[Sesuatu yang tidak terelakkan]
Tamamo no Mae, seorang gadis rubah berekor sembilan yang selalu kesepian.
Seorang gadis yang tidak pernah tersentuh oleh siapapun walaupun dia merupakan seorang kaisar wanita.
Dia tidak mempunyai selir laki-laki yang mendampinginya dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang kaisar wanita.
Dia adalah seorang wanita yang lemah lembut, tetapi juga kuat dan tegas. Itu semua terbukti karena dia telah berhasil memimpin kekaisaran dimana tempat para manusia hewan tinggal.
Dialah seorang legenda hidup yang telah menyatukan banyak dari sub-ras manusia hewan yang ada di Iume.
Baik laki-laki maupun perempuan, semua orang sangat mengaguminya dan bahkan menganggap dirinya layaknya seorang dewi dari kayangan.
Tetapi...
Ketika cahaya telah turun, tidak ada yang bisa menghentikannya.
Itu adalah suatu kejadian yang tidak pernah ia sangka-sangka sebelumnya.
Tamamo, seorang gadis rubah yang tidak pernah mempunyai rekor kekalahan sebelumnya telah dikalahkan oleh seorang yang misterius.
Seseorang itu bahkan sama sekali tidak serius melawannya, dia hanya seperti orang dewasa yang berpura-pura serius melawannya.
Dia tahu kalau dirinya bukanlah orang yang terkuat di dunia ini. dia sudah tahu itu ketika dirinya pertama kali bertemu dan bertarung dengan gadis suci, The Saint Aria dari kerajaan suci.
Sihir mutlak dari Aria saat itu benar-benar membuatnya merasakan kekalahan. Walau Aria sendiri bilang kalau dia telah bersungguh-sungguh, tetapi instingnya bisa merasakan kalau Aria masih memiliki kekuatan yang dia sembunyikan.
Pada saat itu dia sama sekali tidak tahu siapa wanita itu, tetapi ada yang tidak aneh yaitu orang itu bukanlah seorang yang asing baginya, dan pada saat itulah...
Pada saat dia sudah terluka parah akibat pertarungan itu, tiba-tiba terlihat seseorang yang berlari ke arahnya dan sejak saat itu dia sama sekali tidak mengingat apapun.
Itu adalah akhir dari kisah Kon, alias Tamamo no Mae yang sudah kehilangan kekuatannya. Atau dia juga bisa dibilang salah satu bagian dari Tamamo no Mae.
Berkat kekuatan Lorelei dan juga bantuan dari Luxia, akhirnya Kon sekarang sudah mengingat siapa dirinya yang sebenarnya.
Baik Edward maupun yang lainnya sama-sama tidak menyangka ini.
Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Tamamo bisa membelah tubuhnya menjadi seperti ini.
Di dalam rumah atau lebih tepatnya istana peri milik Luxia, mereka semua berkumpul.
"Ini buruk!", kata Chamuel dengan nada yang serius.
Edward mengerti apa maksud Chamuel dengan itu, dia juga menganggap situasi ini adalah situasi yang sangat buruk.
"Benar aku setuju denganmu, kalau begini rencana kita akan berubah."
Chamuel menatap Edward.
"Hmmm...? Apa maksud Ed-chan?"
Melihat Chamuel yang terlihat tidak paham itu membuat Edward bingung.
"Eh?"
"Maksud Chamuel kalau begini terus maka Harem Ed-chan bisa bertambah dari 14 orang jadi 22 orang dan Chamuel jadi khawatir gak dapat jatah."
Edward menghela napasnya dalam-dalam. Dia benar-benar ingin menimpali perkataan Chamuel itu tetapi dia memutuskan untuk diam saja dan tidak mengatakan apapun.
Chamuel pun melihat ke arah Kon.
"Benar kan, Kon- ehm...Tamamo-chan?"
Tamamo yang terkejut dengan perkataan Chamuel itu pun wajahnya memerah. Dia berusaha untuk menutupi wajahnya yang merah merona itu dengan lengan pakaian Kimono yang ia pakai sekarang.
"Uwah wajahnya jadi merah!"
"Ti-tidak juga...I-ini tidak seperti aku naksir dia jadi wajahku merah atau apapun! A-aku hanya masuk angin!"
"YOSHAAAA TSUNDERE DATAAAANG!!!", teriak Chamuel dengan bersemangat.
Selama ini memang Chamuel merasa di dalam lingkaran harem Edward ada yang kurang, yaitu seorang gadis dengan sifat tsundere.
Memang dulu ada Sharon yang pernah menjadi seorang Tsundere, tetapi semenjak dia mengungkapkan perasaannya saat itu entah kenapa Tsunderenya menjadi menghilang.
"Oh my aku jadi ikut senang untukmu.", ucap Luxia yang tersenyum melihat tingkah Chamuel itu.
"Ya~h dari dulu Chamuel selalu merasa aneh karena di dalam Harem Ed-chan gak ada yang Tsundere sama sekali."
"A-aku bukan Tsundere!". Teriak Tamamo dengan wajah imutnya yang memerah itu.
Dengan ekspresi Smugnya Chamuel pun menyenggol-nyenggol Edward dengan sikunya.
"Bagaimana Ed-chan perasaannya?"
Edward hanya bersikap tenang saja seperti biasanya tetapi memang apa yang Chamuel bilang itu ada benarnya, ini bisa menjadi sesuatu yang gawat baginya.
"Hmmm...Sejujurnya aku tidak peduli tapi...ini memang gawat, kalau begini aku benar-benar akan dianggap kaisar Lolicon."
Sebagai laki-laki dewasa tentu saja dia merasa tidak enak dengan semua ini, dan juga ini sudah bisa dia anggap sebagai kejahatan.
Memang di dunia ini pernikahan di bawah umur memang hal yang biasa terjadi terutama di dunia kebangsawanannya atau bahkan di lingkungan keluarga kerajaan pun bahkan tidak jarang ada yang sudah dijodohkan saat dia masih bayi.
Semua itu sudah sangat biasa di dunia ini tetapi walau bagaimanapun menjadikan seorang gadis kecil seperti Chamuel sebagai calon istrinya itu sudah keluar dari akal sehat terlepas dari berapa umur sebenarnya.
Chamuel sendiri tidak terlalu mempermasalahkan ini semua, toh baginya yang penting hanya bersama Edward sudah membuatnya senang dan statusnya sebagai Archangel itu sudah menjadi lebih dari bukti kalau dia benar-benar sudah legal.
Chamuel memegang tangan Edward dan menatap wajahnya.
"Ed-chan..."
"A-apa?"
"Yang terpenting itu adalah cinta...ya Cinta! Ah...cinta yang romantis...betapa indahnya."
"Perasaan cinta...ya?"
Luxia menatap ke Edward yang terlihat biasa saja dan dia pun berekspresi seolah-olah dia tahu apa yang terjadi.
"Kutukan itu...perlahan memakannya..."
Cahaya, satu-satunya kekuatan absolut yang merupakan awal dari segalanya begitupun akan menjadi akhir.
Saat cahaya mulai padam, semuanya akan ikut padam bersamanya. Padam dalam ketiadaan sampai cahaya baru terlahir.
Sebuah siklus yang tiada akhir.
Dia teringat saat dia masih berduaan dengan Edward di dunia para peri.
Pada saat itu dia benar-benar merasakan apa yang telah Edward alami selama ini.
Edward, seorang pemuda yang tidak pernah dimengerti oleh orang lain.
Semua tindakannya, semuanya, tidak ada yang mengerti sebenarnya apa yang ia lakukan dan tujuannya.
Seorang pemuda malang yang selalu kesepian dalam kesendiriannya.
Semua itu tidak akan berubah walau dengan keberadaan orang lain di sampingnya. Dia akan terus merasakan rasa kesepian ini selama hidupnya, sampai saat dimana dia sudah tiada di dunia ini.
Tidak ada yang tahu sebenarnya apa yang ia pendam di dalam hatinya.
Dia sudah berulang kali putus asa tanpa seorang pun yang mengetahui.
Tidak ada yang tahu.
Tidak ada.
Semenjak dia kehilangan orang tuanya, sama sekali tidak ada yang bisa mengerti dirinya.
Tidak ada yang bisa ia lakukan dengan itu karena ini semua menyangkut tentang rahasia kenapa dia bisa dibilang hidup sampai sekarang walau dia sudah mati.
Seorang pemuda malang yang entah kenapa kemalangan terus menerus menimpanya tiada henti.
Orang-orang sering menyebut kalau tujuan hidup orang adalah Harta, tahta, dan wanita, tetapi bagi Edward itu tidak mungkin.
Dia tidak butuh ketiganya karena bagi orang yang sudah mati, hal yang paling penting yang menjadi tujuan hidupnya ialah mewujudkan sesuatu yaitu impiannya sehingga dia tidak mempunyai keterikatan lagi di dunia ini.
Tetapi saat ini dia sudah menemukan tujuan sebenarnya.
Dia tidak mengharapkan cinta atau kasih sayang dari mereka karena dia tidak akan pernah kembali lagi menjadi manusia biasa seperti dirinya dulu.
Dia tidak bisa terus bersama mereka.
Di dalam waktunya yang sudah semakin mendekat ini, hanya ada satu yang ia harapkan.
Ketika waktunya tiba.
Ketika cahaya telah pergi dari dunia ini.
Dalam kesendiriannya dia berharap kalau mereka semua bisa menemukan kebahagiaan.
Luxia meneteskan air matanya ketika merasakan perasaan itu.
Perasaan dari seorang pemuda bernama Edward.
Dia tahu lebih dari siapapun kalau orang yang menjadi sang Cahaya ditakdirkan bukan untuk menjadi bahagia.
Luxia tidak tahu kalau Edward telah mengalami semua itu di usia yang semuda ini.
Kesepian adalah hal biasa bagi orang yang menjadi sang Cahaya karena tidak ada makhluk yang bisa berada di sampingnya karena kekuatan cahaya sendiri pada dasarnya adalah racun bagi makhluk tanpa cahaya.
Racun mematikan yang akan melenyapkan siapapun bahkan jika dia tidak menginginkannya sekalipun.
[Perjalananmu sudah hampir berakhir, wahai Cahaya. Aku yakin semua penderitaan yang kamu simpan itu akan menghilang jika saat itu sudah tiba]
"Sekarang aku hanya harus melakukan tugasku disini."
Luxia pun kembali menatap Edward.
Chamuel dan yang lainnya merasakannya, mereka merasakan kalau sudah terjadi sesuatu di antara mereka berdua.
Ya pasti ada yang terjadi.
Luxia...bagi Chamuel dan yang lainnya dia adalah sosok yang sangat misterius.
Chamuel sendiri walau sudah berkali-kali pernah bertemu dengan peri, tetapi ini pertama kalinya dia bertemu dengan Luxia.
Pada awalnya benar dia mengaku sebagai Myth apalagi dengan ciri-ciri fisiknya yang memang seperti Myth, tetapi entah kenapa dia merasakan sesuatu yang lain di dalam diri Luxia.
Bahkan dirinya yang selama ini selalu mencari gara-gara setiap Edward bersama dengan gadis yang tidak ia kenal entah kenapa hanya dengan Luxia dia sama sekali tidak melakukan itu atau lebih tepatnya ada sesuatu yang seperti menyugestinya agar diam.
"Oh my, apakah ada sesuatu, malaikat kecil?"
"Ti-tidak..."
Chamuel mendekati Lily yang sedari tadi diam di samping Edward.
Berbeda dengan Chamuel, Lily terlihat sama sekali tidak terganggu dengan Luxia. Dia bahkan sekarang tidur di pangkuan Luxia layaknya anak kepada ibunya.
Suara sesuatu pun terdengar di sana dan asal dari suara itu tidak lain adalah Lorelei.
"Lorelei-chan, gimana keadaan Un-chan?"
"Kelihatannya dia sebentar lagi sadar, saat ini White dan Arashel sedang menemaninya."
Ini merupakan sebuah keajaiban besar karena Lorelei sekarang bisa menghilangkan kutukan Mermaid.
Ya, kutukan Mermaid, tetapi tidak untuk sekarang. Saat ini Lorelei hanya menggunakan sihir levitasi milik Chamuel.
Dikatakan bahwa di dalam legenda dua putri kembar yang menceburkan diri ke laut setelah tragedi yang menimpa mereka, disanalah letak cara untuk lepas dari kutukan itu.
Seorang Mermaid dikatakan harus menemukan cinta sejati mereka.
Sebuah cinta sejati yang berasal dari hati mereka sendiri.
Biasanya akan ada adegan romantis seperti seorang pangeran yang mencium seorang putri untuk melepaskan kutukannya tetapi itu tidak berlaku untuk Edward.
Ada banyak alasan kenapa Edward tidak ingin dan tidak bisa melakukannya walaupun dengan Lorelei, seorang gadis tercantik di dunia sekalipun.
Tentu saja itu membuat Lorelei kesal. Sebagai seorang maniak romantis, dia sangat memimpikan adanya kejadian seperti itu tetapi malah tidak bisa dan itu membuatnya sangat kesal.
"Oi apa kau masih kesal?"
"Hmph!", ucap Lorelei sambil memalingkan wajahnya dengan ekspresi kesal.
Tentu Lorelei sudah mendengar tentang siapa saja yang pernah berciuman dengan laki-laki yang ada di depannya itu dan dia juga terkejut karena selama ini hanya Lily dan White lah yang telah melakukannya. Bahkan Chamuel yang sebegitunya suka pun sama sekali belum pernah.
Tentu itu membuat Lorelei mempertanyakan tentang kejantanan Edward.
"(sigh) Ya sudah kalau begitu."
Edward berdiri.
"Ed-chan, mau kemana?"
"Aku mau mencari udara segar dulu."
Edward pun meninggalkan ruangan itu.
Setelah Edward keluar, Luxia yang bisa menebak apa yang terjadi pun berkata...
"Jangan salahkan dia, apa yang pernah ia katakan itu benar."
"Katakan?", ucap Lorelei yang bertanya-tanya.
"Jika makhluk yang tiada cahaya menciumnya, maka dia akan mati tanpa terkecuali siapapun itu."
Semua orang terkejut mendengar itu, bahkan Chamuel dan Arashel sekalipun.
"Ma-mati?, Ucap semua orang yang ada di sana kecuali Lily.
"Sadarilah kalau Cahaya itu adalah racun bagi kalian, anak-anak yang telah kehilangan cahayanya."
"Ta-tapi kenapa?"
Beribu-ribu pertanyaan muncul di benak mereka semua tentang pernyataan seorang gadis yang baru saja mereka temui itu.
"Kalian boleh meragukanku, toh kalian akan tahu alasannya setelah melihat sendiri dengan mata kepala kalian kekuatan cahaya yang sesungguhnya. Tapi aku sarankan lebih baik kalian tidak melakukan hal bodoh untuk saat ini."
Tentu mereka semua tidak serta merta percaya kepada gadis yang baru saja mereka kenal itu tetapi entah kenapa pernyataan gadis itu seperti sebuah kebenaran sendiri di pikiran mereka.
Mereka semua pun mulai bertanya-tanya sebenarnya siapakah itu Luxia dan kenapa dia bisa tahu hal seperti itu. Hal yang bahkan anak-anak Zodiak sendiri sama sekali tidak tahu.
"Luxia...ya...sebenarnya siapa kamu?", ucap Chamuel dengan nada serius.
"Aku bukan siapa-siapa...setidaknya untuk saat ini. Aku yakin di masa depan kalian akan tahu siapa aku sebenarnya tetapi ada satu yang mau aku perjelas...aku adalah entitas yang lebih kuat dari kalian semua.", ucap Luxia dengan senyuman sinisnya.
Ucapan Luxia terdengar tidak masuk akal tetapi sama seperti yang tadi, Chamuel dan yang lainnya merasakan kebenaran dari apa yang dikatakan Luxia.
"Aku mengetahui segala rahasia dunia ini dari awal sampai akhir. Tentu aku juga tahu siapa sebenarnya tuan kalian Liela Xea dan juga...."
"Saint...Lucia."
Udah lama gak up