Banyak mainan yang berserak di lantai. Boneka beruang, boneka barbie, dan berbagai mainan khas bayi perempuan lainnya, tidak lupa mainan bebek berwarna kuning yang biasa di gunakan untuk bermain saat mandi, bola kecil seukuran bola ping-pong berwarna-wani. Gelak tawa terdengar saat mainan bebek berwarna kuning berbunyi, menjadi hiburan bagi seorang balita yang baru berusia satu setengah tahun.
Lunar Ivory, wanita berusia 25 tahun itu duduk di kursi, di sudut rumah itu, dengan keringat yang mengalir di dahinya. Lelah sekali rasanya karena keadaan rumah yang tidak pernah terlihat rapih semenjak kehadiran seorang balita di rumahnya, apalagi saat balita itu sudah mulai bisa berjalan, segala macam barang diambil dan dilemparnya.
Hari itu Lunar libur bekerja. Wanita itu memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan putrinya dan juga membereskan pekerjaan rumah yang tidak bisa dia kerjakan dengan maksimal bila bukan di hari libur.
"Red, ini sudah waktunya tidur siang."
Lunar yang sedari tadi hanya duduk memperhatikan balita itu bermain dengan mainannya mulai beranjak, melihat jam dinding rumahnya yang sudah menunjukan waktu tidur siang bagi si balita yang tadi ia panggil dengan nama Red.
Mendengar namanya dipanggil oleh sang ibu seolah mengerti, balita itu hanya menyahut dengan suara yang tidak jelas khas balita yang belum bisa berbicara lalu kembali asik dengan mainan yang sedari tadi dimainkannya. Tidak jarang juga mainan itu ia masukan ke dalam mulutnya.
"Ayo, ini waktunya kamu tidur siang. Sudah cukup bermainnya, nanti lanjutkan lagi."
Lunar langsung meraih tubuh Red ke dalam gendongannya dan membawanya ke dalam kamar untuk menidurkannya.
Begitu sampai di dalam kamar, Lunar langsung menidurkan Red di tengah tempat tidur dan dirinya meraih botol susu yang ada di atas nakas yang sudah dibuat sebelumnya dan meneyerahkannya pada Red yang terlihat antusias menerima botol susu itu.
Dengan lembut Lunar mengusap kepala putrinya dengan sayang. Ditatapnya mata berwarna hazel, mata yang selalu memberi keteduhan baginya saat dirinya merasa begitu lelah menjalani hari-hari untuk memperjuangkan sebuah kehidupan yang ada di depan matanya.
Lunar mampu melewati setiap fase kehidupan yang rumit selama satu setengah tahun terakhir, semua karena makhluk kecil yang kini ada di dalam pelukannya. Kecupan kecil mendarat di dahi sang putri yang kini sudah memejamkan matanya dan pegangan di botol susupun sudah mengendur.
Diraihnya botol susu yang ada di tangan Red saat botol itu sudah tandas isinya. Kemudian Lunar meletakan kembali botol yang sudah kosong itu di atas nakas . Dia kembali ke tempat tidur di sebelah putrinya dengan posisi tidur menyamping menghadap sang putri.
Diusapnya pelan kepala Red yang makin terlelap dalam tidurnya. Pandangannya menerawang jauh untuk kehidupan yang dia jalani saat ini.
"Biarlah orang menghinaku. Tapi, tidak akan aku biarkan orang menghinamu, Nak." Lunar mengecup kening anaknya yang tertidur pulas di sampingnya. Dia pun ikut merebahkan diri dengan memeluk tubuh Red dan mulai memejamkan matanya ikut terlelap di sana.
***
Dalam tidur lelapnya Lunar merasakan tubuhnya terguncang dari samping, seperti ada yang menimpanya dan itu membuat tidurnya terganggu.
Matanya mengerjap, melihat apa yang tiba-tiba mengganggu tidurnya. Begitu matanya terbuka dan dapat menyesuaikan dengan cahaya yang ada di kamar itu, Lunar bisa melihat dengan jelas kalau putrinya menelungkupkan wajah di perutnya.
"Kamu sudah bengun, Nak?" tanya Lunar, saat dilihatnya Red sedang memeluknya dengan muka memerah khas orang bangun tidur.
Tak ada sahutan dari balita itu hanya celeotehnya yang begitu riang saat melihat sang ibu juga sudah terbangun.
Lunar melihat ke arah jam dinding ternyata cukup lama juga mereka tertidur. Niat hati ingin membereskan rumah saat Red tertidur akhirnya kandas, dia beranjak dari baringnya dan langsung merubah posisinya menjadi duduk.
"Ayo Red, kita mandi. Setelah itu kita jalan-jalan, mumpung mama libur."
Lunar langsung membawa Red ke dalam kamar mandi. Mereka menghabiskan waktu, menikmati kebersamaan ibu dan anak yang hanya bisa dilakukan saat Lunar libur bekerja. Red sehari-hari lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan pengsuhnya.
Setelah selesai dengan ritual mandinya, Lunar terlebih dahulu memakaikan pakainan untuk Red dan membiarkan makhluk kecil itu bermain terlebih dahulu dengan mainannya lalu dia segera mengenakan pakaiannya. Lunar berniat mengajak Red untuk membeli keperluan sehari-harinya yang sudah menipis.
"Ayo kita berangkat."
Lunar terlihat sudah siap dengan pakaian casual-nya. Kaos putih yang dia balut dengan kemeja flannel dan juga celana jeans. Gaya anak muda yang membuatnya terlihat seperti masih remaja. Bahkan, saat dirinya membawa Red, tak sedikit orang yang menganggap Lunar adalah Kakak atau tantenya Red.
Lunar menaikan Red ke sebuah stroller supaya memudahkannya saat berbelanja. Lunar memesan taxi untuk menuju mal yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya.
Setelah melakukan perjalanan selama 30 menit. Lunar keluar dari taxi yang ditumpanginya lalu membayar ongkos taxi tersebut, dan bergegas masuk ke dalam mall tersebut.
Langkah Lunar membawanya menuju gerai kebutuhan bahan pokok. Dia harus membeli beberapa kebutuhan Red yang memang sudah hampir habis seperti yang disampaikan oleh pengasuh Red sebelumnya. Lunar memilih untuk mendudukan Red di dalam trolly dan menitipkan stollernya di tempat penitipan barang.
Banyak hal yang dia ambil. Mulai dari diapers, susu bayi, dan juga beberapa kebutuhannya lainnya milik Red. Tidak lupa juga dia memilih kebutuhan untuknya dan juga kebutuhan dapur yang memang sudah habis.
Setelah dirasa semua yang dia butuhkan sudah masuk ke dalam trolly, Lunar membawanya ke depan kasir untuk dilakukan transaksi, saat dirinya sedang antri di depan kasih terdengar suara riuh dari arah pintu masuk gerai itu dan membuat Lunar cukup penasaran apa yang sebenarnya terjadi.
"Ada apa?" tanya Lunar pada orang yang melewati dirinya, yang baru saja keluar dari kerumunan keributan yang ada di depan gerai.
"Itu ada Abrisam Zayn, pengusaha sukses sedang berkeliling." Laki-laki yang ditanyai oleh Lunar menunjuk ke arah di mana kerumunan berada.
"Oh... terima kasih," ucap Lunar dengan tersenyum.
"Apa istimewanya sih. Memang ada apa dengan pengusaha itu? Apa dengan berkerumun seperti itu, dia akan membagikan uang untuk mereka," gerutu Lunar pelan sambil menggeleng.
Lunar mendorong trollynya saat barisan di depannya sudah selesai dengan transaksi mereka. Begitu belanjaan miliknya selesai dihitung, Lunar membayar jumlah barang belanjaannya. Dia meminta pelayan untuk membawakan barang belanjaannya keluar dari sana dan dia membawa Red dengan strollernya.
Saat keluar dari gerai itu, Lunar melewati orang-orang yang masih berkerumun, dia medengus. Apa-apaan mereka itu, memang apa spesialnya pengusaha yang bernama Abrisam Zayn? gerutu Lunar dalam hati.
Namun, dirinya tidak peduli dan terus melanjutkan langkahnya mengikuti pelayan yang tadi membawakan barang belanjaannya.
Hollaa. selamat datang di cerita pertamaku di sini. Semoga bisa menghibur dan bila suka, jangan lupa masukan di rak dan review-nya. Terima kasih