Semua Demonic Beast bingung. Mereka mencoba mencari sumber suara. Namun setelah sekian lama memandang dan menyelidik seluruh hutan—yang hanya berupa pepohonan dan batuan gunung—mereka tidak mendapat apa-apa.
Sedangkan untuk Aiden, ketika suara itu muncul, kekuatan Spiritual Mansion secara perlahan mereda dan kembali tenang. Dia memikirkan hal ini di kepalanya, satu-satunya orang yang bisa memaksa dan memiliki kontrol atas energi itu hanyalah Deva. Mungkin penjaga misterius itu tidak ingin kehilangan tuannya sesaat setelah pengikatan segel kontrak serta itu akan mengakibatkan penantiannya yang panjang menjadi sia-sia.
"Tuanku, Anda tidak boleh gegabah. Untuk mengambil nyawa hama-hama ini tidak perlu nyawa Tuanku dikorbankan. Biarlah hamba yang melakukannya," suara penuh hormat itu kembali terdengar, namun kali ini suaranya terdengar dingin disertai hawa membunuh yang kuat.
Aiden hanya berdiri di sana ketika tubuhnya secara tak terduga kembali memancarkan energi Spiritual Mansion yang begitu murni. Energi keperakan itu mengelilinginya seperti sebuah piringan tipis. Dalam beberapa detik berikutnya, energi itu meluas dengan daerah di sekitar Aiden yang kosong menjadi titik pusat.
"A-apa ini?!" Di tengah kebingungan, para Demonic Beast menyadari bahwa kekuatan Aiden kembali tenang. Mereka sedikit lega. Namun hal itu tak berlangsung lama karena berikutnya suara itu kembali terdengar dan mengancam kehidupan mereka. Lalu energi Aiden kembali muncul dengan bentuk berbeda.
Tentu saja semua ini membuat ratusan Demonic Beast Immortal Gate tersebut panik dan buru-buru menghindar. Mereka melompat ke belakang sembari menjaga jarak, takut jika mereka menyentuh energi Aiden maka mereka akan mati.
"Percuma ..."
Kata itu terucap bersamaan dengan meningkatnya perluasan energi Aiden sampai beberapa kali lipat, memotong tubuh Demonic Beast menjadi dua.
Teriakan-teriakan keputusasaan terdengar saat Demonic Beast menyadari bahwa nyawa mereka telah diambil begitu cepat tanpa mereka bisa melakukan apa pun. Tubuh mereka terbelah secara horizontal lalu mereka berubah menjadi abu dan tertiup angin, meninggalkan beberapa Demonic Core istimewa yang hanya dimiliki Demonic Beast khusus.
"Jika Senior Selia melihat pemandangan ini, dia pasti terpana." Aiden memikirkan Selia sembari memandang ratusan Demonic Core yang berjatuhan di atas tanah.
Menurut yang dikatakan Herdian, bila inti-inti itu dijual maka Aiden bisa mendapatkan ribuan bahkan puluhan ribu koin emas. Tapi Aiden merasa ragu, Demonic Core memiliki kegunaan bermacam-macam seperti untuk membuat pil, menaikkan tingkat Kultivasi secara instan, sebagai bahan dasar pembuatan Artefak dan masih banyak lagi. Alasan inilah yang membuatnya ragu-ragu untuk menjual sebagian atau semua Demonic Core itu karena benda itu sangat berguna untuknya.
Namun apa daya, Aiden bahkan tak membawa sekeping koin emas pun untuk perjalanannya yang panjang. Dia juga berpikir bahwa tidak baik menyimpan terlalu banyak Demonic Core, Aiden tidak ingin dicap sebagai orang serakah. Yah, sebenarnya dia hanya membela diri, dan itu juga kesalahan Demonic Beast Immortal Gate tersebut memilih lawan yang salah.
Aiden berpikir lebih baik menjualnya beberapa buah dengan harga tinggi lalu menukarnya dengan emas untuk membeli berbagai keperluannya sehari-hari ketika mengembara.
Itu lebih baik.
Tanpa disadari, ketika Aiden mengatur rencana untuk ke depannya saat dia berkeliling dunia, pembantain Demonic Beast sudah selesai. Aiden melihat bahwa semakin banyak Demonic Core yang berjatuhan di tanah hingga membentuk bukit-bukit kecil, itu membuatnya bahagia. Tapi Aiden segera mengerutkan dahi, dia melihat ada beberapa Demonic Beast yang masih hidup. Aiden memikirkan kenapa Deva tidak menghabisi mereka sekaligus.
"Senior, kenapa kau tidak membunuh mereka semua?" tanyanya penasaran.
"Mereka bersedia jadi pengikutmu sebagai ganti ampunan nyawa," jawab Deva cepat dengan nada datar. "Lebih baik kau tidak memanggilku senior jika kita sedang bercakap-cakap, karena kenyataannya aku adalah bawahan sekaligus pelindungmu yang setia," lanjut Deva.
"Um ... tapi aku merasa tidak enak." Aiden sedikit keberatan dan merasa canggung jika dia harus memanggil Deva yang sangat kuat itu tanpa panggilan kehormatan.
Sudah menjadi kebiasaan manusia untuk memanggil mereka yang lebih berkuasa dan kuat dengan gelar atau panggilan hormat. Alasannya sederhana, yaitu karena mereka takut terhadap orang itu. Namun ada juga yang benar-benar segan dan menghormati mereka murni dari dalam hati. Tergantung insan masing-masing. Mereka bebas menentukan. Tetapi berbeda jika seorang penguasa atau orang kuat memiliki tuan yang harus dilindungi dan dijaga. Tuan mereka bebas memanggil mereka dengan segala nama sebutan, bahkan dengan cacian dan makian. Orang-orang bertuan tersebut tidak akan membalas atau marah karena inilah kewajiban mereka. Menjaga dan melindungi, sama seperti Deva terhadap Aiden.
Pada akhirnya Aiden harus menuruti keinginan seniornya itu demi kehormatan dan tradisi Spiritual Mansion.
"Baiklah, lalu apa yang harus aku lakukan pada mereka?" Aiden bertanya setelah menghela napas panjang, sedikit enggan.
"Terserah. Kau bisa mengampuni nyawa mereka dan mereka akan menjadi pelayanmu selamanya atau kau juga bisa memilih untuk membunuh mereka. Semuanya sama saja, aku tidak peduli."
"Kau tidak peduli tapi aku peduli," batinnya dalam hati, sedikit kesal.
"Apakah ada kemungkinan mereka akan berkhianat?" Aiden bertanya setelah terdiam beberapa saat.
"Tentu tidak. Mereka terikat Janji Kehidupan jadi mereka akan mati bila melanggarnya. Yah, meskipun mereka berkhianat mereka tetap tidak akan membahayakan dirimu karena ada aku," jawabnya percaya diri.
Demonic Beast dapat dijinakkan sehingga mereka bisa menjadi pelayan yang setia. Ada dua cara untuk melakukannya, yang pertama dengan memaksa Demonic Beast itu dengan kekuatan hingga mereka merasa putus asa dan tidak ada jalan lain selain menerima kenyataan hidup sebagai pelayan manusia. Yang kedua yaitu dengan membuat Demonic Beast itu mengakui sang tuan dengan hatinya sendiri. Namun cara kedua sulit dilakukan karena kebanyakan Demonic Beast memiliki harga diri tinggi sehingga mereka tak akan mudah mengakui seorang manusia.
Tapi jika seseorang bisa menjadikan Demonic Beast pelayan dengan cara kedua, maka Demonic Beast itu akan benar-benar taat dan patuh terhadap segala jenis perintah tuannya. Bahkan untuk mengorbankan diri sendiri. Berbeda dengan cara yang dilakukan oleh Aiden, yaitu dengan kekerasan. Kebanyakan Demonic Beast bisa jadi sedikit malas dan sulit diatur.
Untuk benar-benar mengikat Demonic Beast, maka Demonic Beast tersebut haruslah mengucapkan Janji Kehidupan terhadap tuan mereka. Bila mereka melanggar janji, tubuh mereka akan berubah menjadi abu lalu terbang menghilang tertiup angin.
Jadi karena itu Deva tidak khawatir jika Demonic Beast ini akan menyerang Aiden. Bila mereka memang berniat melakukannya, maka sebelum itu terjadi mereka telah lenyap tak bersisa. Tak ada yang tahu bagaimana Janji Kehidupan ini bekerja pada Demonic Beast, namun kebanyakan Kultivator senior mengatakan itu adalah kehendak surga. Tapi Aiden tak percaya dan tak mempedulikannya, dia sudah cukup mengetahui bahwa Janji Kehidupan bekerja untuk Demonic Beast ini.
"Kalian semua!" teriak Aiden pada belasan Demonic Beast yang masih tersisa. "Sekarang berubahlah menjadi wujud manusia kalian dan berbaris di depanku."
Para Demonic Beast langsung menurut dan mulai merapal mantra mereka masing-masing. Beberapa detik kemudian kabut menyelimuti tubuh Demonic Beast, karena mereka ada belasan dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, kabut yang mereka ciptakan juga berwarna-warni.
Salah satu Demonic Beast menyelesaikan perubahan dan memiliki penampilan seorang perempuan cantik bergaun putih terbuka. Gaun itu tidak menghalangi gerakannya yang gesit dan lincah, tetapi justru membuatnya lebih leluasa bergerak serta menambah keanggunannya.
Tak berselang lama, Demonic Beast yang lain juga menyelesaikan perubahan, namun kali ini Demonic Beast itu berubah menjadi lelaki tampan berjubah hitam. Mata merahnya menatap hormat pada Aiden.
Lalu semua Demonic Beast selesai merubah penampilan mereka ke bentuk manusia. Semua Demonic Beast itu memiliki penampilan yang unik dan menarik, ada yang memiliki penampilan anak-anak hingga lelaki tua yang nampak lemah. Mereka berubah sesuai dengan sifat dan karakteristiknya. Namun menurut Aiden, di antara lima belas Demonic Beast ini yang paling menonjol adalah si wanita bergaun putih dan lelaki berjubah hitam. Seolah-olah mereka memiliki sesuatu spesial yang mereka sembunyikan.
"Berbarislah," perintah Aiden sekali lagi. Mereka langsung bergegas dan membentuk barisan lurus yang rapi.
Barisan terdepan adalah Demonic Beast berpenampilan lelaki tua. Di belakangannya ada seorang gadis yang terlihat lugu dan penurut. Namun Aiden tahu, semua mahkluk yang ada di depannya adalah Demonic Beast yang buas dan ganas.
Setelah semuanya berbaris rapi Aiden mengangguk dan berkata, "Perkenalkan masing-masing dari kalian padaku. Nama, kemampuan, jenis Mana Element, Guide Books yang kalian gunakan, serta tingkat Kultivasi kalian yang sebenarnya."
Data-data ini diperlukan oleh Aiden untuk menentukan tugas-tugas mereka serta memanfaatkannya sebaik-baiknya. Ia sebenarnya tidak terlalu membutuhkan informasi tingkat Kultivasi para Demonic Beast tersebut, dia dapat dengan mudah mengetahuinya dengan bantuan Deva atau menggunakan ilmunya sendiri. Namun Aiden ingin mengetes seberapa setia Demonic Beast ini terhadap dirinya, apakah mereka akan berbohong atau mengatakan yang sebenarnya. Aiden melihat bahwa beberapa dari mereka sengaja menggunakan ilmu untuk menyembunyikan tingkat Kultivasinya dari orang lain. Dia menyadari alasannya tapi Aiden tetap merasa perlu untuk mereka berkata jujur.
"Baiklah Tuan!" seru mereka serentak. Aiden tersenyum senang, ini adalah beberapa bawahan yang mungkin akan berguna di perjalanan.
Sebelum mereka memperkenalkan diri dan melaksanakan perintah Aiden, Aiden mengeluarkan Selia dari Dimensional Realm miliknya lalu menyuruh gadis cantik itu untuk ikut mendengarkan.