aku berjalan gontai menuju salah satu kamar di 'hotelku', setelah bekerja semalaman akhirnya aku bisa istirahat. ini sangat melelahkan. tapi tidak masalah sih, aku merasa cocok dengan pekerjaan ini, maksudku menjadi resepsionis sangat pas dengan kondisiku saat ini. disini kesibukan baru akan terasa di malam hari, ketika para pengendara mobil kelelahan, lalu memutuskan untuk istirahat semalam disini, atau para wisatawan yang sengaja datang di malam hari karena paginya akan memburu sunrise, atau kelompok anak muda yang akan ramai di malam hari dan baru tidur dini hari. itu sangat pas denganku yang tidak bisa tidur di malam hari. intinya aku bukan lagi pengangguran. hanya saja pekerjaan ini lumayan menguras tenagaku, yah... bukan salah pekerjaanku sih, salahku sendiri sebenarnya, aku terlalu aktif bekerja dan banyak ikut campur uemrusan pegawai seperti mengantar makanan, merawat taman, membersihkan kolam renang dan sebagainya yang sebenarnya bukan tugas resepsionis. jadi sebenarnya apa pekerjaanku? secara de yure aku adalah bos, dan secara de facto aku adalah resepsionos yang suka ikut campur.
aku melepas pakaianku dan berendam air panas di bathtub sambil mendengarkan musik, sudah lima hari aku disini dan tidak pulang ke vila. sudah selama itu juga aku tidak bertemu dave. jangankan bertemu, ketika kutelpon pun dia tidak mengangkatnya, dasar suami sialan, tidak tahukah dia aku disini sangat lelah? apa dia tidak khawatir denganku yang sama sekali belum pernah bekerja ini kelelahan dengan segala aktivitas yang ada disini?
******
"kamu nungguin aku?" aku terkejut mendengar suara itu, aku menoleh ke pintu kamar mandi dan mendapati dave berdiri di sana.
"kok kamu disini?" tanyaku, maksudku kok dia bisa disini setelah beberapa detik yang lalu aku memikirkannya?.
"yang minta aku pulang sebelum seminggu siapa?"
aku memalingkan wajahku, malu. ternyata dia benar-benar mendengarkan perkataanku waktu itu, kupikir dia sama sekali mengabaikanku.
"hei, aku udah disini, dan itu sikap kamu?" aku menatap dave yang nampak tidak senang. mendadak aku teringat bagaimana sikapnya padaku saat hari-hari pertama menikah, dan wajahnya saat ini sama persis ketika dia menyuruhku berlutut minta maaf padanya, bulu kudukku bergidik, itu sudah lama lewat dan kini.... kenapa dia menatapku begitu? itu.... itu sangat menakutkan.
"dave, bisa gak kamu keluar dulu?"
"kenapa? kamu takut kalo aku ngapa-ngapain kamu?" dave mangatakan itu sambil menatapku merendahkan.
"aku tau kita udah jadi suami istri, tapi aku tetep malu diliatin terus kaya gitu"kataku, malu apaan? aku ketakutan setengah mati!
"kamu bahkan gak pantas buat malu karena itu"
"apa? kya....!" belum sempat aku bertanya apa maksudnya berkata seperti itu, dia menekan kepalaku kebawah hingga tertutup air, aku sangat sulit untuk bernapas. aku terus berontak, mencoba melepaskan tangan dave dari kepalaku, tapi dia malah semalin menekanku, samar-samar aku dapat mendengar perkataannya.
"kamu gak pantes berada disisiku, setelah tujuanku tercapai, kamu akan aku singkirkan, cam kan itu, clara, kamu gak pantes bersanding sama aku"
"ha...!!!" aku menghirup udara dengan rakus begitu kepalaku keluar dari air. tapi.... dimana dave? apakah sudah pergi? oh sialan, sepertinya tadi aku bermimpi, ya ampun.... andai saja aku tidak bermimpi seperti itu mungkin beberapa jam lagi akan ada pengumuman kematianku karena kehabisan napas akibat tertidur waktu mandi dan tenggelam dalam bathtub. sangat konyol.
tapi.... tadi itu benar-benar seperti nyata, tatapan dave. caranya berbicara, tangannya yang menekan kepalaku.... semua masih terasa sampai sekarang. atau mungkin karena aku terlalu lama berendam jadilah seperti itu.
aku memutuskan keluar dari bathtub, sudah satu jam lebih ternyata. aduh.... kepalaku benar-benar sakit. lebih baik aku segera tidur.
baru saja aku selesai memakai pakaianku kudengar teriakan yang sangat berisik di luar.
"argh...!!!" seruku kesal, aku bergegas membuka gorden jendela, dapat kulihat gerombolan anak yang sedang berdiri di pinggiran kolam renang, mereka rombongan yang baru tiba kemarin sore, dasar anak-anak, tidak bisakah mereka tenang?
tunggu, apa aku tidak salah lihat? yang muncul dan tenggelam di kolam renang itu.... hei! aku tidak salah lihat kan? ada anak tenggelam.
aku segera membuka pintu dan keluar kamar untuk memastiakan apa yang kulihat, dan benar saja, ada seorang anak yang tenggelam.
aku berlari dan mendorong anak yang menghalangi jalanku, lalu....
byur! aku melompat ke kolam renang dan berenang dengan cepat menuju anak yang sepertinya sudah tidak bisa bertahan itu. tepat ketika dia sudah tidak muncul lagi ke permukaan aku sampai di tempatnya dan meraih tangannya. ku peluk anak itu dan membawanya berenang ke pinggir kolam. aku harus cepat sebelum terlambat.
kuletakan anak itu di pinggir kolam, teman-temannya langsung mengerubunginya.
"minggir, jangan kesini, jangan ada yang deket-deket!" seruku, aku mencoba menekan dada anak itu, seperti yang pernah di ajarkan kakak kelasku ketika pramuka dulu. sialan, tidak berhasil, terpaksa aku memberikan napas buatan untuk anak itu, kumohon.... berhasillah.
"uhuk" anak itu terbatuk dan air keluar dari mulutnya. aku menghembuskan napas lega, dia selamat. tak lama berselang, seorang wanita dan salah satu pegawaiku datang terburu-buru. guru itu langsung memeluk anak muridnya.
"bu, mohon lain kali awasi murid ibu dengan benar, jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali, saya permisi" aku bangkit dan berjalan kembali ke kamarku, aku berhasil menyelamatkan anak itu, alu lega, hanya saja kejadian tadi membuatku kembali teringat dengan sesuatu yang seharusnya tidak kuingat, bukan hal bagus tentu saja, dan itu membuat sekujur tubuhku gemetaran.
"nona, nona tidak papa?" aku terkejut dengan sentuhan pegawai itu di pundakku.
"gak, gak papa, aku cuma capek, mending kamu urus tamu itu, rawat anak yang brusan tenggelam, dan.... udahlah, aku gak bisa mikir lagi, jangan ganggu aku dulu, please" ujarku lalu masuk ke kamarku.
bruk! aku jatuh terduduk bersandar pada pintu yang barusan kututup. tubuhku gemetar hebat.
kenapa? aku bisa mnyelamatkan anak tadi, tapi kenapa aku tidak bisa mnyelamatkannya waktu itu? kenapa waktu itu aku hanya diam? kenapa aku melakukan hal itu? kenapa?
"hiks" air mataku mengalir, aku mulai terisak, teringat kesalahan besar dalam hidupku itu. ya ampun.... aku benar-benar bodoh kala itu, aku benar-benar bodoh!