ดาวน์โหลดแอป
70.17% When You Belong Me / Chapter 40: LDR part 1

บท 40: LDR part 1

Hari ini hari terakhir abdul berada di negara A. dari semalam Yola sudah menangis sedih karena harus berpisah dari suaminya ini. Hingga pagi ini Yola bahkan naik ke atas ranjang dan masuk ke dalam selimut tebal lagi, karena malas mau beraktifitas.

"Sayang, aku bawakan sarapan buat kamu." Kata Abdul sambil menutup pintu kamar.

"Aku lagi malas makan." Jawab Yola masih dengan posisi sama, bergelung dengan selimut membuat Abdul terkekeh.

"Yang, ayolah makan dulu, jangan menyiksa diri kamu, jangan menambah dosaku." Kata Abdul, yang membuat Yola langsung terbangun dari rebahannya, lalu duduk dan mengambil piring dari tangan Abdul.

Abdul tersenyum, "Makanlah, jangan menyiksa diri lagi, kita sudah membuat kesepakatan kalau akan menjalani hubungan ini walau jarak jauh, dan akupun sudah berjanji akan sering menjengukmu saat aku tidak sibuk." Kata Abdul sambil membelai rambut panjang Yola.

"Suapin." Kata Yola lalu menyodorkan piring yang Ia pegang pada suaminya.

Abdul hanya tersenyum, lalu mengambil piring itu kembali dari tangan Yola lalu mulai menyuapkan makanan itu ke mulut istrinya.

"Manja." Kata Abdul.

"Besok-besok aku ga disuapin lagi." Kata Yola sambil memeluk pingang Abdul lalu menyandarkan kepalanya di perut sang suami dengan mulut yang mengunyah makanan.

Sesekali Abdul membelai kepala Yola dengan lembut, sejujurnya Ia pun tak sampai hati meninggalkan istrinya di negara A yang jauh dari pantauannya, namun itu harus dia lakukan demi kesehatan Yola dan masa depan mereka.

Abdul kembali menyuapkan makanan ke dalam mulut Yola, dan Yola kembali memeluk pingang suami yang berdiri tepat dihadapannya.

"Jangan pernah melupakan sholat, dan berusahalah untuk selalu tepat waktu dalam menjalankannya, sayang. Itu akan membuatmu lebih tenang dan leluasa melakukan segala aktifitas mu setelahnya." Pesan Abdul pada Yola.

"Hm." Jawab Yola singkat.

Abdul tersenyum kecil melihat tingkah manja istrinya sering membuatnya gemas, dan ini yang membuat Ia akan selalu merindukannya. Namun Ia hanya diam tak mau membuat beban di hati Yola.

"Libatkan Allah dalam setiap langkahmu, sayang. Maka Allah akan selalu melindungimu." Kata Abdul lalu mengecup kepala istrinya.

"Iya." Jawab Yola singkat.

"Ambil waktumu sedikit setiap hari untuk memberiku kabar. Aku akan membaca semua pesanmu untukku, dan jangan segan-segan menelponku, jika ada yang terjadi dan membutuhkan aku untuk segera datang, ingat Yola kamu istriku, kekasih halalku hingga ke surge nanti, jadi apapun yang terjadi padamu itu tangung jawabku, juga kebaikan dan keburukan yang kau lakukan itu pun akan menjadi tangung jawabku." Kembali Abdul mengingatkan Yola.

"Iya, aku akan ingat itu semua, aku tidak mau kamu memikul banyak dosaku." Kata Yola dengan nada sendu.

"Ya, terimakasih." Ucap Abdul, memang seorang suami terkadang harus tegas terhadap istrinya dan benar-benar mewanti-wanti pada sang istri tentang kebaikan dan keburukan, karena itu adalah tangung jawab sang suami sebagai ganti seorang ayah memikul tangung jawab seorang gadis yang telah menikah.

"Kamu juga jaga kesehatan, selama ini kamu terlalu bekerja keras, aku tidak mengharapkanmu untuk memberiku harta berlimpah, yang aku inginkan hanyalah dirimu." Ucap yola dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Iya, aku akan menjaga kesehatanku dengan baik, aku tidak ingin membuatmu khawatir." Ucap Abdul sambil mengacak rambut Yola.

"Kamu juga tidak boleh dekat-dekat sama cewek manapun, baik itu santri maupun klien kamu, ga boleh!" Kata Yola sambil cemberut dan mngeratkan pelukannya pada pingang Abdul.

Abdul tertawa kecil, sungguh istrinya ini memang tipe perempuan posesif, jangankan sekarang yang berjauhan saat mereka dekat saja, Yola selalu marah tiap kali melihat Abdul berinteraksi dengan perempuan, dan marahnya sangat luar biasa, karena dia hanya akan diam saja sampai abdul menjelaskan siapa perempuan yang berbicara dengannya.

"Posesif." Kata abdul.

"Sama-sama posesif jangan saling tuduh." Jawab Yola membuat abdul tersenyum lebar.

"Buka mulut, suapan terakhir." Ucap Abdul lalu menyuapkan makanan ke mulut Yola dan meletakkan piring serta sendok ke atas meja nakas.

Yola mengunyah makananya dengan tanpa merubah posisi masih dengan memeluk pingang Abdul.

"Minum." Pinta Yola, Abdul kembali tersenyum, lalu mengambilkan satu gelas air putih yang tersedia di meja nakas.

"Terima kasih." Kata Yola.

"Udah kenyang?" Tanya Abdul sambil tersenyum.

"Udah." Kata Yola sambil mendongakkan kepalanya menatap wajah tampan suami.

Abdul menaruh gelas ke atas meja nakas, lalu menagkup wajah cantik istrinya dan mencium keningnya lama.

"Jangan terlambat makan, aku tidak mau melihatmu terbaring di rumah sakit lagi, cukup sekali saja." Kata Abdul lalu mencium Yola dengan sayang.

"Tidak akan, aku tidak akan telat makan, dan aku akan rajin control ke dokter dan mengikuti semua arahan dari dokter."

"waktu akan cepat berlalu dan kita akan kembali bersama." Kata Abdul.

Yola menepuk sisi ranjang menyuruh sang suami untuk ikut bergabung dengannya duduk di pinggir ranjang.

"Sini." Kata Yola, lalu Abdul duduk di samping Yola lalu dengan sayang Yola memeluk tubuh suaminya yang beberapa jam lagi akan berangkat kembali ke negara asal mereka.

"Aku pasti rindu pelukan kamu ini." Ucap Abdul sambil menyeka setiti air di sudut matanya.

Abdul membawa Yola ke atas tubuhnya lalu Ia bersandar di kepala ranjang sambil memeluk tubuh Yola yang berada di atasnya sambil memeluk dirinya erat.

"Aku apa lagi, aku pasti kangen banget, ga ada yang nyium aku kalau mau tidur, ga ada yang ucapin selamat tidur, ga ada yang membacakan doa diatas kepalaku." Yola berujar, membuat Abdul semakin erat memeluk tubuh Yola, lalu mencium berulang kali puncak kepala Yola.

"Kamu pikir aku tak akan kangen? Aku pasti kangen pelukan kamu, kangen ciuman kamu, kangen godaan kamu, kangen manja kamu, dan kangen yang ada disini." Ucap Abdul sambil menunjuk dada Yola.

"Ih, kamu tuh." Ujar Yola sambil mencubit pipi Abdul.

"Lha emang iya, kan Cuma punya dua, ga bisa aku bawa lagi kan." Kata Abdul sambil tertawa.

"Emang apa enaknya? Keluar air juga enggak." Kata Yola.

"Ya enaklah, aku kan ga punya." Kata Abdul sambil menatap Yola.

"Punyalah, ini apa?" Kata Yola sambil mencubit dada Abdul yang membuatnya meringis.

"Aduh. Iya tapi ga sebesar punya kamu, lebih mantap kalau lagi di pegang." Kata Abdul lalu tertawa lebar.

"Uh!"

Yola kembali merebahkan kepalanya di dada Abdul, sedangkan Abdul membelai rambut Yola dengan sayang.

"Kenapa kamu belum mau melakukan itu?" Tanya Yola.

"Itu apa?"

"itu…. Itu." Ucap Yola bingung jika harus mengatakannya.

"Karena aku tidak ingin menunda punya anak, maka aku ingin kita melakukannya benar-benar diwaktu yang tepat, dan tempat yang tepat. Seperti yang aku katakan padamu tempo hari." Jawab Abdul.

"Aku tidak mau kamu terhambat menyelesaikan kuliahmu, lagi pula dari segi umur kamy masih kurang, sayang." Lanjut Abdul membuat Yola tersenyum manis.

"terimakasih."

"Karena aku mencintaimu." Ucap Abdul.

"Aku tahu, karena aku merasakan cintamu, dan aku juga mencintaimu." Jawab Yola lalu Abdul memeluk erat tubuh Yola.


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C40
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ