Cahaya mentari pagi menyinari Gunung Qing Mao.
Di dalam akademi, sang ketua akademi memberikan pengumuman penting. "Besok, kita akan memilih Gu kedua untuk dikembangkan. Kalian semua telah memiliki pengalaman mengembangkan Gu, dan kali ini kalian bisa meningkatkan kemampuan kalian. Tolong pikirkan dengan baik-baik ketika akan memilih Gu kedua. Pikirkan kemampuan kultivasi dan tubuh kalian sendiri. Pada umumnya, akan lebih baik jika Gu kedua kalian cocok dengan Gu daya hidup masing-masing."
Gu pertama milik seorang Gu Master dikenal dengan istilah Gu daya hidup. Begitu dipilih, Gu tersebut akan menjadi batu pijakan sang Master Gu. Gu kedua dan ketiga berfungsi untuk menentukan arah kultivasi seorang Master Gu.
Begitu mendengar kata-kata sang ketua akademi, para murid pun mulai berpikir. Hanya Fang Yuan yang tertidur pulas di atas mejanya.
Dia telah bekerja keras semalaman. Setelah kembali ke asrama, ia bahkan melanjutkan kultivasinya. Ia baru tidur saat matahari telah terbit.
Sang ketua akademi mengerutkan kening melihat Fang Yuan, namun ia tak mengatakan apapun.
Semenjak sang ketua klan berbicara dengannya, dia telah menerapkan sikap "Biarkan Fang Yuan melakukan apapun yang ia mau – aku tak peduli".
"Gu apa yang harus aku pilih?" Sembari berpikir demikian, semua murid menoleh ke arah Fang Yuan.
"Omong-omong, anak itu sudah mendapat Gu keduanya."
"Ya, dia mendapat cacing Liquor. Dia pasti memiliki keberuntungan yang besar hingga dia bisa mendapat cacing Liquor dari hasil berjudi!"
"Kalau aku punya cacing Liquor, aku juga bisa langsung mencapai jenjang menengah juga, kan?"
Kepala para murid dipenuhi berbagai macam pikiran. Ada yang kagum, namun ada juga yang iri pada Fang Yuan.
Keberadaan cacing Liquor milik Fang Yuan telah diketahui semenjak ia diinterogasi. Asal mula cacing tersebut sama sekali tidak dicurigai. Para anggota klan memahami keadaan Fang Yuan – meskipun sebagian juga terheran-heran akan keberuntungannya yang hampir tidak masuk akal.
"Kenapa aku tidak seberuntung itu!" Gu Yue Chi Cheng yang hanya memiliki bakat bernilai C menghela napas berat dalam hati.
Beberapa waktu yang lalu, kakeknya telah meminta bantuan orang-orang untuk mencarikan cacing Liquor. Ia yang merupakan penerus salah satu keluarga terbesar di desa bahkan tidak bisa mendapatkannya. Malah, Fang Yuan telah mendahuluinya.
Berbanding terbalik dengan Chi Cheng yang terlihat iri dan tertekan, Fang Zheng justru terlihat bersemangat.
"Kakak, aku pasti akan mengalahkanmu." Fang Zheng menatap Fang Yuan sesaat sebelum ia kembali menoleh ke depan.
Belakangan ini, kedua matanya terus berbinar, dan dia merasa sangat bersemangat. Wajahnya memerah dan dahinya terlihat berkilau. Langkah kakinya bahkan terlihat lebih cepat dan ringan.
Sang ketua akademi melihat semua itu, dan dia menyadari bahwa sang ketua klan Gu Yue telah melatih Fang Zheng secara diam-diam.
Hal itu tentu tidak boleh diketahui oleh publik.
Sang ketua akademi berpura-pura tidak tahu.
Malam pun mulai datang.
Fang Yuan memasuki ruangan rahasia milik Biksu Flower Wine sekali lagi.
Kring kring kring….
Di tangannya, ada seekor kelinci liar yang berusaha melepaskan diri. Kelinci itu mengenakan kalung lonceng di lehernya.
Fang Yuan menangkap makhluk itu di pegunungan. Lonceng itu telah terpasang di leher si kelinci sejak lama.
Setelah satu hari berlalu, bau tak sedap dari dalam lorong gua telah menghilang. Kini, udaranya terasa bersih.
Jalan masuk gua itu terbuka lebar; suasana di dalam terlihat sunyi. Dengan posisi setengah berlutut, Fang Yuan memeriksa tanah di bawahnya. Kemarin ia telah menyebar bubuk batu di seluruh ruangan. Bubuk-bubuk itu hampir tidak terlihat.
"Bubuk-bubuk ini masih utuh. Sepertinya tidak ada sesuatu yang aneh. Jejak kaki di dekat pintu masuk gua itu milikku, jadi artinya tidak ada orang lain yang datang ke sini." Fang Yuan merasa lega setelah melakukan pemeriksaan.
Ia berdiri, lalu kedua tangannya menarik tanaman-tanaman mati yang menjalar di dinding. Kemudian, ia kembali duduk dan menahan si kelinci liar menggunakan kedua kakinya. Kedua tangannya menganyam tanaman-tanaman yang telah ia lepaskan.
Para Gu Master normal tidak akan bisa melakukan pekerjaan ini, namun Fang Yuan memiliki pengalaman hidup sangat banyak. Di masa lalu, dia sangat miskin hingga tak mampu menghidupi para Gu miliknya. Akibatnya, Gu itu mati satu persatu.
Selama beberapa waktu, ia hanya memiliki cairan primeval – namun tidak memiliki Gu sama sekali. Ia menjadi seorang manusia biasa yang kesulitan bertahan hidup. Karena tak ada pilihan lain, ia belajar menganyam tali rumput hingga membentuk sandal, topi, dan masih banyak lagi. Kemudian, barang-barang tersebut dijualnya demi beberapa batu primeval untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sembari menganyam tali-tali di tangannya, ingatan Fang Yuan mulai muncul kembali.
Semua penderitaan dan kesedihan yang ia alami di masa lalu, kini berubah menjadi tawa tanpa suara. Kelinci di bawah kedua kakinya terus bergerak – lonceng di lehernya berbunyi tanpa henti.
Sepasang tali terus bersentuhan; puluhan ribu ikatan dan tautan membuat cinta mereka tak terpisahkan selamanya.[1]
Dengan perlahan dan lembut, selama bertahun-tahun, biarkan mereka bertemu. Terkadang, akan muncul halangan dan kesulitan.
Bukankah menganyam tali rumput sama saja dengan kehidupan itu sendiri?
Cahaya merah dari balik lorong menyinari wajah Fang Yuan yang terlihat muda namun berpengalaman.
Waktu seakan berhenti untuk mengagumi sang pemuda yang sedang menganyam.
Kring kring kring…
Satu jam kemudian, kelinci tersebut berlari masuk ke dalam lorong. Lonceng di lehernya terus berbunyi. Lalu, kelinci itu menghilang dari pandangan Fang Yuan.
Fang Yuan terus memegang tali rumput yang telah ia anyam sebagian. Salah satu ujungnya terikat di kaki si kelinci.
Beberapa saat kemudian, tali itu terdiam.
Namun, bukan berarti si kelinci telah sampai di ujung lorong. Bisa saja dia telah dibunuh di tengah jalan – atau mungkin dia sedang beristirahat sesaat.
Fang Yuan mulai menarik talinya. Tali itu semakin menegang.
Tiba-tiba, ada sesuatu yang menarik tali itu kembali ke arah lorong.
Sang kelinci merasakan tekanan dari Fang Yuan, dan dia mulai bergerak maju untuk melawan tekanan itu.
Setelah berusaha beberapa kali, kelinci itu akhirnya sampai di ujung lorong. Fang Yuan mencoba menarik tali tersebut berkali-kali, namun tali itu sama sekali tidak bergerak.
Mungkin kelinci itu telah sampai di ujung lorong – atau mungkin ia terjebak dalam sebuah perangkap.
Saatnya menemukan jawabannya.
Fang Yuan mulai menarik tali sekali lagi. Kekuatannya melebihi kekuatan si kelinci, dan akhirnya ia menarik kelinci tersebut dengan paksa.
Sang kelinci berusaha melepaskan diri, namun tali tersebut terbuat dari gabungan Gu Wine Sack Flower dan Gu Rice Pouch Grass. Meskipun mereka telah mati selama bertahun-tahun, kekuatan mereka masih melebihi rumput pada umumnya.
Kelinci itu kini berada di tangan Fang Yuan. Fang Yuan memeriksanya– tak ada luka sedikitpun. Pemuda itu bernapas lega.
"Sementara ini, kelihatannya semua aman."
Begitu mengetahui hasilnya, kelinci itu tak ada gunanya lagi baginya. Fang Yuan langsung membunuh dan melempar mayatnya ke tanah.
Dia tak bisa membiarkan kelinci itu pergi karena hewan juga memiliki ingatan. Jika kelinci itu kembali dan mengundang perhatian para penduduk – seperti cacing Liquor, itu akan menjadi hal yang buruk.
Fang Yuan bernapas dalam-dalam. Setelah berbagai percobaan, ia akhirnya memasuki lorong tersebut.
Meskipun sang kelinci sudah masuk ke lorong tersebut, ada banyak jebakan yang dibuat khusus untuk manusia. Hewan kecil seperti kelinci tak akan bisa memicu perangkap tersebut. Oleh karena itu, Fang Yuan masih harus berhati-hati.
Jalur di dalam lorong tersebut terlihat lurus dan sedikit menanjak ke bawah. Semakin ke dalam, jalanan itu semakin lebar.
Fang Yuan harus menundukkan kepalanya ketika memasuki lorong tersebut. Namun setelah lebih dari 50 langkah, ia mampu menegakkan tubuhnya. Setelah 100 langkah, ia bisa melangkah sembari merentangkan kedua lengannya ke atas dan ke samping.
Lorong itu tidak begitu panjang – hanya sekitar 300 meter. Namun, Fang Yuan membutuhkan waktu selama dua jam sebelum akhirnya sampai di ujung jalan.
Selama perjalanan, ia terus waspada dan melangkah tanpa terburu-buru. Ketika sampai di ujung, tubuhnya telah berkeringat.
"Ini sangat merepotkan tanpa adanya Gu Pendeteksi." Fang Yuan mengelap keringat yang ada di dahinya. Setelah yakin bahwa ia aman, pemuda itupun menenangkan diri dan memeriksa area tersebut.
Ia melihat sesuatu yang membuatnya terpana.
Di ujung lorong, ada sebuah batu raksasa. Permukaannya halus dan bentuknya menggembung ke arah Fang Yuan – menyerupai perut Jia Fu.
Batu itu menghalangi Fang Yuan.
Tidak ada apa-apa di sekeliling Fang Yuan kecuali batu tersebut.
"Apakah jalan ini terhadang karena ada kecelakaan?" Fang Yuan menyipitkan kedua matanya sembari memikirkan segala kemungkinan.
Sebelum Biksu Flower Wine tewas, ia meninggalkan warisannya. Ia menggunakan Laba-laba Thousand Li Earthwolf untuk menggali lorong bawah tanah. Lorong itu berada di dalam gunung, sehingga orang-orang bisa masuk ke dalamnya.
Setelah ratusan tahun, lorong itu tak mampu menahan korosi dalam waktu yang lama. Akibatnya, beberapa bagian roboh karena kurangnya perawatan.
Banyak tragedi yang dapat terjadi di dalam kehidupan.
"Kalau begini, bukankah aku terjebak?" Fang Yuan maju dan menyentuh batu di hadapannya. Batu itu berukuran sebesar pintu – tak terbayang setebal apa dia.
Fang Yuan bisa saja menggunakan Gu Moonlight untuk mengikis batu tersebut, namun itu akan memakan waktu 1-2 tahun.
"Sepertinya mau tidak mau aku harus menggunakan alat. Aku perlu sekop dan kapak untuk menghancurkan batu ini. Tapi kalau begini, aku akan meninggalkan jejak. Suara konstruksinya juga bisa terdengar sampai di luar." Pikir Fang Yuan sambil mengerutkan kening. Ia terus mempertimbangkan baik dan buruknya.
Jika risikonya terlalu besar, lebih baik tidak mengejar warisan kekuatan itu lagi.
Bagaimanapun juga, jika yang lain mengetahui rahasia ini, semua yang telah Fang Yuan lakukan akan terbuang dengan sia-sia. Hidupnya akan terancam!