Bagian 21. Pulau (2)
Keesokan harinya, Aku bangun dan melihat kembali handphoneku. Ada pesan dari Beth.
'Beb.. aku pergi ke Singapura sama papi yaa..sekitar 1 minggu.. Jadi Aku nggak bantu di toko dulu.' Begitu isi pesan dari Beth. Yah, aku tidak mungkin melarangnya pergi kan? lagipula Beth juga bukan karyawanku disini. Sky juga ada kuliah hari ini. Sepertinya aku harus mengurus toko sendirian hari ini.
Sebelum membuka toko, aku memperhatikan jumlah persediaan baju yang tersisa. Jumlah persediaan baju jualanku hanya tinggal sedikit. Bagaimana cara membuka toko dengan jualan yang sangat sedikit seperti ini ya? Pikirku. Tetapi aku juga tidak mungkin menutup toko hari ini. Toko baru saja mulai beroperasi kemarin. Sebaiknya aku segera memesan stok baru kepada rekan bisnis dari orang tuanya Month. Aku langsung menelpon Month.
Month mengangkat telepon.
"Month?" panggilku. "Gue butuh tambahan stok barang nih.. Boleh minta tolong hubungi rekan bisnis bokap lu ga?"
"Boleh,Gel.. Lu langsung hubungi aja,Gel.. gue kirim nomornya ya.." Jawab Month.
"Sip,Thank you,Month"
"..Eh..Gel.."
"iya?"
"Lu jadi ikut ga ke Pulau Seribu weekend ini?" Ajak Month lagi.
Aku berpikir sejenak. Sepertinya bukan ide yang buruk. Stok barang impor baru akan datang sekitar 2 minggu lagi dan Beth juga sedang jalan-jalan bersama orangtuanya ke Singapura. Tidak ada salahnya aku juga jalan-jalan bersama Month.
"Boleh deh,Month.." Aku menyetujui ajakan Month. "..Perlu bayar berapa?"
"Udah..gue aja yang atur soal bayaran mah.." Ujar Month. "Deal yak..awas kalau batal tiba-tiba.."
"Iya-iya.Deal.."
Sepertinya menarik. Sudah lama sekali aku tidak refreshing. Beberapa bulan terakhir, aku terlalu sibuk dengan kerjaanku di kantor. Memang sudah seharusnya aku refreshing. Akhir minggu ini aku akan menutup tokoku dulu. Toh tidak ada yang bisa kujual sebelum stok barang baru datang, pikirku.
---
Tiba juga hari dimana aku janjian dengan Month. Hari ini hari Sabtu, aku sudah sampai terlebih dahulu di pelabuhan. Rencananya kami akan naik Kapal menuju ke pulau seribu. Ini pertama kalinya aku pergi ke Pulau Seribu. Aku tidak menyangka ternyata pelabuhan menuju ke pulau seribu seperti ini. Becek dimana-mana dan bau ikan. Wajar saja, untuk mencapai pelabuhan ini, aku perlu melewati pasar ikan. Ekspektasi pelabuhan dibenakku itu ya seperti di luar negeri. Megah, banyak burung camar, Dermaga yang rapi dan dengan lantainya yang dicor beton, dan bahkan mungkin banyak pelaut yang sedang berjalan kaki. Tetapi semua ekspektasiku itu pupus seketika. Semuanya kebalikan dari ekspektasiku. Lantai yang becek dan bau ikan dari pasar ikan menyelimuti udara disini. Bahkan samar-samar terdengar suara tukang parkir sedang membantu mengarahkan parkiran pengunjung lain. Tempat ini seperti pasar. 'Apa aku salah tempat ya?' gumamku.
Tak lama kemudian, Month datang bersama dengan Rani. Ia mengenakan Jeans Pendek dan dengan atasan kaos bergaris-garis yang digulung lengannya. Rani disebelah Month juga mengenakan baju kaos bergaris-garis dan celana jeans pendek. Mereka mengenakan baju couple. Month dan Rani memang memiliki hobi yang sama. Travelling. Sempat terlintas dipikiranku, sepertinya aku salah untuk memilih ikut dengan mereka. Mungkin aku akan jadi nyamuk bagi mereka. Mereka berdua berpasangan sedangkan aku jadi jomblo sendiri disini. Beth kan tidak ikut. Tetapi pikiran itu teralihkan bersamaan dengan munculnya Vele dari belakang mereka. Vele mengenakan dress tanpa lengan berwarna putih dengan sedikit corak garis berwarna biru di bagian roknya. Hempasan angin laut membuat rambut Vele terbang. Rambut merahnya sempat menutupi wajahnya. Hempasan angin tersebut juga mengenai rok Vele hingga terangkat. Terlihat sepasang kaki yang indah dari balik rok tersebut. Untungnya Vele mengenakan celana jeans pendek dibalik Roknya tersebut. Aku tidak berani membayangkan pemandangan menarik apa yang akan kulihat apabila Vele tidak mengenakan jeans pendek tersebut di balik dressnya. Vele menahan roknya yang diterpa angin dan mengembalikan posisi rambutnya yang semula diterpa angin tadi. Sepertinya aku tidak akan jadi jomblo sendirian disini. Setidaknya Vele akan menemaniku. Paling tidak kami akan jomblo berdua, pikirku.
"Month? Benar disini tempatnya?" Tanyaku
"Iya..santai aja,Gel.. Benar kok disini." Jawab Month. "Yuk ikut gue.. gue udah biasa kok kesini" Month memandu kami menuju ke kapal kayu yang cukup besar. 'Baracuda'. Begitu tulisan nama kapal tersebut. Namanya sih keren, tetapi bentuk kapal ini tidak mencerminkan namanya. Kapal ini terbuat dari kayu, bahkan tidak ada AC di dalam kapal. Kami duduk di atas dak kapal bagian terdepan. Aku meletakkan ranselku ke dinding dan bersandar diatasnya. Rani,Vele dan Month juga melakukan hal yang sama. Kami bersandar sambil menunggu kapal kami berangkat. Terlihat beberapa penumpang kapal lain mulai menaiki kapal 'baracuda' ini. Aku melihat kearah Vele. Ntah kenapa aku merasa sepertinya Vele sedikit menghindariku. Setiap kali aku menatap matanya, ia seolah seperti membuang muka dan menghindari tatapanku. Apakah aku ada melakukan kesalahan padanya? Sepertinya hanya perasaanku saja.
Butuh waktu kurang lebih 3 sampai 4 jam untuk sampai ke pulau tujuan kami. Pulau tujuan kami merupakan pulau terjauh. Menurut Month, semakin jauh pulau tujuan kami, maka semakin bersih pula pulau tersebut karena pencemaran laut dari Jakarta tidak akan sampai ke lautan di pulau tersebut. Aku menikmati angin laut yang menerpa mukaku sepanjang perjalanan. Anginnya yang sejuk membuatku tidak merasakan panasnya matahari di atas kapal. Sepertinya memang kapal ini tidak membutuhkan AC. Walaupun terbuat dari kayu, ternyata kapal ini sangat kokoh. Aku pun tertidur diatas kapal.
hampir 4 jam lamanya perjalanan kami. Kami sampai di pulau yang ditunjuk oleh Month. Tepat seperti yang dideskripsikan oleh Month, Lautan di pulau ini sangat jernih dan bersih. Bahkan kami dapat melihat jernihnya lautan disini sampai ke dasar laut dengan mata telanjang. Month layaknya pemandu wisata memandu kami menuju ke penginapan. Di penginapan tersebut terdapat 2 kamar di dalamnya. Tentu saja kamar pria dan wanita terpisah. Aku sekamar dengan Month sedangkan Vele sekamar dengan Rani. Kami meletakkan barang-barang kami di penginapan dan beristirahat sejenak. Rencananya Month akan mengajak kami pergi ke pulau kosong untuk menikmati Sunset. Ia sudah terbiasa pergi ke pulau ini. Ia bahkan bisa menyewa perahu sendiri untuk berkeliling pulau seribu.
Setelah berganti baju, Month mengajak kami untuk ikut dengannya. Kami pergi keluar dari penginapan kami dan menuju ke dermaga. Aku memperhatikan Vele. Vele sudah mengganti bajunya. Ia mengenakan kaos putih dengan celana pendek. Vele terlihat sangat cantik walaupun ia mengenakan baju yang biasa-biasa saja. Mungkin pada dasarnya Vele memang sangat cantik. Aku mencoba mengajak Vele mengobrol.
"Vel?" Panggilku.
Vele hanya tersenyum menatapku dan berlalu begitu saja. Mungkin ia bersikap seolah tidak ada apa-apa, tetapi aku dapat merasakan bahwa Vele sepertinya sedikit menghindariku. Aku mencoba berpikir positif, mungkin ini hanya perasaanku saja.
Kami menaiki perahu kayu dengan mesin pengendali di belakangnya. Tentu saja Month yang mengendalikan perahu ini. Ia mengajak kami menuju ke pulau kosong. Pulau yang dideskripsikan Month merupakan pulau yang hanya ada pasir putih saja. Bahkan sebatang pohon pun tidak tumbuh disana. Pulau itu terbentuk dari arus laut yang membawa pasir di lautan dan membentuk sebuah pulau.
Tak butuh waktu lama bagi kami untuk mencapai pulau ini. Benar kata Month, pulau ini hanya terdapat pasir putih saja. Bahkan tidak ada satu pun pohon yang tumbuh disini. Di sekeliling kami hanya terlihat lautan. Dari kejauhan terlihat beberapa pulau yang ditumbuhi pohon. Ukuran pulau ini sangat kecil. Apakah ini bisa disebut pulau? siapa yang tahu. Aku berdiri di tepi pantai sambil menikmati halusnya pasir di pantai ini. Month dan Rani pergi ke ujung pulau dan duduk sambil saling bermesraan. Untungnya mereka tidak berani melakukan kegiatan mesum di sini. Air laut semakin tinggi dan mencapai lututku. Aku pun duduk di atas air sambil meremas-remas pasir di pantai. Hei, ini benar-benar halus. Pasir di sini jauh lebih halus dari yang kubayangkan. Bagaikan memegang sutera.
"Aku mau berenang dulu.." Ujar Vele. Ia langsung melompat ke air dan berkeliling mencari terumbu karang.
Aku memutuskan untuk tetap duduk di pantai sambil menikmati halusnya pasir di pantai ini. Langit semakin memerah, Matahari semakin tenggelam. Aku dapat melihat indahnya cahaya matahari menyinari pantai di sini dan semakin lama semakin redup. Sekilas terlihat Ikan pari berenang mendekatiku dan berenang menjauh. Aku teringat kata-kata dari Month tadi selama perjalanan, Aku harus berhati-hati terhadap ikan pari terutama ikan pari dengan ekor biru karena sedikit beracun. Cambukan ekornya akan sangat menyengat. Tetapi sepertinya hal itu tidak akan terjadi padaku. Ikan itu saja sudah kabur begitu melihatku, pikirku. Aku terus menerus meremas-remas pasir di bawahku.
'Clip!!' "AWW!!" Sepertinya sebuah pisau yang tajam mengiris jariku. Aku melihat ke bawah pasir yang kuremas. terlihat lubang kecil. Seekor kepiting menjepit jariku dengan capitnya dan kabur.
"Kepiting sialan..kalau ketemu, kumasak saos padang nanti!" Ujarku.
Aku bangkit berdiri dan melihat sekeliling mencari Vele. Tiba-tiba dari kejauhan, aku melihat Vele sedang meronta-ronta di atas air. Ia menatapku dengan tatapan panik seolah membutuhkan pertolongan. Aku teringat perkataan Month tadi. Apakah Vele terkena cambukan dari Ikan Pari? kenapa Vele meronta-ronta meminta pertolongan dari kejauhan? Aku tidak dapat berpikir panjang. Aku langsung terjun ke air dan langsung berenang sekuat tenaga menyelamatkan Vele. Posisi Vele cukup jauh dari pantai. Perlahan Vele mulai tenggelam. Aku semakin memacu pergerakanku agar semakin cepat menggapai Vele.
Tak butuh waktu lama bagiku untuk menggapai Vele. Sepertinya Vele tidak sadarkan diri. Aku langsung menarik tubuh Vele ke tepian dan merebahkan tubuhnya diatas pantai. Aku sedikit panik. Sepertinya Vele tidak bernapas. Aku harus melakukan CPR segera. Dulu saat masih sekolah, aku pernah belajar mengenai CPR dan mendapatkan nilai tertinggi tentunya. Ah, Sekarang bukan saatnya untuk bangga dengan nilai CPR yang tinggi. Aku harus menolong Vele. Aku tidak ingin melihat ada yang tewas di hadapanku. Apalagi Vele adalah temanku. Aku langsung memompa dada Vele dan berharap air laut dari paru-parunya keluar melalui mulutnya sehingga Vele dapat bernapas kembali.
Pemompaan sudah kulakukan tetapi Vele masih belum sadarkan diri juga. Aku harus memasukkan udara ke dalam mulut Vele dan memompanya kembali. Month dan Rani berlari dari kejauhan dengan panik menuju ke arah kami. Aku harus bergerak cepat. Aku menempelkan mulutku ke atas mulut Vele. Bibir kami bersentuhan. Sebelum aku sempat meniupkan udara ke mulut Vele, Vele membuka matanya.
Vele tidak bersuara. Ia hanya menatapku dalam diam. Aku merasakan kelegaan yang teramat sangat di hatiku melihat Vele ternyata selamat. Aku dapat merasakan bibir Vele yang sangat lembut di bibirku. Tidak kasar seperti roti lapis. Hei, bibir kami masih bersentuhan. Posisiku saat ini sangat canggung. Aku tidak tahu harus berbuat apa.
"Ehem.." Month berdeham membuatku tersadarkan.
Aku langsung bangkit dan duduk di atas pasir. Aku tidak berani menatap wajah Vele. Aku tidak tahu apakah tadi kami berciuman atau tidak...
..to be continued...
Please rate,like and comment if you like my story.. thank you..:)
i'm really sorry,guys
untuk next chapters akan dilock dan dibuka dengan spirit stones
Dengan meng-unlock spirit stones, berarti kalian mensupport para penulis untuk lebih berkembang dan dihargai sehingga kami para penulis akan lebih berusaha menghibur para pembaca lagi.
Thank you for your supports. :)