku.
"Yaaaaaaaaaaa!"
Inter-dimensional Soul Eater mengalihkan matanya dari Filo dan mengarahkannya padaku.
Ini buruk. Dibandingkan dengan terakhir kali aku menggunakan Shield of Rage, emosinya jauh lebih kuat. Aku merasa seperti aku kehilangan diriku sendiri.
Apa itu karena perkembangan perisainya? Apa ini "Perkembangan" yang disebutkan?
Ugh... Pandanganku goyah.
"Tuan Naofumi."
Tiba-tiba, ada suatu sentuhan lembut, itu pasti Raphtalia.
Aku nggak boleh... Aku nggak boleh kehilangan dia disini.
Ada orang-orang diluar sana-orang-orang yang bergantung pada kami untuk menghentikan gelombang. Aku nggak boleh membiarkan diriku ditelan oleh amarah dan kebencian. Aku nggak boleh membiarkannya!
Aku mengibaskan bayangan hitam dan menggelengkan kepalalu untuk memperbaiki pandanganku.
Musuh ada didepanku. Aku menatapnya dan mempersiapkan diriku.
"U...Uaaaaahhhhhhhh!"
Ugh?!
Aku berbalik, dan karena suatu alasan, Filo tertelan oleh api hitam.
"Gaaaaaaaaah!"
Matanya tajam seperti seekor burung pemangsa. Dia berlari kearah musuh dan menendangnya keras-keras.
Mungkin itu karena dia telah memakan inti naga yang kugunakan pada perisaiku.
Filo berputar pada Soul Eater dan menendangnya lagi.
"Yaaaaaaaa?!"
Sepertinya serangannya berhasil.
Tapi itu juga terlihat seperti dia nggak mampu membedakan musuh. Dia berbalik pada monster lain, sembarangan monster yang ada di area ini dan mulai menyerangnya.
"Ugh....."
Perisainya berusaha menyerapku.
Aku berlari kearah Inter-dimensional Soul Eater dan mendorongnya dengan perisaiku.
Dia mengarahkan taringnya padaku, menggores perisaiku-tapi aku nggak menerima damage sedikitpun.
Sempurna.
Shield of Rage II memiliki kutukan pembakar diri. Itu adalah sebuah serangan balik yang membalas serangan musuh dengan sebuah kutukan yang kuat, kutukan yang akan membakar musuh menjadi abu.
Aku merasakan api kutukan itu meningkat dalam diriku. Api itu berkobar-kobat diseluruh tubuhku dan menelan Soul Eater.
"Yaaaaaaaaa!"
Inter-dimensional Soul Eater menjerit kesakitan, tapi kutukan pembakar diri nggak cukup kuat untuk sepenuhnya membakar Soul Eater.
Kapten skeleton, kraken, dan peluru meriam kapal semuanya mengarahkan fokus serangan mereka padaku.
"Jangan abaikan kami! Shooting Star Sword!"
"Shooting Star Spear!"
"Shooting Star Bow!"
Ren, Motoyasu, dan Itsuki telah pulih, dan mereka mengeluarkan bombardir skill pada musuh-musuh yang ada didepan mereka. Kemudian mereka berpaling pada inter-dimensional Soul Eater.
Mereka berusaha, dan serangan mereka terhubung dan berhasil- tapi nggak ada yang cukup kuat untuk mengalahkan target mereka. Musuh menyembuhkan diri mereka sendiri dengan sangat cepat.
Nggak ada cara lain kah?
Aku ingat bahwa ada skill lain. Skill yang belum kucoba.
Change Shield (serangan) dan Iron Maiden.
Keduanya adalah skill dari Shield of Rage II. Aku nggak tau gimana cara kerja kedua skill itu, tapi itu layak dicari tau.
Aku sangat yakin itu adalah Shield Prison dilanjutkan Change Shield (serangan) terus Iron Maiden.
Itu mungkin punya makna bahwa melakukan skill itu secara berurutan akan mengarah pada semacam reaksi berantai. Mungkinkah itu semacam combo skill?
"Shield Prison!"
Aku berpaling untuk melihat musuh terkurung dalam sebuah kerangkeng yang terbuat dari perisai. Cukup beruntung, mungkin karena Ren dan yang lainnya telah menarik perhatiannya, Soul Eater telah membuka celah yang besar.
Sekarang monster itu telah terkurung dalam Shield Prison.
Monster itu sekarang menyerang kerangkeng itu secara langsung, dan nampaknya kerangkeng itu akan hancur setiap saat.
Aku nggak akan membiarkannya kabur. Aku nggak boleh membiarkan peluangku terbuang sia-sia.
"Change Shield (serangan)!"
Komandonya sama seperti skill Change Shield normal punyaku.
Aku diberi sejumlah perisai baru untuk dipilih.
Sebuah perisai yang dipenuhi jarum nampaknya merupakan pilihan yang bagus. Ada Animal Needle Shield dan Bee Needle Shield yang bisa dipilih.
Aku memilih Bee Needle Shield.
"!!!"
Perisai-perisai yang membentuk Shield Prison secara tiba-tiba semuanya berubah menjadi Bee Needle Shield, jarum-jarumnya mengarah ke bagian dalam kerangkeng, dan monster itu menerima damage.
Dindingnya menekan pada monster didalamnya.
Iron Maiden!
Aku sudah siap menggunakan skill itu, ketika sebuah paragraf muncul dalam kepalaku.
"Hukuman yang telah kupilih untuk dijatuhkan pada kriminal bodoh dihadapanku bernama Iron Maiden. Mereka akan ditusuk dari segala arah, diselimuti oleh jeritan-jeritan mereka sendiri, dan akan merasakan rasa sakit sejati! Iron Maiden!"
Aku berteriak untuk mengaktifkan skill itu, dan sebuah perangkat penyiksa raksasa yang terbuat dari besi muncul di udara. Pintunya terbuka, dan seluruh Shield Prison ditarik masuk kedalamnya.
Dengan terbukanya pintunya, aku bisa melihat bagian dalamnya dipenuhi dengan duri-duri besar dan korban yang ada didalamnya harus mempersiapkan dirinya untuk ditusuk oleh duri-duri itu.
Saat pintunya tertutup, siapapun yang ada didalamnya akan ditusuk dari segala arah.
Shield Prison memghinangu, pintunya tertutup, dan musuh tertusuk bahkan sebelum bisa menjerit.
Ada dentuman keras, dan pintu Iron Maiden terbuka. Soul Eater yang ada didalamnya ditikam dalam jumlah yang sangat banyak hingga terlihat seperti sebuah sarang lebah madu. Melemah, Soul Eater berbalik untuk melarikan diri.
Tapi....
Pintunya tertutup lagi, dan Soul Eater sekali lagi ditikam oleh duri-duri itu.
Pada saat yang sama, SPku turun menjadi nol.
Skill itu menggunakan semua SPku?
Entah Iron Maiden itu kehabisan waktu, atau kekuayan, atau apapun itu. Perangkat penyiksa itu lenyap.
"Huff... Huff..."
"Whoa...."
Semua orang berbisik, kehabisan nafas.
Inter-dimensional Soul Eater dipenuhi lubang, dan jelas-jelas tewas.
"Kita menang!"
Aku mencoba mengendalikan nafasku yang kacau, dan mengubah perisaiku kembali ke Chimera Viper Shield. Aku harus mencari cara untuk mengendalikan Filo. Dia sedang berlarian disekitar dengan ganas.
Dengan meningkatnya kekuatan perisai itu, sepertinya aku gak bisa menggunakannya dalam waktu yang lama.
"Huh? Whew...."
Mungkin karena Shield of Rage II telah menghilang, Filo perlahan-lahan kembali normal. Dia duduk, kelelahan.
"Whew...."
"Kamu berhasil."
"Kurasa begitu."
"Astaga! Apa yang terjadi?!"
Aku berbalik dan melihat Raphtalia berlari kearahku, dan Filo terkapar kelelahan.
"Apa kita sudah menghentikan gelombangnya?"
"Aku capek!"
Ren, Motoyasu, dan Itsuki semuanya menatapku. Mereka nampak iri.
"Kami kalah kali ini, tapi semuanya akan berbeda lain kali."
"Apa-apaan itu? Setelah semua yang lu katakan tentang gak tau apa-apa soal dunia ini, ternyata elu bisa bertarung kayak gini."
"Lu nggak bergabung dengan pertempuran sejak awal, mangkanya elu masih punya banyak tenaga."
Bisa-bisanya Itsuki bilang kayak gitu? Dia mengelilingi sinis dan berusaha agar nggak mencolok, mengerjakan semua petualangannya secara diam-diam, dan bisa-bisanya dia memyebutku pemalas?
"Terlepas dari itu, sekarang kita telah...?!"
Ap..Apa-apaan ini? Tiba-tiba aku punya perasaan yang sangat buruk. Setiap otot dalam tubuhku menegang.
Sepertinya Ren, Motoyasu, dan Itsuki juga merasakannya. Mereka melihat ke sekitar kapal.
Salah satu dari anggota party Itsuki dikuasai oleh rasa takut. Dia jatuh ke tanah. Ada suatu perasaan menakutkan yang sangat kuat. Itu begitu kuat hingga Soul Eater yang telah kami kalahkan bukanlah apa-apa jika dibandingkan.
Apa yang terjadi?
Ada suatu pergeseran, dan bayangan seseorang dari atas kami.
Apa itu musuh yang lain? Ini semakin nggak masuk akal. Aku sudah gak punya tenaga yang tersisa!
"Apa kalian semua segitu terancamnya oleh para monster kecil ini? Tapi nampaknya ada satu Pahlawan sejati diantara kalian."
Dia mengenakan sebuah komono hitam legam yang dihiasi warna perak. Di duniaku sendiri, itu seperti pakaian yang dikenakan oleh orang yang cukup kaya yang dikenakan untuk sebuah pemakaman.
Seluruh dunia ini tampak seperti Eropa abad pertengahan, jadi itu cukup aneh melihat seseorang memakai sebuah kimono.
Rambutnya panjang dan berwarna hitam legam.
Dia terlihat seperti orang Jepang, tapi entah gimana juga agak kayaberdenyut.
Itu seperti... susah digambarkan, tapi dia terkadang agak kabur, seperti dia semi transparan.
Dia memegang sebuah senjata yang seperti kipas. Tanpa peringatan, sebuah tembakan cahaya keluar dari kipas itu, terbang diatas kami.
Kami semua berbalik untuk melihat apa yang terjadi, dan yang kami lihat adalah cahaya itu menghantam inter-dimensioanal Soul Eater yang lain yang merayap di belakang kami.
"Aku lebih suka bertarung tanpa gangguanmu. Pertempuran yang akan segera terjadi sangatlah penting."
"Ap..."
Soul Eater itu terkapar di dek, tewas, karena satu serangan dari dia.
Ini pasti bohong. Kami menghabiskan seluruh energi dan waktu kami pada satu Soul Eater, dan dia membunuhnya cuma dengan satu serangan!?
Cewek itu menyipitkan matanya dan menatap lurus kearahku sebelum dia berbicara lagi.
"Yah, dari yang kulihat pada pertempuran sebelumnya, sepertinya kau adalah seorang Pahlawan. Yang lainnya tak mampu bertarung, tapi kau berbeda."
"Mungkin."
"Dan siapa namamu?"
"Kau menanyakan namaku tanpa memperkenalkan diri?"
"Maafkan aku. Namaku Glass. Kalau aku harus mengatakannya, tidak akan salah untuk menganggap aku musuhmu."
Aku nggak akan menganggap dia temanku.
"Naofumi."
"Naofumi ya. Kalau begitu mari kita mulai pertempuran gelombang yang sebenarnya!"
Cewek bernama Glass itu membuka kipasnya dan menyerbu kearahku.
Sialan! Aku baru saja menggunakan Iron Maiden, dan aku nggak berada dalam keadaan untuk memulai pertarungan baru!
Kalau aku menggunakan Shield of Rage II, aku pasti akan terinfeksi oleh racunnya. Aku nyaris gak bisa bertahan. Berkat Raphtalia, aku bisa mengendalikan emosi beracun dari perisai itu, tapi aku merasa aku sudah hampir mencapai batasku.
"Gak akan kubiarkan!"
Ren, Motoyasu, dan Itsuki semuanya menyiapkan senjata mereka dan mengarahkan skill mereka pada Glass.
"Shooting Star Sword!"
"Shooting Star Spear!"
"Shooting Star Bow!"
Ketiga skill itu terbang kearah Glass saat dia menatapnya dan tersenyum.
"Lucu sekali... Circle Dance Zero! Reverse Snow Moon Flower!"
Sekarang ini masih tengah hari, tapi langit yang berwarna merah itu mulai bersinar dan berdenyut
Ada sebuah serangan yang mendekat. Aku berlari kearah Raphtalia dan Filo dan mempersiapkan perisaiku untuk melindungi mereka.
Kami menatap langit dan melihat bulan berwarna merah darah ada disana, tenang dan kuat, seolah bulan itu menyerap teriakan dari musuhnya.
Ada kilatan cahaya merah melingkar, dan para pahlawan yang lain serta party mereka semuanya tumbang.
"GAAAAAHHHH!"
Sesuatu seperti sebuah tornado mengangkat mereka dari tempat mereka tumbang kemudian menerbangkan mereka ke udara.
"Ugh!
Mereka jatuh ke dek lagi.
Sial. Mereka mengetahui banyak tentang dunia ini, dan mereka berlevel tinggi. Gimana bisa mereka tumbang semudah itu?
Tapi makan dia begitu kuat hingga dia bisa mengalahkan Soul Eater dengan satu serangan, maka apa mungkin kami punya harapan mengalahkan dia?
Kami sudah menggunakan semua kekuatan kami melawannya, tapi kelihatannya seperti pertarungan itu nggak lebih dari sekedar pemanasan saja.
Aku tau ini bukanlah sebuah game, tapi perbedaan kekuatan kami sangatlah jelas yang mana kami betul-betul nggak punya peluang menang.
Kalau ini adalah sebuah game, aku yakin ini adalah sebuah pertempuran dimana kau akan dipaksa kalah, kekalahan itu akan memicu suatu jenis event. Tapi ini adalah realitas.
Kalau kami kalah, nggak akan ada sebuah secret event yang akan menyelamatkan kami. Hidup tidakkah sesederhana itu.
Selain itu, orang-orang yang sudah mengetahui semua tentang game dan menggunakan pengetahuan itu untuk leveling secara efesien telah dikalahkan begitu saja.
Aku mencurahkan waktuku untuk mengumpulkan uang. Apa yang bisa ku harapkan untuk melawan dia?
Tetap saja, aku nggak boleh kalah. Aku harus menang, demi Raphtalia. Demi Filo.
"Sungguh sekumpulan kaum lemah yang menyedihkan. Aku merasa kasihan pada Senjata-Senjata Suci kalian. Mereka pasti menangis."
Senjatanya adalah Iron Fan. Dia memegangnya secara terbuka dimasing-masing tangannya, dan gaya bertarungnya terlihat seperti sebuah tarian.
"Ini betul-betul nggak terduga."
"Master, cewek itu super duper kuat!"
Bulu-bulu Filo berdiri.
"Memang benar. Aku bisa merasakan kekuatannya dari sini. Dia jauh lebih kuat daripada kita."
Ekor Raphtalia berdiri tegak dan mengembang. Dia jelas-jelas berusaha untuk mengendalikan dirinya.
Aku berlari kearah para pahlawan yang telah tumbang, dan menatap si Lonte yang pingsan.
Para pahlawan itu yang dia andalkan bagiakan mainan bagi Glass.
Tapi apa yang harus kami lakukan?
Sejujurnya, Iron Maiden telah menggunakan seluruh SPku. Setidaknya, aku ingin memulihkan SPku.
Itu dia. Motoyasu sangat memanjakan Lonte itu. Mungkin dia punya semacam alat yang bisa berguna. Atau mungkin dia punya satu atau dua item yang bagus?
Ada. Dia punya Magic Water dan Soul-Healing Water. Dasar Lonte egois.
Item pertama akan mengisi kembali sihir yang kau gunakan saat merapal mantra, dan yang satunya akan memulihkan SP yang kau gunakan saat kau menggunakan sebuah skill.
Yah, Soul-Healing Water sangatlah mahal jadi aku nggak pernah punya kesempatan untuk mencobanya. Tapi kudengar bahwa itu akan meningkatkan konsentrasimu, dan akan membuat sihirmu menjadi lebih kuat.
Aku memutuskan untuk mencoba meminum Soul-Healing Water. Rasanya agak mirip dengan minuman energi yang kubuat, tapi saat aku meminumnya, aku bisa melihat SP barku terisi kembali.
Ya, jadi ini betul-betul memulihkan SP. Kalau dipikir-pikir, Ren dan yang lainnya menggunakan skill secara terus menerus, jadi mereka pasti punya cara untuk memulihkan SP mereka sendiri.
"Tuan Naofumi!"
Raphtalia melihat aku mengacak-acak saku Lonte itu dan berteriak padaku.
Tapi serius, mereka nggak bisa bertarung, dan aku betul-betul nggak punya pilihan lain.
"Sungguh memalukan. Dan kau menyebut dirimu sendiri seorang pahlawan?"
"Aku nggak peduli meski memalukan. Wanita ini sudah melakukan sesuatu yang jauh lebih buruk daripada 'memalukan'. Aku sangat membenci dia."
"Master, kau seperti orang jahat!"
"Diam."
"Musuh sudah mengatakan kebenarannya, aku nggak tau harus ngomong apa."
Raphtalia mendesah. Musuh nampaknya semakin jengkel pada kami.
"Dia nggak dipihak kita, tapi dia nggak salah."
"Bodo amat."
Aku mendatangi para pahlawan yang lain, dan Glass bersiap untuk bertarung.
Mereka nggak mampu bertarung, jadi nggak ada yang bisa kulakukan untuk melibatkan mereka lebih jauh lagi dalam pertempuran. Glass nampaknya memahami itu juga. Dia memiliki sikap yang seperti seorang samurai. Dia mungkin cuma ingin melawan orang yang menantang dia.
"Baiklah kalau begitu. Kurasa pembicaraan kita sudah cukup panjang!"
Dia membuka kipasnya dan menyerbu kearahku.
Dia sangat cepat! Aku segera mengangkat perisaiku. Nyaris terlambat-aku menahan serangannya dengan perisaiku, dan itu menghasilkan dentuman yang keras.
Sial! Berat sekali. Dia cuma menyerang sekali, tapi kejutannya telah mengguncang tanganku yang memegang perisai sampai tanganku mati rasa.
Serangannya lebih kuat, jauh lebih kuat daripada serangan Zombie Dragon. Kalau dia bisa mengeluarkan serangan sekuat itu menggunakan kipas miliknya, maka Raphtalia dan Filo betul-betul dalam masalah besar.
"Raphtalia! Filo! Waspadalah! Dia sangat kuat."
"Dimengerti!"
"Oke!"
"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah, lindungi mereka! First Guard!"
Aku memberi sihir pendukung pada mereka berdua, dan pertempuran mulai serius.
"Kalau kita bertarung disini, para Pahlawan yang telah tumbang cuma akan mengganggu. Rasa estetikaku tidak mentoleransi gangguan yang tidak perlu dalam pertarungan agung kita. Ayo pergi ke tempat lain."
Seolah dia memahami niat sejatiku, dia melompat dari kapal. Kami mengikuti dia.
"Ini sepertinya sebuah tempat dimana kita bisa bertarung tanpa gangguan. Ayo kita mulai!"
Jika serangan kipasnya mengenai tempat yang nggak bisa kulindungi dengan perisaiku, serangan itu cukup kuat untuk menembus defenseku, menyebabkan rasa sakit dan meninggalkan luka. Kalau aku punya kesempatan, aku akan mengeluarkan First Heal untuk menutupi damage yang ku terima. Tapi waktunya sangat singkat.
Serangannya sangat cepat dan kuat. Lebih dari apapun, dia cerdas. Itu nggak seperti melawan seekor monster. Dia menyadari bahwa serangannya nggak terlalu efektif padaku, jadi dia menargetkan Raphtalia dan Filo.
"Nggak akan kubiarkan!"
Aku menggunakan Shield Prison. Aku mengirimnya ke tempat Glass berdiri.
"Ha! Menyedihkan."
Glass menghancurkan Shield Prison itu dengan lambaian tangannya.
Tapi itu bukanlah rencana asliku.
Alasan sebenarnya aku menggunakan Shield Prison adalah....
"Hiyaaaa!"
"Rasakan ini!"
Agar dia nggak bisa melihat serangan yang datang dari Raphtalia dan Filo.
"Ugh!"
Serangan dari Raphtalia dan Filo meliputi jangkauan yang lebih luas daripada yang bisa ditahan oleh Glass menggunakan kipasnya, dan tempat dimana serangan mereka menyentuh lawan menghasilkan percikan api.
"Jadi kau menggunakan taktik bertarung yang sama. Ini jauh lebih menarik daripada para pahlawan yang lain."
Dia segera mengeluarkan serangan balik. Kipasnya terbuka dan menebas pada Raphtalia.
Aku nggak akan membiarkan itu terjadi!
Aku melompat kedepan Raphtalia tepat waktu dan melindungi dia. Aku menerima serangan itu dengan perisaiku, yang mana mengaktifkan skill serangan balik Snake Fang (medium), dan perisai itu menggigit musuh.
"Kau pikir sebuah serangan sederhana seperti itu bisa mengalahkan aku?"
Sepertinya racun nggak bekerja terhadap dia. Setelah menerima serangan Snake Fang, dia nggak kelihatan terpengaruh.
Tentu saja aku mengetahui defense miliknya saat aku melihat dia menangkis serangan Raphtalia dan Filo menggunakan Iron Fan.
Meski begitu, dia terlalu kuat. Serangannya sangat kuat.
Fakta bahwa dia telah mengalahkan para pahlawan yang lain begitu cepat telah membuktikan seberapa kuatnya dia.
Sejujurnya, aku nggak bisa menggambarkan suatu versi dari pertarungan ini yang berakhir kemenangan untuk kami. Bahkan jika aku bisa terus melakukan penyembuhan, aku nggak tau cara untuk mengalahkan Glass. Kami nggak cukup kuat.
"Master, lihat sihirku ini!"
Filo menyilangkan tangannya dan berlari kearah Glass.
"Haikuikku!"
Dia telah menggunakan itu saat dia melawan inter-dimensional Soul Eater. Itu adalah sebuah teknik yang kuat yang membuat dia bergerak lebih cepat.
Selama sesaat, Filo terlihat kabur.
Saat dia memukul lawan, serangannya begitu kuat hingga membuat udara bergetar, dan aku merasakan guncangannya melalui perisaiku.
"Ugh... Orang ini keras banget! Dia menerima seranganku tapi nggak terlempar!"
"Ya, kau bisa menendangku delapan kali dalam sekejap. Sayangnya kau tidak cukup kuat."
Apa? Apa maksud dia bahwa dia bisa mengikuti serangan Filo?
Glass berbalik dengan cepat, seperti berjinjit sambil berputar, dan membuka kipasnya, menebas Filo. Dia adalah musuh kami, tapi mau gak mau aku mengagumi pergerakannya yang anggun. Dia menerima serangan Filo bahkan tanpa mengedipkan mata.
"Filo! Sekali lagi!"
"Nggak bisa! Aku nggak punya sihir lagi, dan aku butuh waktu sebelum aku bisa menyerang lagi!"
Jadi itu adalah serangan rahasia dan ultimate miliknya? Kurasa dia nggak bisa menggunakannya secara beruntun selama pertempuran yang sebelumnya juga.
Ini buruk. Kami kehabisan pilihan.
Sembari Filo terus menyibukkan Glass, Raphtalia bermanuver dibelakang dia dan mengeluarkan serangan kejutan. Dia muncul secara tiba-tiba entah dari mana, jadi dia pasti menggunakan sihir untuk menyembunyikan dirinya sendiri.
"Sekarang! Filo!"
Dia menunggu saat yang tepat-menunggu Glass menunjukkan kelemahannya. Glass pasti akan menerima damage yang berat kalau dia diserang dari belakang.
Namun....
"Apa yang kau lakukan?"
Tidak! Raphtalia telah menyelinap kebelakang Glass dan melakukan serangan secara langsung pada punggungnya, tapi Glass menghentikannya bahkan tanpa menoleh.
"Percuma saja."
Glass kelihatan agak kecewa. Dia menghela nafas dan kemudian menyibakkan kipasnya, menepis pedang milik Raphtalia. Dia terlihat bergerak seringan hembusan angin, tapi tabrakan dari kipas miliknya pada pedang tersebut memberitahukan kekuatan yang dia sembunyikan.
Clang!
"Ap...."
Pedang milik Raphtalia... patah?!
Seberapa kuat cewek ini? Memang, Iron Fan sudah lama diketahui mampu mematahkan sebuah pedang-tapi bisa-bisanya dia melakukannya semudah itu? Aku menggunakan First Guard pada diriku sendiri dan mengubah perisaiku menjadi perisai yang paling keras yang kumiliki, tapi meskipun dengan itu aku nyaris gagal menghentikan serangannya.
Sekarang cuma Filo yang punya peluang mengalahkan dia. Tapi Filo nggak cukup kuat.
"Ugh...."
Raphtalia melompat mundur untuk menjaga jarak dari musuh. Lalu dia mengeluarkan sebuah pedang kecil yang dia simpan. Apa dia punya peluang?
"Apa ini kemampuan sejatimu? Sejujurnya, aku mengharapkan lebih darimu."
"Jadi itu yang kau harapkan. Sepanjang waktu ini kami sudah mengerahkan segala yang kami punya!"
"Sayang sekali."
Seluruh tubuh Glass mulai memancarkan cahaya.
Gawat! Itu adalah serangan yang telah mengalahkan para pahlawan yang lain!
"Raphtalia! Filo!"
Glass mulai berputar, seolah dia sedang menari. Cum sesaat-kami nyaris gak berhasil tepat waktu! Raphtalia dan Filo melompat ke belakangku.
"Shield Prison!"
Aku menetapkan aku sendiri sebagai targetnya, dan kami segera tertutupi sebuah kerangkeng perisai sihir.
Ini adalah cara lain untuk menggunakan Shield Prison. Skill ini bukan cuma untuk menghentikan musuh. Aku juga bisa menggunakannya untuk melindungi kami.
Dinding perisai ini akan melindungi kami selama kami berada didalam.
Diantara semua skill milikku, Shield Prison memiliki tingkat pertahanan paling tinggi.
"Dancing Circle Zero! Reverse Snow Moon Flower!"
Terjadi hembusan angin yang kuat, dan bombardir dari Iron Fan menghancurkan Shield Prison.
"Ugh..."
Serangan itu sangat kuat. Kalau menghancurkan Shield Prison dan melukai kami, maka sepertinya wajar saja kalau serangan itu bisa mengalahkan para pahlawan yang lain.
"Apa kalian berdua baik-baik saja?"
"Ya..."
"Sakit banget!"
Aku berbalik dan memgetahui mereka berdua menderita karena serangan itu. Aku segera memberi salep penyembuh pada lukaku sendiri. Mereka berada dalam jangkauan efektif dari skill, jadi salep itu bekerja pada mereka juga, menyembuhkan luka-luka mereka.
"Mengesankan. Kau bisa bertahan terhadap seranganku dengan kemampuan defensifmu."
Tornadonya menghilang, dan musuh berjalan kearah kami.
"Senang rasanya kau memberi pengakuan pada kami."
Kami sudah compang-camping dan kelelahan, tapi kami masih belum kalah.
"Berikutnya apa lagi? Bukankah kau akan menggunakan perisai api yang sebelumnya?"
Dia pikir aku menahan diri?
Atau, bisa juga... Itu seperti dia menunggu aku menggunakan Shield of Rage II.
Apa yang harus kulakukan? Terus melawan dalam pertempuran yang gak bisa dimenangkan? Menyuruh Filo menjauh dan menggunakan Shield of Rage II seraya mengetahui kalau perisai itu akan melahapku?
Kalau ujung-ujungnya kami memang akan kalah, haruskah aku menerima penyesalan dari menggunakannya?
"Baik. Tapi kau nggak tau apa yang akan kau hadapi!"
Aku mengubah perisaiku menjadi Shield of Rage II.
"Gaaaaaaaaahhhhhh!"
Filo berlari kearah Glass lagi dan mengeluarkan tendangan-tendangan ganas.
"Seranganmu memang lebih kuat daripada mereka, tapi sayangnya..."
Glass bahkan tidak mengubah posisinya.
Semua tendangan Filo berhasil, tapi Glass sepenuhnya tak terpengaruh.
"Apa gunanya?"
Dia menggunakan kipasnya untuk mengibaskan Filo.
"Gah!"
Dia cuma mengikis Filo, tapi Filo terlempar lima meter ke udara.
"Ugh...."
Seberapa kuat cewek ini? Kalau ini adalah sebuah game, aku akan mengharapkan "event wajib kalah" yang gak bisa dihindari dimulai dari sekarang.
"Ugh....."
Tapi aku masih berdiri.
Aku akan baik-baik saja. Nggak peduli seberapa kuat kebencian yang mungkin akan menguasai aku, itu nggak akan bisa mengalahkan perasaan yang kumiliki untuk orang-orang yang mempercayai aku.
Tapi kalau dibiarkan terlalu lama, itu akan berbahaya.
Keringat dingin mengucur di wajahku, tapi aku terus melangkah maju, memberi tanda pada Raphtalia agar menjauh.
"Tuan Naofumi... Apa kamu yakin?"
"Ya, aku bisa mengendalikannya."
Aku terus berjalan sampai aku berada dekat dengan Glass. Masih ada beberapa Soul-Healing Water didalam botol yang kuambil dari Lonte itu. Aku meminumnya dan memulihkan SPku.
Aku merasa seperti tiba-tiba aku bisa berkonsentrasi. Aku merasa segar. Aku merasa seperti aku bisa menahan perisainya melahapku sepenuhnya.
"Tunjikan padaku apa yang kau punya."
"Dengan senang hati!"
Kipas miliknya dibuka dan menebas kearahku.
Ya, serangan ini jauh lebih kuat daripada Chimera Viper Shield. Aku mengangkat perisaiku.
Kutukan pembakar diri diaktifkan, berpusat padaku.
Api berkobar ganas sebanding dengan amarahku. Tapi aku bisa mengendalikan amarahku, jadi itu mungkin membatasi kekuatan dari serangan balik tersebut.
Tapi api itu tetap mengandung kutukan. Raphtalia menjauh saat melihat api itu.
Sesaat kemudian Shield of Rage II meledakkan api hitam, berputar-putar kearah langit. Glass terhempas menjauh.
"Apa?!"
Tapi dia nggak terpengaruh. Dia berdiri disana, seolah angin sedang melihat dia.
Mungkinkah? Kutukan pembakar diri adalah serangan balik terkuat yang kumiliki. Mungkinkah dia betul-betul membiarkannya mengenainya tanpa kuatir sama sekali?
Seberapa tangguh cewek ini?!
"Kenapa kau masih bermain-main?"
Sialan! Dia terlalu kuat! Bahkan Shield of Rage II nggak bisa melawannya!
"Apa cuma itu yang kau punya? Circle Dance Rupture, Tortoise Shell Crack!"
Dia menarik kipasnya dan kemudian menusukkannya kuat-kuat kearahku. Kipas itu memancarkan sesuatu seperti sebuah anak panah cahaya yang tajam.
Sialan! Aku mengangkat perisaiku dan merasakan getaran kejutnya yang berat. Seluruh tubuhku terasa sakit.
Aku menerima damage melalui perisaiku.
"Ugh...."
"Jadi kau bisa menyerap sebuah serangan sekuat itu? Mengesankan."
Sangat sulit untuk tetap fokus karena rasa sakitnya. Tapi aku nggak boleh kalah. Tidak sekarang.
"Serangan yang kuat."
Mungkin itu adalah serangan tusukan. Serangan itu muncul dalam game-game.
Serangga itu punya peluang mengabaikan tingkat pertahanan targetnya. Beberapa serangan akan menimbulkan damage yang bahkan lebih besar pada target yang memiliki tingkat pertahanan yang lebih tinggi.
Apa itu yang dimaksudkan para pahlawan lain saat mereka mengatakan bahwa penguna perisai menjadi kurang berguna seiring berjalannya waktu?
Dalam game online, exp poin cenderung semakin dan semakin susah untuk didapatkan saat kau naik level. Aku gak tau game macam apa yang bisa dimainkan oleh para pahlawan yang lain, tapi adapun untuk game yang kumainkan, aku bisa memikirkan beberapa contoh tentang benarnya hal itu.
Yang pertama adalah yang paling sederhana. Kekuatan serangan musuh pada akhirnya akan melampaui kemampuan bertahan dari perisai.
Selanjutnya, berdasarkan pada penghindaran karena saat kau naik level, akan semakin banyak musuh yang bisa dibunuh dengan cepat dengan satu serangan.
Yang terakhir adalah game tipe tembak, kemampuan bertahan dari pengguna perisai nggak seberguna kemampuan untuk dengan cepat menjatuhkan musuh dengan kekuatan seranganmu.
Aku sudah memikirkan tentang penolakan semua orang tentang kelas perisai, tapi nggak satupun pilihan itu ada didunia ini. Aku nggak bisa mengetahuinya, tapi aku nggak punya pilihan selain terus maju.
Aku menggunakan First Heal untuk menyembuhkan lukaku.
"Aku telah menemukan kelemahan dari seranganmu."
Glass berbicara dengan kepercayaan diri yang tinggi.
"Api hitam itu akan muncul dalam menanggapi serangan disekitarmu. Kalau kau diserang dari jarak jauh, api itu tidak akan aktif. Lalu kau berteriak pada para bawahanmu untuk mengindikasikan targetnya."
Sial. Dia sudah mengatahui semuanya. Dia adalah seorang bushi yang sebenarnya. Dan kemampuan mengamati miliknya sangat tajam.
Gelombang pertama bossnya adalah seekor binatang hitam, yang kedua seekor chimera. Kali ini adalah sebuah kecerdasan. Itu adalah orang.
Sebenarnya apa sih gelombang-gelombang ini? Bukankah itu cuma bencana alam?
"Jadi itulah yang harus kulakukan untuk menang. Aku mengalahkan partymu, dan kemudian menyerangmu dari jauh. Itu akan sangat mudah. Tapi sejujurnya, strategi semacam itu tidaklah diperlukan dalam pertarungan seperti ini."
"Ugh..."
"Datanglah dengan serangan teekuatmu."
Itu seperti dia sedang bermain denganku. Dia bahkan nggak terlihat seperti dia bersiap untuk menghindari seranganku.
Aku tau kenapa. Itu karena dia sedang bermain denganku.
Kalau dia bertahan dari serangan terkuatku dan menerimanya secara langsung tanpa menghindar, itu adalah cara dia mempermalukan aku.
Tapi aku nggak akan kalah semudah itu. Aku gak boleh kalah!
"Diam! Shield Prison! Change Shield (serangan)!"
Glass segera terjebak didalam Shield Prison, dan perisai itu segera berubah menjadi perisai yang akan menyerang dia.
Dan kemudian....
"Iron Maiden!"
Aku menggunakan skill terbaruku-sebuah kematian seketika.
Sebuah ruang besi yang besar, berbentuk seperti seorang wanita, muncul di langit dan menarik Shield Prison kedalamnya. Pintunya tertutup, dan perisai-perisai itu menusuk.
"Rasakan itu."
Tapi....
"Kau lebih kuat daripada yang kuduga."
Pintunya terbuka, dan Glass masih hidup dan baik-baik saja didalamnya.
Iron Maiden nggak bisa memberi banyak damage pada dia, dan Iron Maiden itu hancur menjadi partikel-partikel cahaya kecil dan lenyap.
Iron Maiden itu lenyap, meninggalkan Glass berdiri disana tanpa tergores.
Seolah nggak terjadi apa-apa.
"Tapi...."
Nggak ada pilihan lain.
"Baiklah kalau begitu, kita akan menganggap gelombang ini selesai-dan kamilah yang menang. Aku tidak memendam kebencian padamu. Akan tetapi...."
Sebelum dia menyelesaikan perkataannya, ikon jam pasir penghitung mundur di sudut pandanganku berubah dengan cepat.
00:59
Setelan angka baru muncul.
"Waktunya? Tapi itu jauh lebih cepat daripada...."
Sekarang! Raphtalia mengatur nafasnya denganku dan segara merapal sebuah mantra sihir.
"First Light!"
Sebuah bola cahaya muncul tepat didepan Glass-lalu bola itu meledak menghasilkan ledakan cahaya yang besar.
Glass tertegun karena ledakan itu dan berdiri tak bergerak selama beberapa saat.
Aku segera mengubah perisaiku menjadi Chimera Viper Shield dan berlari kearah Filo. Dia sudah berdiri, siap untuk menggila, tapi dengan cepat kembali sadar.
"Bawa kami menjauh dari sini!"
"Tunggu!"
"Jangan ragukan kecepatannya. Kita akan menjauh."
"Kau mau mengabaikan peraturan dari gelombang? Aku tidak bisa membiarkanmu melakukan itu."
"Aku muak! Apa yang terjadi?!"
Kurasa dia nggak betul-betul ingin bertarung.
Kalau Iron Maiden nggak mempan maka aku sudah kehabisan pilihan.
"Baiklah kalau begitu. Ini mengecewakan, tapi sepertinya kami kehabisan waktu."
Glass berjalan kearah retakan raksasa itu. Sebelum dia memasukinya dia berhenti, kemudian menoleh.
Apa? Apa yang ingin dia katakan?
"Aku akan mundur untuk saat ini, tapi kau tidak akan seberuntung ini lain kali. Jangan sampai kau lupa bahwa kami yang akan muncul dari gelombang kemenangan. Jika itu adalah kekuatan sejatimu, itu cuma masalah waktu saja."
Apa yang dia maksud dengan "kami"? Dia membuatnya terdengar seperti semacam kompetisi.
Aku nggak paham. Kupikir bahwa gelombang-gelombang itu merupakan bencana alam dan akan menghancurkan dunia.
Kalau dipikir lebih jauh lagi, aku menyadari bahwa sepertinya nggak seorangpun tau tentang gelombang-gelombang itu. Kami harus mencari tau apa mereka itu. Setidaknya, kami menyadari bahwa musuh sangat cerdas, dan suatu pasukan yang gak bisa diremehkan.
Si Sampah dan Lonte itu betul-betul menahanku. Kami baru saja menemukan siapa musuh sejati kami, musuh yang harus dilawan para pahlawan.
Astaga... musuh, kemanapun aku melihat, ada lebih banyak musuh!
"Naofumi. Aku akan mengingat namamu. Sembuhkan lukamu dan tunggulah kedatanganku lagi."
"Nggak usah repot-repot mengingat namaku. Kami nggak berencana kalah darimu."
Dia mengangguk, puas. Kemudian dia membunuh seekor Soul Eater yang bersembunyi di dekat retakan sebelum melangkah masuk dan menghilang.
Apa dia baru saja membunuh sekutunya? Glass adalah seorang manusia, jadi apa dia nggak berada di pihak Soul Eater?
Saat Glass mundur, retakannya tertutup, dan di saat yang bersamaan, jam pasir penghitung mundur lenyap dari pandanganku.
"Whew...."
"Kita berhasil selamat, tapi siapa wanita itu?"
"Siapa yang tau."
"Wheeeeeeew!"
Filo kehabisan tenaga, dan dia berbaring telentang di tanah. Sesaat aku merasa ingin begitu juga.
"Yah, kita berhasil menutup gelombangnya."
"Kita berhasil."
"Aku capek!"
"Aku juga. Tinggalkan saja para pahlawan itu ditempat mereka berada dan ambil sesuatu yang bisa dimanfaatkan."
Sejujurnya, itu adalah suatu kekalahan besar. Gimana bisa kami tau musuhnya sekuat itu? Kalau kami nggak bisa menang meskipun mengetahui segala rahasia dari gamenya, apa kami punya harapan?
Dan perhitungan mundur apa yang muncul di akhir tadi?
Apapun itu, kami harus menjadi lebih kuat sebelum gelombang berikutnya tiba.
Itu sudah jelas, kalau kami nggak berganti kelas, kami nggak akan bisa selamat pada gelombang berikutnya.
Tapi tetap saja, yang lainnya pasti telah berganti kelas-dan mereka masih saja kalah. Kami butuh sesuatu yang lain, semacam keuntungan yang besar.
Dengan begitu, gelombang kehancuran yang ketiga telah berakhir, dan kami berhasil selamat.
***
bình luận đoạn văn
Tính năng bình luận đoạn văn hiện đã có trên Web! Di chuyển chuột qua bất kỳ đoạn nào và nhấp vào biểu tượng để thêm nhận xét của bạn.
Ngoài ra, bạn luôn có thể tắt / bật nó trong Cài đặt.
ĐÃ NHẬN ĐƯỢC