Bagian 3. Reality (1)
Kepalaku mulai panas. Tumpukan file di mejaku sudah selesai kukerjakan. Aku melihat jam di mejaku. Sudah pukul 18.30. Sebaiknya aku mengambil minuman di pantry,pikirku. Aku berjalan menuju pantry. Pantry letaknya tidak jauh dari ruanganku.
Aku melewati meja-meja tempat para junior bekerja. Sebagian besar junior sudah pada pulang. Hanya tinggal beberapa tim yang masih bekerja mengejar deadline. Aku sedikit mengintip ke ruangan Month. Sepertinya dia sudah pulang duluan. Ruangannya kosong dan lampunya juga sudah dimatikan. Oh iya, dia ada kencan dan sepertinya aku dilupakan. Padahal tadinya kan dia mau mengajakku. Aku melanjutkan perjalananku menuju pantry.
Bukannya pingin ikut, tapi aku hanya mengkonfirmasi janjinya tadi pagi. Lagipula, aku juga sudah punya pacar. Yaah..walaupun aku tidak ada waktu buat pacarku sih. Ngomong-ngomong soal pacar, apa kabarnya ya pacarku itu?
Aku mengeluarkan handphoneku dan membaca notifikasi-notifikasi yang muncul. Yah, seperti yang kuduga, pasti ada chat dari Beth. Perlahan aku membuka chat darinya. Isinya lagi-lagi Ping!, ping! dan ping! . Lagi-lagi aku harus meng-scroll terus ke atas hingga mencapai isi dari chatnya.
Seperti yang kuduga lagi, dia marah. Sejak tadi malam, aku bahkan belum sekalipun membalas chat darinya. Aku harus bagaimana ya? Kalau sudah seperti ini ya jelas aku yang salah. Aku terlalu sibuk dengan kerjaan. Kalau saja tadi tidak teringat dengan kencannya Month, mungkin aku belum mengingat Beth sampai sekarang.
Sambil memikirkan cara menenangkan hati Beth yang sedang panas, aku mengisi cangkir dengan kopi dari mesin espresso di pantry. Kantor kami memang menyediakan mesin espresso untuk karyawannya secara gratis. Mesin ini merupakan salah satu fasilitas yang nikmat bagi kami para karyawan disini.
Apa yang sebaiknya kulakukan ya? Aku menyeruput kopi panas tersebut sambil berpikir. Apa aku bawa sogokan lagi ya? Hmm.. baiklah, aku beli saja kue kesukaannya setelah ini. Seharusnya aku sudah bisa pulang sekarang mengingat pekerjaan dari timku juga sudah selesai . Aku bergegas menuju ke ruanganku untuk mengambil jaket dan tasku. Saat aku mematikan lampu ruanganku, terlihat para junior juga sudah membereskan dokumen-dokumen mereka dan bersiap pulang. Sepertinya malam ini tidak akan ada yang lembur, pikirku.
Aku menuju ke lobby gedung. Sekuriti gedung menghampiriku dan menyerahkan kunci motorku. Aku melanjutkan perjalananku menuju ke toko kue. Mungkin dengan membawakan cheese cake akan menenangkan mood Beth,pikirku. Hari ini juga sudah gajian, tidak ada salahnya aku mengajak Beth jalan setelah ini,pikirku lagi.
Di depan toko kue, aku mulai merogoh kantongku untuk mengambil dompetku. Hmm, Tidak ada dompet di kantongku. Aku mencoba mencari di dalam tasku. Tidak ada dompetku juga. Aneh,seharusnya aku membawa dompet hari ini. Tadi pagi aku yakin sekali ada mengambil uang dari dompet. Aku mengerutkan dahi sambil berusaha mengingat-ingat dimana dompetku.
Samar-samar aku teringat kalau dompetku lupa kumasukkan kedalam tas. Dompetku pasti masih tergeletak di atas meja kerjaku. Sial, Betapa teledornya aku ini. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari secerca keberuntungan dari dalam tas dan kantongku. Siapa tahu ada uang terselip. Dan benar, aku menemukan uang total sekitar Rp150.000,-. Cukup untuk membeli beberapa potong cheesecake, pikirku.
Jalanan masih macet parah. Namanya Jakarta,tidak heran kalau macet. Apalagi jam pulang kerja seperti sekarang. Aku sedikit menyesal mengendarai motor sport di Jakarta. Motor ini cukup berat dan tidak mudah untuk menyalip kendaraan lain dalam keadaan macet begini. Aku terus mempertimbangkan untuk kembali ke kantor untuk mengambil dompetku atau melanjutkan perjalanan ke rumah Beth. Oh iya, pasti sudah tidak ada orang di kantor, dan aku juga tidak memiliki kunci kantor. Baiklah, sudah kutetapkan, aku akan tetap melanjutkan perjalanan ke rumah Beth.
Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, akhirnya aku sampai di depan rumah Beth. Aku memencet bel rumahnya. Beth tinggal di rumah yang cukup besar. Ia berasal dari keluarga yang cukup berada. Berbeda denganku yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Beth membukakan pintu. Raut wajahnya masih terlihat sangat marah.
"ngapain datang lagi?" Ujar Beth ketus. "..kan kita udah putus!" lanjutnya.
"..udah donk,beb! Namanya juga kerja kan?"
"..kenapa dari tadi malam nggak ngabarin? Lupa ya sama aku?" sindirnya.
Sebenarnya sejak tadi malam aku benar-benar lupa untuk menghubunginya. Tadi malam aku benar-benar kelelahan, Dan sejak pagi, aku benar-benar sibuk menyelesaikan dokumen-dokumen perusahaan yang bertumpuk. Bagaimana sebaiknya saya merespon pertanyaan Beth?
"Lagi kejar deadline tutup buku perusahaan, semua tim lembur gila-gilaan beberapa hari terakhir." Jawabku. "aku bawain cheesecake nih. Kamu suka kan?" lanjutku sambil menyodorkan box kue.
"kamu udah kerja mati-matian, gaji ga seberapa.. terus ga ada waktu terus buat aku! Pacarin aja tuh kantor!!! Ga usah pacarin aku!! Toh nggak ada bedanya kan??" bentak Beth dengan nada tinggi.
"yah ga mungkin donk aku pacarin kantor, lagian kemampuan aku kan emang di bidang keuangan. Dan lagi aku juga belum ada waktu untuk merintis usaha lain."jelasku
"TERSERAH!!" teriaknya. "kamu tinggal pilih! Aku atau kantormu??"
"..kalau misalkan aku tinggalkan pekerjaan,, nanti penghasilan dari mana?"
"..pikir aja sendiri! Kalau kamu emank sayang sama aku, kamu resign dari kantor itu!"
"..ya ga bisa gitu juga donk.. aku merintis karir di kantor ini juga bukan waktu yang singkat..."
"..yauda..kamu pulang aja! Aku ga mau lihat mukamu dulu!"
"..kuenya gimana? Aku bela-belain beli buat kamu lho" kataku lagi sambil menyodorkan box kue ke Beth.
Beth langsung merebut kue tersebut dari tanganku dan melemparnya ke taman di teras rumahnya. Belum sempat aku berkomentar, Beth langsung membanting pintu rumahnya. Aku terdiam selama beberapa saat dan menghela nafas panjang. Aku jongkok di depan box kue yang bentuknya sudah tidak karuan tersebut. Sepertinya terbanting cukup keras, isi dari kue sudah berceceran keluar dari box. Aduh, sepertinya sudah tidak layak, pikirku. Aku memungut box kue tersebut dan membuangnya ke tempat sampah. Padahal aku membeli kue tersebut dengan uang tunai terakhirku. Dompetku kan tertinggal di kantor.
Aku kembali menghela nafas panjang, sepertinya aku tidak mungkin diijinkan masuk ke rumah Beth. Aku menyalakan mesin motorku. Aku kembali menatap pintu rumah Beth. Tidak ada tanda-tanda Beth akan membukakan pintu untukku. Sebaiknya aku kemana ya? Pikirku. Tiba-tiba notifikasi Bbmku berbunyi. "PING!!"
Aku membuka handphoneku. Month mengirimkan sebuah alamat dan nama sebuah KafeBar di daerah PIK. Kemudian dilanjutkan dengan ajakan ,'Gel, di tempat ini!! Sekarang yaaaa!!'
'Ternyata ingat juga nih bocah..' gumamku. Tapi aku sedang tidak ada mood sama sekali untuk ikut dalam kencan butanya. Apalagi dengan waktu yang mendadak seperti ini. Sebaiknya aku tolak secara halus, pikirku.
Sebelum aku sempat mengirimkan pesan kepada Month, Month terlebih dahulu mengirimkan foto gambar ke Bbmku. Terlihat ia sedang bersama dengan 2 orang gadis. Aku tersentak dan berusaha memperhatikan dengan lebih jelas foto tersebut. Salah satu dari gadis tersebut berambut merah dan postur tubuhnya mirip dengan gadis di mimpiku. Wajah gadis ini tidak terlihat dengan jelas karena tertutup rambut dan lengan Month saat difoto.
Mungkin tidak ada salahnya aku ikut ke tempat Month. Aku penasaran dengan gadis berambut merah tersebut. Perkiraan waktu menuju tempat itu kurang lebih setengah jam. Aku pun bergegas menuju ke tkp dengan harapan memenuhi rasa penasaranku tentang gadis itu.
--