Jadi ada sebuah desa yang membutuhkan pembasmi gulma dalam jumlah yang besar. Kami bergegas kesana.
"Master!"
"Ada apa?"
"Um... Tanaman ini banyak sekali!"
Raphtalia dan aku melihat keluar. Jalanannya tertutupi tanaman yang begitu rimbun hingga memenuhi seluruh jalan.
"Apa-apaan ini?!"
Tanaman itu bergerak pelan-pelan, tapi kalau kau memperhatikannya dengan cermat kau bisa melihat tanaman itu merayap dan menyebar ke jalan.
"Desanya...."
Aku melihat sekeliling untuk memahami area sekitar, dan aku melihat sesuatu di kejauhan yang tampak seperti sebuah kamp pengungsi.
"Filo, bawa kami kesana."
"Oke."
Kami sampai di kamp itu dan segera mulai menjual produk kami.
"Baiklah, jadi berapa harga yang harus kita pasang untuk pembasmi gulma?"
Mereka pasti membutuhkannya untuk mencoba mengendalikan tanaman yang kami lihat tadi.
Aku mulai mengerti kenapa si penjual aksesoris merekomendasikan tempat ini pada kami—tentunya, kami harusnya bisa melakukan bisnis disini.
Tapi berapa? Berapa harga yang harus kami tetapkan?
"Mungkin ada seorang pembeli terspesialis."
"Iya juga."
Kami keluar dari kereta dan mulai bertanya.
Aku mengubah perisaiku menjadi Book Shield. Lalu aku memutarnya ke bagian dalam lenganku dan berpura-pura menjadi seorang merchant yang berjalan-jalan sambil membawa buku. Kalau mereka nggak menyadari perisaiku, mereka nggak akan kepikiran kalau aku adalah Pahlawan Perisai.
"Aku mendengar bahwa kau butuh pembasmi gulma, dan bersedia membeliny."
Aku menemukan seseorang di kamp itu yang berpakaian lebih baik daripada yang lainnya. Kayaknya dia adalah ketuanya.
"Ah... Seorang merchant? Kebetulan sekali kau ada disini."
"Apa yang terjadi disini?"
Aku menatap ke kejauhan dan melihat seluruh area dipenuhi dengan tanaman.
"Ya, itu... desa kami sedang dilanda kelaparan."
Itu mengingatkan aku... kurasa aku pernah mendengar tentang tempat ini. Tapi bukankah Motoyasu sudah menanganinya?
"Sang Pahlawan Tombak berhasil melepas segel pada sebuah benih ajaib untuk kami. Yang mana itu menyelesaikan bencana kelaparan, namun...."
"Apa maksudmu tanaman ini berasal dari benih ajaib itu?"
Aku menatap tanaman itu. Kalau diperhatikan lebih cermat, aku melihat berbagai buah dan sayuran yang tubuh dari ranting yang melingkar.
Jadi para pengungsi punya banyak persediaan untuk dimakan, dan masalah kelaparan terselesaikan. Mereka bisa mendapatkan ubi dari akarnya. Mereka menggali tanaman itu dengan sekop.
Jadi sepertinya mereka bisa menyelesaikan masalah kelaparan, tapi tanaman itu terlalu kuat, dan mereka kehabisan tempat untuk tinggal?
Kau itu setolol apa sih?
Coba pikirkan lagi, sejak awal sudah pasti ada alasan kenapa benih itu disegel. Kalau mereka membiarkannya, semuanya akan baik-baik saja.
Motoyasu, si tolol itu? Apaan yang ada di otaknya?
Oh ya... Kami berada disekitar sini beberapa saat yang lalu, saat kami bersama dangan witch itu.
"Kepada engkau yang akan menghancurkan segel benih ini. Harapanku adalah bahwa benih ini tidak pernah dilepaskan ke dunia. Benih ini akan mempermainkan harapan orang-orang untuk terbebas dari kelaparan, mewujudkan harapan mereka dengan cara terburuk yang bisa dibayangkan. Segel ini tidak mudah untuk di hancurkan."
Ya, itulah yang di katakan. Kenapa dia menghancurkan segel benih itu?
Dia pasti gak membacanya. Dia pasti gak tau itu dari semua pengalaman gamenya.
"Dipinggiran sini nggak nggak ada masalah besar. Tapi kalau kau pergi ke desa, tanaman disana telah mulai berubah menjadi monster."
Jadi tanaman bisa bermutasi.... Bagus.
Dia betul-betul tolol.
Sangat mudah untuk membuatku bad mood. Itu terjadi sangat cepat sekali kali ini.
Dia sangat terampil. Dia tau gimana caranya menghancurkan suasana hatiku.
"Jadi itu sebabnya aku membutuhkan pembasmi gulma?"
"Ya."
Kalau orang-orang ini adalah para petani, kau akan menganggap mereka sudah tau gimana mengendalikan gulma... tapi terserahlah.
"Awalnya kami semua begitu senang. Tapi setelah tanaman itu memenuhi ladang dan kemudian rumah kami.... Yah, kami memakai kampak untuk mencoba mengendalikan dan menahan tanaman itu di pinggiran area pemukiman, tapi tanaman itu tumbuh dengan sangat cepat."
"Kapan semua ini terjadi?"
"Setelah sang Pahlawan pergi, kami nggak mengalami masalah apapun selama dua minggu. Tapi sekitar setengah bulan yang lalu, semuanya dimulai..."
"Uh huh. Apa kalian sudah melapor ke Raja?"
"Ya. Tapi mereka bilang bahwa butuh beberapa saat sebelum seorang Pahlawan bisa sampai ke sini. Oleh karena itu kami terpaksa melakukan segala yang kami bisa menggunakan pembasmi gulma untuk sementara waktu...."
Huff... Secara nggak sadar aku menghela nafas.
"Kenapa nggak coba kalian bakar saja?"
"Kami sudah mencoba segala sesuatu yang bisa kamu pikirkan."
"Jadi kurasa kau sudah mencoba membakarnya...."
Mereka mungkin sudah mencoba meminta bantuan pada para petualang juga.
Aku melihat sekekiking kamp, dan benar saja—ada sejumlah orang yang membawa senjata dan memakai equipment. Mereka bukanlah warga desa.
"Ahhhhhhhhh!"
Jeritan memekakan telinga terdengar dari arah desa.
"Apa itu?!"
"Kami sudah berusaha menghentikan dia, tapi ada seorang petualang yang ingin bertarung didalam desa untuk meningkatkan levelnya. Itu pasti dia."
Warga itu menghela nafas sambil menjawab, seolah dia sudah berusaha melakukan apa yang dia bisa.
"Sialan! Filo!"
"Oke!"
Aku menunjuk kearah desa. Filo sedang menjejali mulutnya dengan buah-buahan dari tanaman itu, tapi dia segera berlari saat aku memberi sinyal.
Dia berlari dengan kecepatan penuh kearah desa, dan nggak lama setelah itu dia kembali bersama tiga petualang. Mereka babak belur.
"Gimana keadaan desanya?"
"Hmm... Yah, monster-monster tanaman menggerogoti segalanya. Ada beberapa monster keren yang menyemburkan racun dan zat asam dan sebagainya. Para petualang kaum lemah nggak usah kesana! Geblek!"
"Bagian terakhirnya gak diperlukan."
"Oke!"
Para penduduk desa terkejut saat mereka melihat Filo berbicara.
"Oh, kami sudah mendengar tentangmu! Kau adalah orang suci pembawa keajaiban yang bepergian bersama dewa burung penarik kereta!"
Seolah baru saja menyadari diriku, mereka berlari mendekat dan menjabat tanganku.
"Yah aku nggak tau mengenai orang suci... tapi aku memang punya seekor burung dan sebuah kereta."
"Tolong selamatkan desa kami! Ada orang-orang yang bahkan telah dimakan oleh tanaman itu!"
"Maksudmu tanaman-tanaman itu bersifat parasit? Astaga..."
Aku mengeluarkan obat pemulih dan beberapa pembasmi gulma dan kemudian berjalan ke sebuah tenda. Didalamnya ada sejumlah orang yang terbaring, dan tubuh mereka setengah berubah menjadi tanaman.
"Aku gak janji aku bisa menyembuhkan mereka. Selain itu, aku bukan dermawan. Aku meminta bayaran."
"Ya...."
Aku berjalan ke pasien terdekat, seorang anak kecil yang kayaknya mengalami masalah pernafasan, dan memberi dia obat pemulih.
Anak itu diselimuti cahaya lembut, dan nafasnya menjadi stabil. Lalu aku mengoleskan pembasmi gulma pada area tubuhnya yang terinfeksi.
Anak itu kesakitan sebentar, tapi kemudian daun-daunnya layu dan berguguran, dan anak itu tampaknya terobati.
"Oh...."
"Kau betul-betul malaikat penyelamat!"
Semua orang berbisik takjub. Aku memberi obat yang sama pada para pasien yang lainnya.
Setelah semua orang sudah diobati, suasana di kamp itu membaik. Kurasa siapapun akan senang melihat kondisi mereka membaik.
"Terimakasih! Terimakasih banyak!"
Semua orang berterimakasih padaku..
"Waktunya pembayaran."
Aku meminta harga yang lebih tinggu daripada harga pasar pada umumnya.
Adapun untuk alasannya adalah: kalau mereka sudah memohon bantuan pada Raja, maka ada peluang bahwa Pahlawan yang lain akan muncul setiap saat. Dan jika demikian, maka dengan segera mereka juga akan tau siapa aku, dan kemudian mereka akan mengatakan hal yang berbeda.
Para warga dengan gembira membayarku. Semuanya berjalan sesuai dengan rencana.
"Baiklah, aku akan menjual pembasmi gulma pada kalian. Kita percepat saja. Setelah kalian membelinya, aku akan pergi dari ini."
"Um... Wahai penyelamat.... Bisakah kau menyelamatkan desa kami?"
"Apa?! Kupikir kau sudah meminta seorang Pahlawan untuk datang kesini."
"Ya, tapi...."
Ugh... Semua warga bersujud di kakiku dan memohon padaku.
Aku nggak sekuat itu. Selain itu, aku gak punya tanggung jawab terhadap mereka.
"Aku menolak."
"Kumohon. Kalau kau butuh uang, kami akan mencari cara..."
"Kalian harus membayar dimuka. Dan kalau sesuatu terjadi, aku nggak menerima keluhan apapun. Sekarang, kalau kalian mengetahui apapun tentang benih yang di lepaskan segelnya oleh Pahlawan Tombak, lebih baik katakan padaku sekarang."
Para warga memanggil warga yang lainnya satu persatu, dan setelah itu aku dikelilingi oleh orang yang mengulurkan uang dari saku mereka. Aku meluangkan waktu untuk mencari tau apa yang bisa ku lakukan.
Sepertinya benih itu disegel di reruntuhan nggak jauh dari sini, dan dijaga oleh penjaga yang kuat.
Kalau tanaman ini menghancurkan segalanya, seseorang pasti bertanya-tanya apa yang terjadi pada penjaganya. Tidak? Aku menghela nafas... Para warga ini nggak banyak membantu.
Para warga percaya bahwa benih ini merupakan ciptaan dari seorang alkemis yang menjadikan reruntuhan itu markasnya. Dan benih itu disegel pada suatu waktu setelah itu. Menurut laporan yang mereka miliki, dimasa lalu area ini dikuasai oleh tanaman.
"Kalau kalian punya legenda seperti itu disini, kenapa juga kau melepas segel benih itu? Pastinya ada orang yang menyadarinya?"
Semua orang menundukkan kepala.
Mereka pasti menganggapnya aman karena seorang Pahlawan yang memberikannya pada mereka.
Kami membicarakan semua ini sampai ketika mereka mengumumkan bahwa mereka telah mendapatkan uang yang kuminta.
Jumlah uangnya cukup banyak. Aku bisa saja mengambilnya lalu melarikan diri.
"Oke, aku paham. Aku akan melakukan apa yang aku bisa."
Aku mengubah perisaiku menjadi Chimera Viper Shield. Yang mana itu akan lebih baik untuk pertarungan.
"Pa...Pahlawan Perisai?!"
Aku mengabaikan teriakan dari para warga dan masuk lebih dalam kedalam tanaman itu. Raphtali dan Filo mengikuti dibelakangku.
Aku menaruh semua uang itu kedalam kantong dan meningkatnya di pinggangku, lalu bergerak semakin dan semakin dalam kedalam tanaman itu.
***
"Raphtalia, Filo, hati-hati."
Jadi hari ini kami akan melawan para tanaman.
Aku sudah terbiasa menangani herbal dan rumput, tapi tanaman disekitar kami saat ini betul-betul berbeda.
Tanaman-tanaman ini ditumbuhi buah-buah yang berbeda, dan akarnya keluar ubi. Bukan cuma itu saja. Mereka parasit (dan bisa menginfeksi tubuhmu) dan bisa menyemburkan racun dan cairan asam.
Aku berpikir bahwa pembasmi gulma mungkin akan jadi cara terbaik kami. Yah meskipun secara fisik aku nggak tau apakah memotong mereka atau menghajar mereka dalam pertempuran akan banyak berpengaruh.
Kami berjalan selama beberapa saat sebelum tanaman merambat itu memutuskan untuk menyerang kami.
"Hah!"
"Hiyah!"
Raphtalia dan Filo segera mengurus mereka dengan cepat.
Tapi itu nggak menyebabkan tanaman itu berhenti. Yang ada malah menyebabkan lebih banyak masalah, karena sekarang tanaman yang lain tertarik pada kami.
Kami mencoba menggunakan sihir....
"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan pahamilah. Lindungi mereka! Fast Guard!"
Aku memberi sihir pelindung pada Raphtalia dan Filo.
Sihir itu akan meningkatkan tingkat pertahanan targetnya. Kalau aku menggunakan sihir itu pada diriku sendiri, itu akan lebih efektif lagi karena defenseku sudah sangat tinggi.
"Makasih, Tuan Naofumi."
"Makasih!"
Mereka berdua berterimakasih padaku, tapi kami diserang oleh tanaman lain lagi.
Kami bisa terus menekan, tapi apa yang harus kami lakukan untuk menyingkirkan tanaman ini?
Tanpa pembasmi gulma atau sihir, kami nggak punya pilihan lain selain mundur. Tapi dengan keadaan sekarang ini, mungkin kami bisa membunuh mereka satu per satu dan terus bergerak.
Kalau kami bertemu monster di pusat desa, mereka mungkin punya satu atau dua petunjuk yang bisa kami gunakan.
Kami gak tau gimana caranya mereka menghancurkan segelnya, jadi aku gak punya ide yang bagus. Jadi yang bisa kami lakukan adalah mencoba apa yang kami bisa sampai kami menemukan sesuatu yang berhasil.
Dalam skenario terburuk, kami mungkin harus kembali ke reruntuhan itu—dan itu sangat menjengkelkan.
Tanaman itu nggak cukup kuat untuk bisa menembus defenseku, jadi mereka nggak bisa berbuat banyak untuk menghentikan kami.
"Terus maju! Kita akan tau saat kita sampai disana."
"Baik!"
Kami terus maju dan sampai ke tempat apa yang tampaknya asal muasal dari akar tanaman itu, berada di tengah-tengah area.
Seluruh area ini penuh dengan monster berbasis tanaman. Mereka gak cukup kuat yang mana gak membuat Raphtalia dan Filo kerepotan menghadapi mereka. Meski begitu, aku ingin memastikan mereka tetap terlindungi.
"Um...."
Nama-nama monster itu adalah BioPlant, PlantRiwe, Mandragora.
BioPlant mengacu pada jenis monster tanaman yang mana menghasilkan semua monster tanaman lain. PlantRiwe secara spesifik mengacu pada monster berbentuk manusia yang dihasilkan oleh penggabungan dari berbagai tanaman. Mandragora seperti sebuah tanaman besar yang seperti kendi dan gak bergerak.
Monster penyembur racun yang Filo sebutkan adalah Mandragora. PlantRiwe memiliki sebuah bunga besar yang tumbuh di kepalanya, dan bunga itu mengeluarkan serbuk beracun. Mandragora mengeluarkan cairan asam dari bagian tubuhnya yang merambat, yang mana akan cairan itu akan disemburkan pada mahluk-mahluk lemah, dan kemudian, setelah lumpuh, Mandragora akan menarik mereka kedalam mulutnya.
BioPlant adalah monster sejati, adapun untuk dua monster yang lainnya dihasilkan oleh BioPlant. Tanaman itu akan membentuk sebuah pertumbuhan yang seperti umbi yang akan semakin membesar sampai pecah, menghasilkan monster-monster lain.
Aku mencoba menyiramnya dengan pembasmi gulma, dan monster itu langsung bereaksi, layu dan sekarat seolah aku menikam jantungnya.
Itu gak kelihatan melanggar peraturan non-agresi milikku (peraturan yang diterapkan oleh perisai). Kurasa karena mahluk-mahluk itu betul-betul lebih seperti tanaman daripada monster.
Aku penasaran gimana perisai ini membuat penilaiannya.
Kurasa itu kayak... seperti ketika kau menggunakan air suci pada monster undead untuk mengalahkannya. Itu pasti didasarkan pada penggunaan asli oleh objeknya. Bisa juga itu karena obat tersebut didesain untuk mengembalikan tanaman pada wujud parasit mereka?
Apapun itu, aku gak tau.
"Apa yang terjadi?"
PlantRiwe dan Mandragora terus menyerangku meski sia-sia saja.
Serangan mereka nggak berpengaruh, tapi serbuk beracunnya mulai mempengaruhi nafasku. Dan cairan asamnya juga mulai menjengkelkan. Keduanya memiliki efek menurunkan tingkat defense targetnya, dan ketika aku memeriksa layar statusku aku bisa bilang bahwa itu berpengaruh padaku.
Tetap saja, mereka nggak bisa melukai aku, jadu itu bagus. Sayangnya Snake Poison Fang (medium) nggak berpengaruh pada mereka.
Sepertinya memang sudah wajar. Monster-monster itu menggunakan racun juga, dan mereka adalah tanaman.
"Raphtalia!"
"Uhuk! Ada apa?"
Udaranya sangat pekat, dan kelihatannya Raphtalia mengalami masalah pernafasan.
Meskipun aku bisa menyembuhkan dia dimasa lalu, sistem pernafasannya mungkin masih belum sembuh total dan lebih lemah daripada sistem pernafasan orang lain.
"Ini! Kamu bawalah pembasmi gulma juga."
"Oh, oke!"
Aku memberi dia sebotol pembasmi gulma. Aku ingin dia menggunakannya jika terjadi keadaan darurat atau semacamnya.
Tanaman-tanaman itu merayap kearah dia dan berusaha menyerang dia, tapi Raphtalia dengan tenang melangkah mundur dan memotong mereka.
Mereka nggak setahan yang kuduga.
"Tuan Naofumi? Aku akan menyerang!"
"Oh... um."
Kami terus maju sampai kami tiba di alun-alun kota. Ada sebuah pohon besar yang tumbuh disana.
Sebenarnya... Itu bukanlah sebuah pohon. Itu adalah sekumpulan tanaman merambat yang saling bertautan.
"Kuharap itu adalah pusatnya...."
Kami mendekati batang "pohon" itu, dan tiba-tiba sebuah mata raksasa muncul darinya dan menatap kami.
"!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Itu menakutkan. Tapi kayaknya itu memang pusatnya.
"Master! Aku akan nyerang duluan!"
Filo berlari kearah pohon itu, tapi tanaman merambat terulur darinya untuk menghadang dia.
"Yaaaaah!"
Dia menarik kebelakang kakinya yang kuat dan menendang tanaman itu, membuat mereka terlempar ke udara sebelum dia melompat dan menghadap ke pohon itu. Kesadaran melintas di wajahnya: dia masih terlalu jauh.
"Master!"
"Aku tau! Air Strike Shield!"
Filo jatuh, tapi Air Strike Shield aku munculkan dibawah dia, dan dia mendarat diatasnya.
Dia mendarat diatas perisai yang melayang sebelum melompat lagi dan mendarat didepan mata raksasa itu.
"Hiyah!"
Ada suara menjijikkan dari cairan yang terciprat, dan mata raksasa itu meledak karena tendangan Filo yang kuat.
Ugh... Itu sungguh menjijikkan.
"!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Tanaman pohon itu mulai meronta dengan kasar. Sepertinya menyerang matanya nggak cukup untuk membunuhnya.
Apa yang harus kami lakukan?"
"Pohon itu nggak tumbang!"
"Aku tau."
Dengan suatu geliatan dan semburan yang menjijikkan, matanya muncul lagi.
Sesaat ketika mat itu muncul kembali, aku bisa melihat sesuatu yang seperti sebuah benih didalam matanya.
"Raphtalia, Filo, aku baru saja melihat sesuatu didalam matanya. Coba siramkan pembasmi gulma pada mata itu."
Cooldown skill ku sudah habis. Aku mengeluarkan Air Strike Shield lagi. Harus kukatakan kalau sepanjang waktu ini aku diserang terus-menerus oleh para PlantRiwe dan Mandragora. Mereka terus menyerangku dari atas dari bala bantuan yang gak ada habisnya.
"Baik!"
"Dimengerti!"
Raphtalia naik ke punggung Filo dan mereka berlari kearah bola mata yang beregenerasi dengan sangat cepat.
Mata itu, mungkin menyadari adanya ancaman, mengirim tanaman merambat meluncur ke arah mereka. Bahkan yang dari atas lebih banyak lagi.
"Shield Prison!"
Sebuah kerangkeng segera muncul dan mengurung Raphtalia dan Filo. Mereka tertahan di dalam kerangkeng itu di udara, taoi mereka harusnya bisa menyerang dari tempat itu.
Skill itu cuma berlangsung selama 15 detik.
Selama waktu itu, semua tanaman yang meluncur dari atas terpantul dari kerangkeng itu.
Tapi tidak... Sekarang mereka melilit disekitar jerujinya.
15 detik berlalu, dan kerangkeng itu menghilang. Disaat yang sama, untuk menopang mereka, aku melepaskan sebuah Air Strike Shield untuk menangkap Filo ditempat dia jatuh.
"Hiyah!"
Filo mendarat di perisai itu dan Raphtalia menebaskan pedangnya pada tanaman merambat yang berkumpul.
Sepertinya dia berhasil karena semua tanaman merambat itu terhempas. Filo berhasil mendarat lagi, dan dia berlari mendekat lagi.
Dia berhasil mendaratkan tendangan pada mata itu lagi.
"!???????????"
Mata yang beregenerasi itu sepenuhnya berhenti bergerak setelah menerima tendangan kedua dari Filo.
Mendapatkan celah, Raphtalia mendekat dan menuangkan pembasmi gulma pada benda kecil yang seperti benih.
"!!!!!!!!!!?????????"
Ada jeritan yang sangat keras diikuti oleh geliatan yang ganas. Lalu semua BioPlant berhenti bergerak.
"Berhasilkah?"
Kayaknya berhasil, dan aku nggak menerima luka sama sekali dalam prosesnya.
Namun kemudian para BioPlant mulai bergerak lagi.
"Maaf, kurasa aku nggak melakukannya dengan benar!"
"Kamu melakukannya dengan baik. Kurasa itu cuma kurang kuat saja..."
Namun sekarang apa yang harus kami lakukan?
Tunggu sebentar.... aku punya ide.
Aku punya sebuah skill yang meningkatkan efesiensi obat. Bukankah dengan itu aku bisa menyembuhkan semua orang itu?
Bukankah itu artinya.... aku lah yang harus menggunakan pembasmi gulma tersebut?
"Biar kucoba. Kurasa aku bisa melakukannya."
Aku memegang sebuah botol, dan mendekati mata itu.
Aku baru mulai menyadarinya baru-baru ini, tapi tingkat defense milikku sepenuhnya meniadakan serangan dari musuh-musuhku. Meskipun aku dikelilingi musuh, aku masih bisa berjalan santai. Tapi saat aku mencoba menyerang, keseimbangan kekuatan jadi agak kacau.
Ada seekor BioPlant didepanku, akarnya keluar dari tanah.
"Kurasa aku memang harus menunggangi Filo untuk mendekati benih itu...."
Tapi aku menuangkan pembasmi gulma pada akar BioPlant itu.
"!!!!!!!!!!!!!!!!!!??????????????????"
Tanaman-tanaman itu menggeliat dengan ganas. Mereka menjerit seperti monster.
Matanya menjadi coklat, dan pembusukannya menyebar dari matanya ke seluruh tubuh mahluk itu.
Tiba-tiba seluruh tanaman mulai mengering.
Ada suara retakan saat pohon itu mengering dan layu kemudian tumbang. Kami harus berlari untuk lolos dari potongan-potongan yang berjatuhan.
"Woah...."
Kami memperhatikan sekeliling untuk menyaksikan semua monster tanaman berubah warna menjadi coklat dan layu. Segalanya selain buahnya telah berubah menjadi coklat, dan kami lah satu-satunya yang bisa bergerak.
Dan kemudian... dari tempat pohon BioPlant berdiri, benih-benih yang berkilauan dalam jumlah yang besar berjatuhan dari atas.
Membiarkannya begitu saja kayaknya adalah ide yang buruk.
"Nah sekarang saatnya bersih-bersih. Aku mungkin bisa menyerap beberapa benih kedalam perisaiku. Ayo mulai kumpulkan benih-benihnya."
"Baik."
"Waktunya makan siang!"
Filo memperhatikan Raphtalia dan aku mengumpulkan benih-benihnya, sedangkan dia sendiri memakan sisa-sisa buah-buahan dan ubi.
***
Bạn cũng có thể thích
bình luận đoạn văn
Tính năng bình luận đoạn văn hiện đã có trên Web! Di chuyển chuột qua bất kỳ đoạn nào và nhấp vào biểu tượng để thêm nhận xét của bạn.
Ngoài ra, bạn luôn có thể tắt / bật nó trong Cài đặt.
ĐÃ NHẬN ĐƯỢC