Kami menyelesaikan jalan-jalan kami di hutan. Raphtalia masih belum baikan, jadi kami meninggalkan dia, menyuruhnya beristirahat, dan kembali ke desa untuk membongkar muatan. Di saat kami kembali, dia merasa jauh lebih baik.
"Gimana keadaanmu?"
"Sudah lebih baik."
"Secepat ini"
Si penebang pohon terkejut pada seberapa cepatnya kami pergi ke desa dan kembali lagi.
"Dia cukup cepat larinya." jawabku sambil menepuk kepala Filo.
"Gah!"
Filo berteriak senang. Itu benar. Dia betul-betul cepat.
"Jadi haruskah kita coba berburu di hutan ini?"
"Ya."
"Pelan-pelan saja kembalinya, mengerti Filo?"
"Gah!"
Piki....
Suara apa itu? Kupikir itu adalah suara tulang yang tumbuh, namun, dia mengeluarkan suara aneh lagi. Kuharap dia nggak sakit.
Hasil yang kami dapat cukup baik hari ini. Raphtalia bertarung dengan sungguh-sungguh, tapi aku terkejut pada seberapa cepat dan kuatnya Filo. Jujur saja, kalau kau cuma melihat pada kecepatan, dan kekuatan dari satu serangan tunggal, dia mungkin telah melampaui Raphtalia.
Namun, Raphtalia kayaknya bersungguh-sungguh memimpin serangan.
Naofumi: Level 26
Raphtalia: Level 29
Filo: Level 19
White Usapil Shield: persyaratan terpenuhi
Dark Porcupine Shield: persyaratan terpenuhi
Usapil Bone Shield: persyaratan terpenuhi
Porcupine Bone Shield: persyaratan terpenuhi
White Usapil Shield
Kemampuan belum terbuka
Bonus equip: defense +2
Dark Porcupine Shield
Kemampuan belum terbuka
Bonus equip: agility +12
Usapil Bone Shield
Kemampuan belum terbuka
Bonus equip: peningkatan stamina (kecil)
Porcupine Bone Shield
Kemampuan belum terbuka
Bonus equip: peningkatan SP (kecil)
Yang berhasil kubuka adalah peningkatan status.
Kalau ada sebuah tempat yang lebih efesien untuk leveling, aku bisa menggunakan perisai yang lebih baik dan lebih banyak fungsinya. Jadi yang bisa kulakukan di area ini adalah membuka kemampuan dan peningkatan status dari perisai-perisai yang sudah kumiliki.
Berapa banyak kemampuan yang udah kubuka sampai saat ini? Ada begitu banyak sampai susah untuk menyebutkannya. Meski begitu, aku nggak menggunakan perisai-perisai dengan peringkat rendah, seperti Orange Small Shield, sejak aku membuka perisai-perisai itu. Yang paling berguna mungkin Sharpening Shield, karena setidaknya skillnya bisa berguna dari waktu ke waktu.
Adapun untuk empat perisai yang kudapat hari ini, aku cukup yakin bahwa aku nggak akan menggunakannya setelah aku membuka kemampuannya.
Saat matahari mulai terbenam, kami kembali ke Riyute, dan aku menyuruh Filo berjalan santai.
Kami harus mencari cara agar Raphtalia terbiasa menaiki kereta. Dalam perjalanan kami pulang, dia harus berhenti dan beristirahat di pepohonan lebih dari sekali. Itu yang semakin memperlambat kami, dan saat kami sampai di Riyute, sudah malam hari.
"Aku sungguh minta maaf soal ini."
"Nggak usah kuatir. Lama-lama kamu juga akan terbiasa."
Aku belum pernah sakit. Aku mulai berpikir bahwa itu agak aneh. Kudengar bahwa orang-orang bisa terbiasa menaiki sesuatu yang biasanya membuat mereka mabuk, jadi kuharap Raphtalia bisa mengatasi masalahnya secepatnya. Karena Filo punya kecenderungan untuk berlari dengan kecepatan yang sangat tinggi-dan hal itu semakin memperburuk keadaan.
"Gah!"
Suatu perubahan sudah dimulai pada Filo. Jujur saja, itu mungkin sudah dimulai sejak lama, dan kami nggak menyadarinya. Atau mungkin, kami menyadarinya namun mengabaikannya.
Esok harinya aku aku menyadari perubahannya, begitu juga dengan Raphtalia. Kami berdua berpikir secara mendalam.
"Gaah!"
Saat kami ke kandang untuk memeriksa Filo, perubahannya sudah selesai.
Nggak peduli gimana kau melihatnya, Filo jauh lebih besar daripada Filolial manapun yang pernah kulihat sebelumnya.
Tinggi rata-rata para Filolial adalah sekitar 2,3 meter. Mereka sangat mirip dengan burung unta. Tapi Filo jauh lebih kekar, dan leher serta kepalanya jauh lebih besar. Dan dia setinggi 2,8 meter.
Saat dia berdiri, kepalanya menyentuh langit-langit kandang.
"Apa aku betul-betul membeli telur seekor Filolial? Aku mulai bertanya-tanya apakah kita mendapatkan sesuatu yang lain."
"Ya... Aku juga mulai kepikiran hal yang sama."
"Gah!"
Filo menelan sesuatu yang dia kunyah. Aku melihat sekeliling dan menyadari bahwa daging Chimeranya telah lenyap. Jumlah dagingnya setara dengan daging sapi sekitar dua ekor utuh, dan sekarang daging itu lenyap tanpa bekas.
Apa Filo yang menghabiskannya?
"Dan kurasa nafsu makannya sangat menakutkan..."
"Dia memakannya sepanjang waktu!"
"Gah!"
"Ahahahahahaha!"
"Ini bukan masalah yang harus ditertawai!"
Baiklah.... apa yang harus kita lakukan? Untuk saat ini, setidaknya, kita bisa berpura-pura bahwa dia adalah seekor Filolial yang lebih besar dari yang lainnya.
Piki...
Ada suara aneh lagi.
"Apa kamu mendengar suara itu?"
"Tuan Naofumi? Mungkinkah skill perisai milikmu telah mempengaruhi pertumbuhannya sampai sejauh ini?"
"Bisa jadi. Aku mendapatkan bonus penyesuaian pendewasaan (medium) dari Monster User Shield III."
"Tuan Naofumi... Kamu punya Slave User Shield juga kan?"
"Ya. Perisai itu memiliki bonus pendewasaan yang serupa."
"Maksudmu... Perisai itu berpengaruh padaku?"
"Ya, aku mendapatkannya sudah lama. Aku bisa bilang perisai itu punya pengaruh padamu."
"Tidaaaaaaaaak!"
Raphtalia menjerit dan lari dari kandang.
"Ra...Raphtalia?!"
"Aku.... Aku merasa bahwa aku lebih ringan daripada yang biasanya belakangan ini. Apa itu karena kamu? Itu karena kamu!"
"Tenanglah."
"Apa aku akan jadi sebesar Filo? Aku nggak mau! Aku ketakutan!"
"Kamu nggak mengeluarkan suara-suara aneh itu!"
"Kamu... Kamu benar. Phew! Syukurlah! Aku begitu ketakutan."
Tetap saja, aku nggak sepenuhnya bisa memprediksi pengaruh apa yang diberikan skill itu pada dia. Aku membayangkan Raphtalia membesar, dan menatap Filo.
"Apa yang kamu pikirkan?"
"Aku penasaran apa itu."
Aku mengabaikan pertanyaan histeris dari Raphtalia dan melanjutkan percakapan.
"Mungkin kita harus kembali ke penjual budak dan bertanya pada dia."
"Ide bagus."
Sebetulnya aku benar-benar nggak mau pergi dan kembali ke Kastil Kota, tapi kayaknya cuma itu satu-satunya pilihan kami.
"Gah!"
Kami menaiki kereta dan pergi menuju Kastil Kota, tapi aku kuatir sama Raphtalia sepanjang waktu. Aku nggak mau dia sakit lagi. Dalam perjalanan kami melawan beberapa monster, dan berhenti untuk memberi makan Filo saat dia protes kelaparan. Saat kami akhirnya sampai di Kastil Kota, sudah sore hari."
"Hei..."
Aku menyadari bahwa Filo semakin berubah. Kakinya menyusut, sampai dia kelihatan seperti penguin raksasa, atau burung hantu.
Tetap saja, dia dengan gembira menarik keretanya, seolah itu adalah hal yang paling dia sukai.
Tapi dia nggak bisa menariknya dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Sebelumnya, keretanya diikatkan pada tali pada tubuh Filo. Tapi sekarang dia memengang talinya pada sayap kecilnya yang bisa dia gunakan seperti tangan. Dia menarik keretanya menggunakan keterampilan.
"Gweh!"
Bahkan suaranya berbeda. Filo sekarang berwarna putih total.
"Huh?"
Aku turun dari kereta dan perlahan-lahan memperhatikan Filo.
Apa dia.... menyusut?"
Dia kelihatan setinggi 2,3 meter sekarang ini. Tapi seluruh tubuhnya tampak lebih kekar sekarang, seolah dia kehilangan tinggi badannya karena membesar secara horisontal. Wujudnya jadi dramatis. Dia seperti... salah satu dari maskot gemuk yang lucu yang bisa kau jumpai di taman-taman hiburan.
"Gweh?"
"Bukan apa-apa."
Apa Filo sadar dengan perubahan yang sedang dia alami? Susah untuk menyebutkan monster jenis apa dia ini sekarang.
* * * * *
"Ya, yah... Saya tidak tau apa yang harus dikatakan pada anda. Saya sangat terkejut. Begitulah tuan."
Si penjual budak mengelap keringat dingin dari wajahnya saat dia menatap Filo.
"Gweh?"
Filo menjadi lebih gemuk sekarang. Dia sekarang entah gimana seperti campuran antara seorang manusia dan seekor burung unta.
"Baiklah, beritahu aku yang sebenarnya. Mahluk ini menetas dari telur yang kami beli darimu. Telur macam apa itu?"
Aku mendekat saat aku bertanya. Aku menjentikkan jariku dan Filo bersiap menyerang kalau diperlukan.
"Gweeeeeeeh!"
Si pedagang budak tergagap, membolak-balik kertas dokumen.
"I-Ini... aneh. Menurut catatan saya, telur yang anda beli seharusnya adalah telur Filolial."
"Apa dia INI seekor Filolial?"
"Gweeeh!"
Aku melemparkan sepotong makanan pada Filo, dan dia dengan cekatan menangkapnya diudara.
"Yah..... itu...."
Ini mengingatkan aku... Kurasa aku nggak lagi mendengar suara-suara aneh dari Filo sejak beberapa saat yang lalu.
Apa itu maksudnya dia telah sepenuhnya dewasa?
"Dan juga tidak disangka bahwa mahluk ini menetas hanya beberapa hari yang lalu? Dia tumbuh begitu cepat! Saya salut pada anda, Pahlawan."
"Berhenti bertele-tele. Katakan yang sebenarnya padaku. Telur macam apa yang kau jual padaku?"
"Yah... Apakah mahluk ini memang berpenampilan seperti ini sejak awal?"
"Tidak."
Aku memberi dia ringkasan singkat dari proses pendewasaan yang kami amati dalam beberapa hari.
"Jadi maksud anda bahwa mahluk ini terlihat seperti seekor Filolial normal dalam waktu yang cukup lama?"
"Ya, baru sekarang dia menjadi sesuatu yang sepenuhnya berbeda."
"Gweh?"
Filo memiringkan kepalanya kesamping dan terus mempertahankan pose itu. Itu lucu sih, tapi kurasa dia mungkin agak jengkel.
Salah siapa coba dia kami bawa kesini? Hm?
"Gweh."
Dia berjalan mendekat dan mengusapkan badannya padaku. Lalu dia membuka sayapnya dan memeluknku erat-erat. Karena dia seekor burung, jadi sudah wajar kalau dia hangat. Tapi suhu tubuhnya sejujurnya sangatlah panas.
"Um...."
Raphtalia mengernyit sebelum mendekat dan memeluk tanganku.
"Gweh?"
Raphtalia dan Filo sekarang saling menatap satu sama lain.
"Hei, kalian berdua kenapa sih?"
"Oh, nggak ada."
"Gweh Gweh."
Mereka berdua menggelengkan kepala mereka. Apaan sih?
"Jadi apa itu?"
"Ya, itu...."
Si penjual budak kayaknya nggak bisa berkata apa-apa.
Mungkinkah dia nggak paham gimana caranya merawat monster yang dia jual?
"Saya harus melakukan beberapa penelitian. Bolehkah saya meminta anda meninggalkan monster ini disini?"
"Kalau kau melukai dia selama 'penelitian' mu ini, bersiaplah menerima akibatnya."
"Gweh?!"
"Saya mengerti, tapi saya membutuhkan waktu. Begitulah tuan."
"Nggak masalah. Kuserahkan dia padamu. Kalau sesuatu terjadi, aku akan membuatmu bertanggung jawab."
"Gweeeh?!"
Seolah dia nggak puas dengan jawabanku, Filo mengepakkan sayapnya dengan marah. Tapi seorang bawahan muncul, memasang kalung pada lehernya, dan membawa dia ke sebuah kandang. Anehnya dia nggak memberontak sama sekali. Mungkin dia nggak memberontak karena dia bisa melihat kami disini bersama dia.
"Baiklah, kami akan kembali besok untuk mengambil dia. Kuharap kau sudah mendapatkan jawaban untuk kami."
Aku mengatakan secara terang-terangan, dan kemudian aku dan Raphtalia keluar dari tenda itu.
"Gweeeh!"
Bahkan setelah kami meninggalkan tenda itu dan berjalan di gang, kami masih bisa mendengar teriakan keras dari Filo.
<nowiki>* * * * *</center>
Malam itu, kami sedang beristirahat di kamar kami di penginapan saat pemilik penginapan memanggil kami.
"Permisi, Pahlawan?"
"Hm? Ada apa?"
"Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."
Siapa itu? Aku nggak punya waktu buat bertanya, karena si pemilik penginapan memberitahuku bahwa orang itu mengunggu kami di meja resepsionis. Aku mencari dia, dan cukup yakin, disana ada seorang pria yang belum pernah kujumpai sebelumnya sedang mengunggu.
"Apa yang kau inginkan?"
"Aku, um... aku seorang pelatih monster..."
Pelatih monster? Ah, anak buahnya si penjual budak. Tentu saja dia nggak akan memperkenalkan dirinya dengan menyebutkan si penjual budak didepan banyak orang.
"Ada apa?"
"Um... Kami ingin mengembalikan monster yang anda titipkan pada kami, jadi aku datang untuk menjemput anda."
"Apa?!"
Baru beberapa jam sejak kami meninggalkan tenda itu. Apa yang telah terjadi?
Raphtalia dan aku menuju ke tenda secepat mungkin, dan segera setelah sampai disana, kami mendengar teriakan Filo.
"Oh, halo. Maaf sudah memanggil anda malam-malam begini. Tuan."
Si penjual budak datang menemui kami di pintu. Dia kelihatan kelelahan.
"Ada apa? Kupikir kita sudah setuju bahwa kau akan mengurus dia selama semalam?"
"Memang seperti itulah niat saya. Tapi monster milik anda memberi kami cukup banyak masalah seperti yang bisa anda lihat....
"Gweeeeeeh!"
Filo menggoyang-goyang kerangkengnya, tapi setelah dia melihat kami, dia menjadi agak tenang.
"Monster anda sudah merusak tiga kerangkeng, dan membuat lima anak buah saya masuk rumah sakit karena cidera yang berat. Tiga monster kami yang lain juga mengalami luka berat. Begitulah tuan."
"Aku nggak akan mengganti rugi atas masalahmu."
"Selalu memikirkan uanh bahkan disaat seperti ini. Saya salut pada anda, Pahlawan. Begitulah tuan."
"Terus, gimana? Apa kau mengetahui masalahnya?"
"Tidak.... Akan tetapi, saya telah mendengar seorang saksi mata melaporkan sesuatu yang disebut Filolial Master."
"Master?"
"Itu mengacu pada seekor Filolial yang memiliki status pemimpin daeir kawanan Filolial dalam jumlah besar. Itu adalah sebuah cerita yang cukup terkenal diantara para petualang."
Sepertinya si penjual budak menggunakan jaringan miliknya yang sangat luas saat dia mencoba mencari tau masalah Filo ini.
Para Filolial liar membentuk kawanan besar dan sepertinya mereka dikendalikan oleh seekor pemimpin.
Master ini sangat jarang sekali muncul didepan mata manusia. Apa dia mengatakan bahwa "Raja Filolial" ini adalah Filo?"
"Huh...."
Kurasa itu semacam cerita rakyat.
Aku bisa saja mengeluarkan monster ini dan menyerapnya kedalam perisaiku. Maka aku akan tau pastinya, tapi itu artinya juga akan membunuh Filo. Aku bisa saja mencincang dia dan menyerap darah, sayap, dan yang lainnya, tapi karena dia adalah monster milikku, itu mungkin cuma akan membuka Monster User Shield. Ada sesuatu yang lain yang bisa kubuka, tapi levelku belum cukup tinggi, dan pohon skillku belum berkembang dengan baik.
"Gweh?"
Kalau monster itu ada dipihakmu, informasinya nggak ditampilkan dalam layar status, kecuali menganggapnya seorang sekutu. Jika monster itu adalah musuh aku bisa melihat namanya.
"Jadi kau sebut apa master ini?"
"Filolial King, atau Filolial Queen."
"Filo itu betina, jadi dia pasti seorang ratu."
"Ya. Dan dia menyukai anda, selain itu, saya nggak bisa menjual dia seperti ini kalau saya mencobanya."
"Tuan...."
"Apa? Kau mendengarnya?"
"Dengar apa? Saya nggak dengar apa-apa."
"Um... Aku..."
Raphtalia menutupi mulutnya dan menunjuk pada kerangkeng Filo. Anak buah si penjual budak juga menunjuk kesana sambil menahan nafas. Si penjual budak dan aku mengikuti tatapan mereka dan mencoba melihat apa yang diperhatikan orang-orang.
"M...Master!"
Ada seorang gadis telanjang yang memiliki sayap didalam kerangkeng itu, bermandikan cahaya putih murni yang indah.
***
"Hei! Bukalah!"
Aku menggedor pintu toko senjata, yang mana sudah tutup hari ini.
Pada akhirnya pemiliknya perlahan membuka pintunya, terlihat pusing dan marah.
"Ada apa bocah Pahlawan? Aku sudah tutup jam segini."
"Kami nggak punya waktu untuk itu!"
Aku menutupi Filo dengan jubahku, dan mendorong dia kedepan agar si pemilik toko bisa melihat dia.
"Bocah Pahlawan, jangan datang untuk memamerkan budak barumu padaku."
"Bukan begitu!"
Orang macam apa aku ini menurut dia? Kalau aku bertemu seseorang kayak yang dia pikirkan, aku akan memukul wajahnya.
"Master? Ada apa?"
"Diamlah."
"Nggak mau!"
Apa-apaan ini?
Semuanya semakin menggila setelah itu. Si penjual budak terus mengarahkan jarinya padaku. Anak buahnya terdiam nggak bisa berkata apa-apa. Raphtalia juga. Adapun untuk Filo, dia ingin mendekat padaku, jadi dia menjadi seorang cewek, dan sebelum aku menyadarinya, aku sudah membawa dia bersamaku dan menggedor pintu toko senjata.
*Tear! Riiiiiiiiiip!*
Dia berubah wujud didepan mata kami, dan jubahnya robek.
Dia berubah menjadi Filolial Queen.
Dasar burung sialan! Apa kau tau jubah itu tidaklah gratis?"
"Ap...."
Si pemilik toko ternganga nggak bisa berkata apa-apa. Dia menatap burung raksasa itu. Filo tiba-tiba kembali menjadi seorang gadis kecil dan memeluk tanganku. Jubahnya jatuh dari atas dan menutupi kepalanya.
"Sekarang mengerti apa yang kumaksudkan?"
"Oh.... Ya."
Wajah pria itu menampilkan ekspresi kebingungan dan mengajak kami masuk.
"Jadi kenapa kau datang kesini? Kau mau equipment untuk dia?"
"Apa ada pakaian yang bisa bertahan terhadap perubahan wujud ini? Atau hei— kenapa dia bisa berubah sih?"
"Ayolah bocah. Tenang dulu."
Itu benar. Kenapa ini terjadi? Kenapa Filo tiba-tiba jadi seorang gadis kecil?
Ada sayap kecil dipunggungnya, mungkin sisa dari perubahannya, dan dia memiliki mata berwarna biru. Dia kelihatan seperti seorang malaikat kecil. Dan wajahnya begitu kecil dan manis—dia kelihatan seperti sebuah lukisan. Dia kelihatan berusia sekitar 10 tahun. Dia sedikit lebih kecil daripada Raphtalia saat pertama kali kami bertemu.
*kruyuk...* suara keroncongan terdengar dari perut manusia milik Filo.
"Master! Aku lapar!"
"Kau harus menunggu."
"Nggak mau!"
"Baiklah, kau boleh memakan makan malamku."
Si pemilik toko pergi ke ruangan belakang dan kembali sambil membawa sup.
"Sekarang kau harus...."
"Yay! Asik!"
Filo mengambil mangkuk itu dia dan menuangkan isinya kedalam mulutnya sekaligus.
"Hmm..... Yah, itu bukanlah sup yang paling lezat...."
Filo menyerahkan mangkuknya pada pemilik toko, dan dia menerimanya dalam diam dan kemudian melotot padaku.
"Maaf untuk itu."
"Hei bocah, kapan-kapan traktir aku makan malam."
Filo sudah membuang peruntungan!
"Nah sekarang kau menyebutkannya, Kurasa aku punya beberapa pakaian untuk demi-human yang bisa berubah. Yang mana mengingatkan aku, kenapa kau nggak pergi saja ke toko pakaian kalau kau mau pakaian."
"Kau mau aku menggedor sebuah toko yang nggak kukenal bersama seorang cewek telanjang malam-malam begini? Cewek yang bisa berubah menjadi Monster?"
"Betul juga. Tunggu sebentar."
Dia pergi ke belakang toko dan aku bisa mendengar dia mengacak-acak kotak-kotak yang ada disana.
"Aku nggak tau apakah ini akan cocok, dan ini adalah pakaian musiman—jadi nggak banyak berharap."
"Oke."
Butuh beberapa saat sampai akhirnya kembali.
"Maaf, tapi kurasa aku nggak punya pakaian yang cukup besar yang bisa bertahan dari perubahan itu."
"Apa?!"
Tapi cuma itu yang bisa kupikirkan... Tidak aku... Apa yang harus kulakukan? Ada cewek telanjang yang menempel pada lenganku, dan aku nggak bisa mendapatkan pakaian untuk dia pakai. Aku akhirnya mulai memperbaiki reputasiku yang mengerikan, dan sekarang malah kayak ini! Hal ini cuma akan memperburuk keadaan.
"Master!"
"Jangan kau berani-berani berubah wujud!"
Bahkan jika aku bisa menetapkan peraturan tertentu pada monster yang ku kendalikan, nggak ada pengaturan untuk mencegah monster dari berubah menjadi manusia. Monster berubah menjadi manusia pasti sangat langka.
"Tapi aku mau...!"
Apa yang akan memuaskan cewek ini?!
Dia membantah apapun yang kukatakan. Apa dia dalam tahap memberontak? Dia baru lahir beberapa hari yang lalu, jadi kayaknya itu nggak mungkin.
"Karena kalau aku terus dalam wujudku yang biasanya, kau nggak akan tidur denganku, iya kan Master?"
Dia meremas tanganku keras-keras dan tersenyum, menatapku dengan mata berseri-seri.
"Apa? Aku harus tidur bersamamu sekarang?"
"Aku kesepian..."
"Astaga... Aku iri padamu, bocah Pahlawan."
Aku dipanggil ke dunia ini bukan untuk mengasuh anak-anak. Meski begitu, Kurasa aku harus memutuskan untuk menyerahkannya pada Raphtalia.
"Itu mengingatkan aku. Dimana Raphtalia?"
"Akhirnya aku bisa menyusul."
Pintunya terbuka dan Raphtalia masuk, nafasnya ngos-ngosan.
"Kamu cepat sekali larinya... Aku mencarimu."
"Maaf soal itu."
"Yay! Raphtalia!"
Filo melambai gembira pada Raphtalia.
"Aku nggak akan menyerahkan Master!"
"Apaan yang dikatakan bocah ini?"
"Kau nggak akan menyerahkan aku? Aku bukan milikmu!"
"Karena Master adalah papaku!"
"Bukan. Aku... pemilikmu."
"Bukan. Terus gimana dengan Raphtalia?"
"Raphtalia sudah seperti putriku."
"Itu nggak benar!"
"Huh? Aku nggak ngerti..."
"Aku nggak punya pakaian yang kau inginkan. Aku akan mecarikannya untukmu, tapi kau harus pulang untuk saat ini."
"Kau benar.... Maaf."
"Makasih buat supnya!"
"Beneran deh bocah... Kau selalu muncul dan mengejutkan aku."
Kami meninggalkan toko dan kembali ke penginapan, tapi saat perjalanan kesana, Raphtalia berhenti.
"Um... Si pedagang.... Maksudku pelatih monster mencarimu."
"Huh? Oh. Oke."
Kami mengubah rute dan kembali ke tenda, dimana si penjual budak menunggu kami.
"Yah, itu tentunya sangat tak terduga. Begitulah tuan."
"Memang."
Dia menunjuk pada Filo, yang berselimut jubah.
"Para Felolial Queen bisa menggunakan teknik perubahan yang sangat maju. Kurasa mereka melakukan ini agar mereka bisa bersembunyi diantara para Filolial lain tanpa gangguan dari para manusia."
Aku mengerti sekarang. Jadi para raja dan ratu ini bisa merubah penampilan mereka untuk bersembunyi diantara para Filolial lain. Filo menggunakan kemampian itu untuk berubah menjadi manusia.
"Aku sangat terkejut dan gembira atas kesempatan untuk melihat dan mempelajari salah satunya. Mereka sangat langka. Kemampuan anda dalam melatih monster pasti sangat menakjubkan. Begitulah tuan."
"Huh?"
"Anda bisa membesarkan seekor Filolial begitu cepat dan begitu baik, terlebih lagi menjadi seekor ratu, itu sangat mengesankan. Bagaimana anda melakukannya?"
Ujung-ujungnya kayak gini juga. Sekarang aku tau apa yang diinginkan si penjual budak. Kalau dia bisa mencari tau bagaimana caranya menghasilkan lebih banyak raja dan ratu ini, terutama mengingat kemampuan perubahan wujud mereka yang langka, dia bisa menjual mereka dengan keuntungan yang besar.
"Kupikir itu ada hubungannya dengan Perisai Legendaris milikku."
Aku betul-betul berpikir bahwa pendewasaan Filo yang menakjubkan ada hubungannya dengan kemampuan penyesuaian pendewasaan dari perisai yang diberikan padaku. Selain itu nggak ada lagi terpikirkan olehku.
"Ternyata benar kekhawatiranku bahwa anda akan menjawab dengan pengelakan semacam itu. Butuh berapa banyak uang agar anda mau memberitahuku?"
"Itu betulan aku nggak bohong!"
"Kalau begitu, aku akan memberi anda telur Filolial lain, dan anda bisa membesarkannya...."
"Nggak usah, makasih!"
Aku nggak mau repot-repot memelihara satu lagi. Selain itu, aku harus memikirkan tentang mendapatkan pakaian untuk Filo. Hal terakhir yang aku perlu kupikirkan adalah masalah makanan.
"Kurasa satu-satunya hal lain yang mungkin bisa dilakukan, anda tau... hal itu..."
"Apaan tepatnya?!"
Ew, si penjual budak gembira, dan matanya berkilauan.
Itu adalah sesuatu yang kupikirkan, tapi Filo memang memakan daging Chimera. Belum tentu itu yang menyebabkan dia berubah wujud, tapi ada kemungkinannya juga.
"Yah, sungguh disayangkan."
Si penjual budak menghela nafas dan melangkah mundur, enyah karena kekecewaan atau hanya karena dia nggak mempercayai aku.
"Aku bisa memberimu Filolial lain kapanpun, jadi jangan ragu-ragu untuk mampir lagi."
"Aku menolak...."
"Kalau anda memeliharanya menjadi sesuatu yang berguna, aku akan memastikan bahwa anda akan diberi imbalan yang setimpal."
"Ha! Akan kupikirkan lagi kalau aku sudah punya waktu luang dan uang lebih."
Aku sadar bahwa aku telah jadi agak kikir, tapi percakapan ini cuma semakin membuatku yakin. Sekarang gimanapun caranya harus berhemat.
"Ngomong-ngomong, apa yang harus kita lakukan?"
"Masalah apa?"
Filo menyela percakapan dan bertanya.
"Mengenai kondisimu."
"Aku tidur bersama Master!"
"Nggak akan kubiarkan!"
"Aw, tapi aku mau! Raphtalia ingin menguasai Master seorang diri!"
"Bukan begitu!"
Apaan sih yang diributkan kedua cewek ini?
"Ok, Filo. Kau tidur di kandang yang ada di penginapan, oke?"
"Nggak mungkin!"
Dia langsung membantah.
"Aku mau tidur bersamamu, Master!"
Itu seperti anak kecil. Anak-anak selalu ingin tidur bersama orang tua mereka.
"Oke, oke."
"Tuan Naofumi?!"
"Kalau kita terus mengatakan tidak, dia akan terus merengek sepanjang waktu. Kurasa kita harus mengalah sedikit."
"Kurasa kamu benar."
Raphtalia mengatakan persetujuannya, sangat kecewa.
"Tapi kau nggak boleh berjalan-jalan sambil telanjang didepan orang-orang lagi."
"Baik!"
Apa dia betul-betul mengerti? Terserahlah. Yang bisa kulakukan cuma berdoa supaya si pemilik toko senjata bisa mendapatkan sesuatu tepat waktu.
Kami kembali ke penginapan, membayar biaya untuk tambahan orang pada pemilik penginapan dan pergi ke kamar kami. Kegiatan rutin malam hari kami yang terdiri dari belajar dan meracik nggak lagi bisa dikerjakan karena Filo berlarian kesana kemari.
"Wow! Kasurnya empuk!"
Filo melompat naik turun di tempat tidur. Butuh beberapa saat untuk membuat dia tenang, dan kami sudah cukup kelelahan sampai-sampai ketiduran.
* * * * *
Kenapa panas sekali?!
"Ugh...."
Badanku nggak mau bergerak seperti yang kuinginkan. Apa yang terjadi?
Aku perlahan-lahan membuka mataku dan mendapati aku dikelilingi warna putih. Aku diselimuti bulu.
*Snore… Snore…*
Seluruh tempat tidur ini mendengkur!
Aku akhirnya bisa mengangkat wajahku dari bulu-bulu itu dan mengetahui kalau aku nggak lagi tidur dikasur tapi di atas perut Filo yang besar, karena dia telah kembali ke wujud Filolialnya pada malam hari.
Sepertinya dia berguling di tempat tidur dan memelukku, menggunakan aku sebagai bantal peluk saat dia tidur.
"Bangun! Dasar ayam gemuk!"
Siapa yang memberi dia ijin untuk kembali menjadi seekor burung?
*fuaaaaaaa.*
Oh? Jadi dia bisa bicara, meskipun dia adalah seekor burung sekarang ini?
"Apa...Apa yang kau lakukan?!"
Raphtalia mengucek matanya. Lalu saat dia melihat kami, dia berteriak dan memgarahkan jarinya pada kami.
"Raphtalia! Tolong aku!"
Aku memukul-mukul Filo, tapi dia nggak juga bangun. Kayaknya karena kekuatan seranganku terlalu rendah.
"Filo! Bangun!"
"Mmmmm... oh! Master!"
Filo berguling.
Aku bisa mendengar papan lantainya berderit karena menahan beban berat. Tentunya cuma sampai seberat itulah yang bisa ditahan lantainya.
"Bangun!"
Kayaknya dia belum mau melepaskan aku dan segera bangun.
"Bangun!"
Raphtalia mendekat dan secara paksa membuka sayap Filo, membuka celah yang cukup besar hingga aku bisa keluar.
"Ini sungguh berat untuk pagi hari."
"Hrm?"
Filo tiba-tiba menyadari ketiadaanku, dan saat dia mulai mencariku, dia akhirnya tersadar. Dia menyadari bahwa Raphtalia dan aku melemparkan belati pada dia, dan dia terlihat bingung.
"Apa yang terjadi?"
"Pertama-tama, kembali ke wujud manusia!"
"Huh? Tapi aku baru saja banguuuuuuuun...."
Sialan! Aku nggak mau melakukan ini, tapi aku nggak punya cara lain.
Aku membuka layar statusku, melihat pengaturan Filo, dan membentang kolom yang menuntut dia menuruti semua perkataanku. Sekarang dia nggak punya pilihan selain menuruti perkataanku.
"Kembali jadi manusia!"
Aku menoleh pada Filo dan meneriakkan perintah.
"Tapi aku... Aku mau tidur sama Master sedikit lagi!"
Tapi tanda dari kutukan pelatih monster muncul didadanya dan mulai bersinar.
"Huh?"
"Kalau kau nggak mau nurut, itu akan menyakitimu."
Segel kutukan itu membesar menutupi seluruh dadanya dan terus membesar.
Yaaaawn!
Pola geometris yang menyala muncul di sayapnya, dan mulai terbang kearah pola yang menyala didadanya.
Kedua pola itu bertabrakan dan dengan suara desis pelan, segel pelatih monster memudar.
"Huh?"
Aku segera membuka kembali layar status, kolom yang tadi kucentang telah dihilangkan centangnya. Aku mencoba mencentangnya lagi, tapi nggak peduli berapa kali aku mencobanya, kolom itu tetap kosong. Apa gunanya seekor monster yang mengikuti perintah?
Sialan! Alasan aku membeli seekor monster adalah agar dia melakukan apa yang kukatakan!
Penjual budak sialan itu. Kau tunggu saja. Akan ku labrak kau... Tunggu saja!
***
Bạn cũng có thể thích
bình luận đoạn văn
Tính năng bình luận đoạn văn hiện đã có trên Web! Di chuyển chuột qua bất kỳ đoạn nào và nhấp vào biểu tượng để thêm nhận xét của bạn.
Ngoài ra, bạn luôn có thể tắt / bật nó trong Cài đặt.
ĐÃ NHẬN ĐƯỢC