Hari ini Clara tampak lebih ceria dari biasanya, bagaimana tidak .... akhirnya setelah 3 hari penuh menginap di rumah sakit ia di perboleh kan pulang oleh papa Mr.K, tentunya dengan syarat Clara harus merubah pola makannya, dan merawat luka nya itu.
"Ada apa dengan wajah mu ? Mengapa wajah mu seperti sedang memenangkankan undian?" ucap Mr.K yang membantu Clara mengepak pakaian dirinya maupun Clara.
"Tentu saja karena aku bisa pulang hari ini," ucap Clara riang.
"Sebegitu senangkah kau keluar dari rumah sakit ini?" tanya Mr.K.
"Tentu saja aku senang ... tidakkah kau ingat bahwa aku sebenarnya sangat membenci rumah sakit?" ucap Clara berbalik tanya pada Mr.K.
Mr.K pun mulai mengingat ingat mengenai perkataan Clara itu.
'Ah iya ... aku baru mengingat nya ... Clara memang tak suka dengan rumah sakit ... bahkan waktu itu lukanya belom sembuh dia memaksakan pulang,' gumam Mr.K dalam benak.
"Aku baru ingat... lalu kenapa pada akhirnya kau tak merongrong ku seperti waktu itu?" tanya Mr.K bingung sambil menautkan alisnya.
'Karena jika aku meminta pulang ... kau mungkin langsung pergi lagi.'
Hal itu yang pertama kali terbesit di benak Clara.
"Mmm... itu karena ... keluarga mu merawat ku dengan baik ... terutama prof.Hans," ucap Clara sekenanya.
"Ya ... ya ... ya," ucap Mr.K sambil memutarkan maniknya malas.
"Kita habis ini langsung pulang ke rumah?" tanya Clara pada Mr.K.
Sejujurnya Clara bosan berada di rumah sakit maupun rumah, ia ingin sekali kali belanja di luar ataupun ke tempat tempat yang belakangan ini jarang ia datangi.
"Ya ... kita akan pulang," ucap Mr.K tegas.
"Tak bisakah kita pergi ke tempat lain dulu ?" bujuk Clara sambil memelas pada Mr.K.
Mr.K tampak menimbang, karena bagaimanapun kondisi nya saat ini belom sepenuhnya pulih, atau bisa juga dikatakan baru sembuh, belum lagi masih banyak yang masih mengincar dirinya maupun Clara.
"Akan kufikirkan," ucap Mr.K pada akhirnya setelah tak tega melihat raut wajah Clara.
Dengan cepat Clara berhambur mendekati Mr.K dan memeluk nya.
Deg
Mr.K membeku, jantung nya berdegup cepat, bahkan deru nafasnya tak beraturan.
"Terimakasih Kevin," ucap Clara senang.
Mr.K berusaha mengatur nafasnya.
"Ya..-yak ! kau mengagetkanku," ucap Mr.K menutupi perasaannya.
"Oh maaf ... aku terlalu senang," kekeh Clara.
"Hng."
Tok Tok Tok
Mendengar ketukan pintu tersebut spontan keduanya menolehkan kepalanya pada pintu ruang rawat inap Clara.
Ceklek
"Prof.Hans!" pekik Clara senang sambil berlari kecil ke arah prof.Hans.
"Woah ... kau tampak ceria sekali pagi ini" ucap prof.Hans pada Clara sambil tersenyum.
Clara menampilkan senyuman tulusnya pada Prof.Hans.
"Bolehkah aku memelukmu ... sebagai ucapan terimakasih karena telah merawat ku selama 3 hari penuh?" tanya Clara pada Prof.Hans.
"Tentu saja boleh ... kau kan sudah ku anggap seperti anakku juga," ucap Prof.Hans.
Clara pun langsung memeluk prof.Hans, ia merasa prof.Hans seperti ayahnya sendiri untuk itu ia selalu merasa nyaman dengan keberadaan prof.Hans.
Mr.K yang masih berada di sana melihat interaksi antara papa nya dan Clara hanya dapat menatap nya jengah. Ia tak suka dengan papa nya yang menjadi sangat dekat dengan Clara.
"Jangan sungkan sungkan jika kau ingin bertemu denganku," ucap Prof. Hans pada Clara sambil mengusap punggung nya.
"Hng ... tenang saja kalau ada waktu aku akan menjumpaimu ... tapi jika diizinkan oleh anakmu," ucap Clara sambil melepaskan pelukannya, dan sedikit berbisik diakhir kalimat.
Mr.K yang melihatnya sontak menajamkan maniknya.
"Kenapa kalian berbisik? apakah ada yang kalian sembunyikan dariku?" ucap Mr.K dingin.
Clara dan Prof.Hans keduanya kompak mengendikkan bahu dan terkekeh kecil melihat tingkah Mr.K itu.
"Ayo cepat pulang, sebelum aku berubah fikiran," ucap Mr.K sambil menarik lengan Clara.
"Hei kau tak ingin berpamitan dengan papamu ini?" tanya prof.Hans pada anak sulung nya itu ketika hampir langsung saja melangkahkan kaki nya melewati prof.Hans.
Mr.K menatap Clara sejenak, lalu menatap Prof.Hans.
"Aku pulang pa," ucap Mr.K singkat.
"Oke," jawab prof.Hans sambil melambaikan tangannya.
Awalnya Mr.K hendak mengabaikan lambaian tangan itu, tapi dengan cepat Clara meraih tangan Mr.K dan membantunya melambaikan tangan balik pada prof.Hans.
Dengan terpaksa Mr.K menuruti Clara.
'Ada ... ada saja anak itu,' decak prof.Hans dalam hati.
Hati Prof.Hans sedikit menghangat semenjak Clara mulai membantu mempersatukan antara keduanya.
...
...
Clara dan Mr.K kini sudah berada di mobilnya.
Mr.K mulai menstarter mobil nya, dan mengemudikan mobilnya tersebut.
"Kita akan kemana ?" sahut Clara dengan penuh harap.
"Aku akan mengajak mu makan siang diluar di tempat yang aman," ucap Mr.K singkat.
"Hah ~ aku fikir kau akan mengajakku berbelanja atau mungkin pergi ke tempat lain," ucap Clara sedikit mengeluh.
"Maaf .. untuk kali ini belum aman bagimu dan sebenarnya ...."
Mr.K tampak menjeda kalimatnya, dan Clara tampak menunggu kelanjutan kalimat Mr.K itu.
"urusanku belom selesai," lanjut ucap Mr.K.
"Lalu maksudmu kau akan meninggalkan ku lagi di rumah dengan adikmu itu?" tanya Clara langsung pada Mr.K dengan nada bicara tak suka.
"Iya."
"Aku tak mau .... aku akan ikut denganmu ..." ucap Clara.
"Ta..-tapi."
Clara langsung memalingkan wajah nya ke arah jendela.
"Kau fikir aku barang apa malah dititip," cibir Clara pelan tanpa peduli pada Mr.K yang akan mendengarkan cibirannya atau tidak.
Mr.K menghela nafasnya panjang sebelum membalas cibiran Clara itu.
"Baiklah kau boleh ikut denganku ... tapi jangan menganggu pekerjaan ku ataupun menghalangiku," ucap Mr.K final.
Seketika Clara langsung menolehkan kepala nya pada Mr.K dan menganggukan kepalanya.
...
...
"Hallo ada apa pak ? apakah ada informasi baru ?"
"Apakah adikmu sedang dekat dengan seorang pemuda?"
Hening.
Tak ada jawaban dari seberang telefon.
"Jacob?"
"Ah ... iya ada pak ... asistennya Ken ... ada apa pak?"
"Tadi aku samar samar melihat adikmu dengan seorang pemuda... awalnya aku ragu... karena ku kira itu bukan adikmu."
"Lalu ... apakah kau mengikuti nya pak ?"
"Maaf kan aku ... aku tidak sempat mengejarnya."
"Hah ~~ baiklah ... apakah adikku baik baik saja."
"Ya dia tampak baik ... tapi seperti nya sebelumnya adikmu sakit."
"Sakit ??!"
"Ya, karena baru saja tadi aku melihatnya keluar dari rumah sakit ... mungkin karena itu adikmu tidak dapat dihubungi .. dia tidak ingin membuat khawatir keluarganya."
"Aish anak itu ... justru karena tak bisa dihubungi kita jadi lebih khawatir ... baik lah terimakasih atas informasi nya, akan ku sampaikan pada ayahku."
"Ya sama sama."
Setelah itu kedua telefon itu pun terputus.
Ada kelegaan di hati Jacob, saat mengetahui bahwa kondisi adiknya kini dalam keadaan baik baik saja, walaupun disamping itu ia merasa seperti kakak yang gagal, karena terlambat mendapatkan informasi mengenai sang adik satu satu nya itu.
—————-
Leave comment and vote 😊