Li'er … Li'er ….
Li Moying menggumamkan namanya saat ia melihat ke jurang yang tidak berdasar itu. Ia merasa hatinya tercabik-cabik.
Terasa seperti, dulu … dulu sekali, ia juga merasakan sakit hati yang memilukan.
Untuk terpisahkan selamanya, terpisah dalam hidup dan mati. Begitu pedihnya kehilangan cinta yang merupakan bagian dari hatinya.
Perasaan seperti itu terukir dengan jelas di hatinya yang terdalam.
Li'er … Li'er ….
Jiwanya memanggil nama ini, rasa sakitnya menyiksa sampai pada titik di mana ia tidak mampu menahannya lagi, dan ia harus membungkuk saat ia mencengkeram erat kepalanya.
Sebuah sosok ilusif melintas di depannya, seorang gadis cantik dengan senyumnya yang memikat.
Bayangan tersebut melintas terlalu cepat dan ia tidak dapat mengingat bagaimana tepatnya rupa gadis itu. Ia hanya dapat mengingat perasaan samar-samar bahwa sosok itu cantik sekali ….
"Kakak Tertua! Kakak Tertua! Jangan menakut-nakutiku!"