บท 47: Chapter 47 Hanifa Mentahnya Saja

"Gimana? Udah?" tanya Arini.

Nadia pun mengangguk lalu meminum air mineralnya kembali dan kemudian berdiri untuk membayar makan siang mereka berdua di kasir.

"Yuk!" ajak Nadia.

"Kemana?" tanya Arini.

"Bukannya kita habis ini ada kelas lagi? Sama Bu Hesti kan?" sahut Nadia.

Arini pun melihat jam di tangannya.

"Iya memang ada kelasnya Bu Hesti. Tapi kan masih setengah jam lagi," sahut Arini.

"Ya ... sambil nunggu kita ngobrol di taman saja kalau begitu," sahut Nadia.

"Oke. Tapi thanks ya udah ditraktir Nad. Mudah-mudahkan jodoh kamu bakalan dilancarkan. Aamiin!" sahut Arini dengan mengeraskan kata 'AMIN'.

"Apaan sih kamu ini? Berisik tahu Rin?" sahut Nadia yang lantas menarik begitu saja lengan sahabatnya.

"Eh eh eh ... bentar to Nad! Aku habisin dulu es tehku, mubadzir tahu!" ucap Arini yang kemudian menyeruput dengan cepat es teh miliknya yang tinggal seperempat gelas saja itupun termasuk es batu yang masih tersisa.