Pada hari Sabtu pagi, Lin Huang dibangunkan oleh Lin Xin yang mengetuk pintu.
"Kakak, bangun. Sudah waktunya sarapan!" Jelas, ia terdengar senang dan gembira.
"Ya, aku tahu. Aku kesana," Lin Huang melihat jam dan itu baru pukul 6.30 pagi.
Setelah mandi, ia mengganti bajunya dan pergi ke bawah.
Ada telur goreng kematangan, berbentuk agak aneh di atas meja makan dan sepiring salad yang tampak menyegarkan.
Lin Huang berjalan di belakang meja makan dan melihat semangkuk bubur. Gadis itu telah belajar dari telurnya yang berantakan. Setidaknya, warnanya tampak baik-baik saja dan ia tidak menambahkan bahan asal-asalan ke dalam buburnya.
"Kakak, cepatlah. Setelah sarapan, kita harus buru-buru naik elang pertama!" Lin Xin menuntut.
"Santai saja. Kita tidak akan menaiki elang untuk sampai kesana," Lin Huang mengerti mengapa ia buru-buru.
"Bagaimana kita akan pergi ke Kota Baqi kalau begitu? Kita berangkat hari ini, kan?"
"Kau akan tahu nanti saat kita berangkat," Lin Huang perlahan memasukkan sesendok penuh bubur ke dalam mulutnya. Ekspresi wajahnya segera berubah, memaksakan untuk menelan bubur itu. Ia mengangkat kepalanya dan menatap Lin Xin.
"Apakah rasanya enak?"
"Terlalu banyak garam. Tidak sehat memakan banyak garam," Lin Huang berusaha bersikap lembut dengan kritiknya.
"Karena aku tidak menambahkan garam pada telur goreng dan salad, aku menambahkan sedikit garam ke bubur."
Lin Huang melirik rak bumbu, sementara Lin Xin berbicara. Sebelumnya, setidaknya ada tiga perempat garam tersisa di wadah yang ditempatkan di rak bumbu semi-transparan. Namun, tidak ada yang tersisa.
"Kau bisa menaburkan sedikit garam atau menuangkan kecap pada telur goreng dan salad jika kau ingin lebih banyak rasa dalam makananmu," Lin Huang menjelaskan dengan sabar.
Untuk mengurangi rasa asinnya, Lin Huang menyantap satu sendok makan salad hijau.
Saat ia makan sesendok salad, Lin Huang merasa tengkoraknya hampir retak. Ia memaksa dirinya untuk menelan dan mengambil serbet makan untuk menghapus air matanya.
"Xin Er, berapa banyak mustar yang kau tambahkan ke dalam salad?!" Lidah Lin Huang mati rasa.
"Aku ingat kau memberitahuku kalau beberapa sayuran harus direndam agar rasanya enak. Aku menambahkan seluruh botol minyak mustar ke dalam mangkuk dan merendam sayuran. Aku melapisi sayuran dan minyak mustar dari atas ke bawah dengan mengenakan sarung tangan. Aku menghabiskan banyak waktu untuk menyiapkan ini! " Lin Xin berkata dengan bangga.
"Tak heran warna sayurannya terlihat sangat menarik. Dilapisi dengan mustar..." pikir Lin Huang.
"Xin Er, aku kenyang. Nikmati sarapanmu. Aku akan mencuci piring nanti," Lin Huang berjalan menuju sofa.
"Kakak, kau belum menyentuh telur gorengnya," Lin Xin kesal.
"Kau makan saja," Lin Huang duduk di sofa dan membaca berita.
Lin Xin memakan semua hidangan - bubur asin, salad yang direndam mustar dan bahkan telur goreng. Ia melahap semuanya!
"Mungkinkah ia terlahir dengan selera rasa yang aneh?" Lin Huang berpikir sambil meliriknya.
Hanya dalam waktu singkat, Lin Xin menghabiskan semua makanan di atas meja makan. Lin Huang menutup situs laman berita dan membersihkan meja.
"Kakak, bagaimana kita pergi ke Kota Baqi?" tanya Lin Xin.
"Kenapa kau begitu tidak sabaran? Kau akan tahu nanti," Lin Huang merasa terganggu.
"Kau sudah berkemas?" Lin Huang bertanya.
"Ya, semalam!"
"Aku akan memeriksa kamarku sekali lagi untuk memastikan bahwa aku tidak meninggalkan apapun. Tolong periksa kalau jendela-jendela tertutup dan lampu dimatikan dan oh...kunci pintunya."
Lin Xin mengikutinya dan pergi untuk memeriksa hal-hal yang disebutkan Lin Huang.
Lin Huang pergi ke kamarnya. Ia menutup jendela kamarnya dan melipat selimutnya. Ia melirik kamarnya sekali lagi dan mengunci pintu. Lin Xin menuruni tangga.
"Aku telah melakukan semua yang kau suruh. Bisakah kita berangkat sekarang?" Lin Xin jelas bersemangat.
Keduanya mengganti sepatu mereka dan keluar dari rumah. Lin Huang berjalan dua langkah ke depan dan memanggil Serigala Viriian di Jalan No.101.
Itu adalah seekor Serigala Viriian yang tampak agung. Ia berhenti untuk waktu yang lama dan akhirnya berkata, "Kakak, apakah kau seorang Penjaga Imperial?!"
"Ya. Aku mengetahuinya saat mendaftar untuk Penilaian Pemburu Cadangan," Lin Huang tidak mengatakan yang sebenarnya padanya karena akan sulit baginya untuk menjelaskan mengapa ia tidak memberi tahu Lin Xin tentang itu sebelumnya.
"Akan memakan waktu lama untuk mencapai Kota Baqi dengan menunggangi Serigala Viriianmu..." Lin Xin penasaran.
"Kita akan naik Serigala Viriian sampai kita keluar dari pos pijakan ini. Kita akan naik monster lain nanti," Ia mengulurkan tangannya dan menarik Lin Xin ke atas untuk duduk di punggung serigala.
Serigala Viriian berdiri dan berlari menuju gerbang timur pos pijakan. Mereka bertemu dengan beberapa kenalan di kota yang terheran-heran karena tunggangan mewah Lin Huang! Setelah sekitar tiga menit, mereka tiba di luar gerbang timur pos pijakan. Lin Huang kemudian menyimpan Serigala Viriian dan memanggil Elang Alexandria.
"Ia cantik sekali!" Lin Xin menatap penampilan elang putih yang murni dan tampak dingin.
"Kecepatan Elang Alexandria lebih cepat daripada elang biasa."
"Kakak, kau luar biasa. Kau bisa memanggil dua monster!" Lin Xin memuji Lin Huang.
"Berdirilah. Kau bisa duduk di bantal tahan cuaca ini untuk melihat pemandangan yang lebih baik," Lin Huang membantu Lin Xin menaiki Elang Alexandria dan ia mengikutinya.
"Ke Kota Baqi," Lin Huang menyuruh Elang Alexandria.
Elang Alexandria meraung, mengepakkan sayapnya dan terbang ke langit membawa keduanya di punggungnya...