Yola menyeruput coklat hangat yang tadi di buat oleh Mbok Rahmi, di sampingnya suaminya yang sedang minum teh hangat kegemarannya, lalu ada Pak Karim yang baru saja selesai berenang, dan satu lagi Yusuf.
"Mbak Yola, itu Mas jhonatan bagaimana bisa kenal sama mbak Lala?" Tanya Yusuf sambil menggenggam gelas menggunakan kedua tangannya.
"Kami satu sekolah, satu kelas juga."
"Ow. Begitu." Tandas Yusuf dan Pak Karim, membuat Abdul tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
"Kenapa, Pak?" Tanya Abdul pada Pak Karim yang ternyata juga penasaran tentang Lala dan Jhonatan.
"Mas Jhonatan suka sama perempuan yang berjiwa seni rupanya."
"Tidak juga, Bang Jhon malah tidak tahu kalau Lala ternyata berjiwa seni, karena memang mereka baru dekat saat kita sudah mau lulus sekolah, Lala cenderung pendiam dan introvert, sedang kakakku, cowok keren di sekolah, dan di sukai banyak wanita,"
"Lalu apa yang membuat Mas Jhonatan suka sama Lala?" Tanya Yusuf.
"Tidak tahu, mungkin karena sikap lala yang lembut dan selalu membuatnya nyaman saat didekatnya, bukankah cinta tak memerlukan alasan, jika beralasan itu bukan cinta, tapi sebuah perjanjian."
Abdul menatap Yola dengan tersenyum manis, "Pinternya nyonya Abdul." Puji Abdul sambil menjepit dagu istrinya pelan.
Pak Karim dan Yusuf saling pandang, melihat bagaimana pasangan itu selalu terlihat romantis dan menggemaskan.
"Jelas." Yola tertawa renyah.
"Mbak Yola, sarapan sudah siap."Kata Mbok Rahmi.
"Oh iya, terimakasih mbok. Sebentar lagi ayah dan bunda pulang, kami sarapan bersama mereka saja."
"Baik, mbak."
"Fatih masih tidak mau menerima adiknya?"Kata Abdul.
"Iya, padahal lucu lho." Jawab Yola
"Kenapa Fatih tidak mau menerima adiknya?" Tanya Yusuf.
"Karena takut kasih sayang mama dan papanya terbagi. Itu aja alasannya." Ujar Yola sambil tertawa.
"Lucu juga ya mas Fatih itu."
"Assalamualaikum," Ucap Jelita dari arah depan, mereka langsung menoleh. Sesaat kemudian Yola langsung berlari menyongsong gadis kecil yang berada dalam dekapan sang ayah."
"Ais!" Panggil Yola pada gadis kecil itu. Lalu Yola mengambil Ais dari gendongan ayahnya.
"Mama lagi sakit ya, Ais disini ya sama kaka Yola. Nanti kita main bareng, mau main apa? Boneka? Atau kita mau main apa?" Kata Yola pada bayi berusia Sembilan bulan itu.
"Bagaimana kabar Tante Rena, ayah?"
Tanya Abdul pada Danil yang baru saja duduk di ruang keluarga.
"Ya, batuk dan Flu. Makanya Ais dibawa kemari takut tertular virus dari ibunya." Jawab Danil. Sedangkan Jelita sedang masuk ke kamarnya untuk ganti baju, lalu tak lama Ia pun keluar dan langsung mengecek meja makan untuk persiapan sarapan.
"Ini makanan sudah siap, kalian sarapan dulu saja, nanti gantian. Ais ini aktif banget lho. Ga bisa ditinggal-tinggal, takut nyebur ke kolam nanti." Ujar Jelita pada semua orang yang duduk di ruang keluarga.
"Biar sama saya saja bu, dek Alis nya, Ibu sarapan saja." Kata Pak Karim.
"Jangan Pak, bapak sarapan dulu saja. Ais lagi anteng tuh sama Yola. Biar kan saja." Tandas jelita.
"Jangan lupa bun, pintu yang menuju ke taman belakang di tutup saja, takut dia ke kolam renang, seperti yang bunda bilang tadi." Kata Danil mengingatkan istrinya.
"Iya Ayah, nanti Bunda tutup saja, biar Ais tidak lari kesana."
"Maaf ayah, bunda. Abdul boleh makan disana, bersama Yola. Abdul mau sekalian menyuapi Yola."Kata Abdul.
Danil dan Jelita saling pandang, lalu tersenyum manis, "Silahkan Abdul, tidak masalah kamu mau makan disana, Ais baru kali ini Lho ketemu sama Yola, tapi kok langsung mau ya diajak sama dia." Ujar jelita pada Yang lain.
"Tangan mbak Yola, adem. Jadi siapa saja mau ikut sama dia, nurut pula." Kata Pak Karim.
"Betul kata Pak Karim, dulu itu tetangga sebelah anaknya tidak mau pulang, setiap Yola pulang sekolah dia langsung main kerumah ini, sampai malam, sampai makan malam pun disini, dibujuk siapapun tetap tidak mau pulang." Cerita Danil.
"Wah, berarti Mbak Yola, kelak pintar mengurus anak, Pak. Beruntung kamu, Gus. Dapat istri seperti mbak Yola, pinter dalam segala hal." Puji Pak Karim.
"Iya, Alhamdulilah. Saya tidak salah pilih," kata Abdul sambil menyendok sayuran di meja.
"Semoga kelak saya juga dapat yang seperti mbak Yola." Tutur Yusuf.
"Amiin." Serempak mereka langsung mengamini kata-kata Yusuf. Sedangkan Yusuf langsung tersenyum kecut menahan malu.
"Saya ke sana dulu, ayah, bunda." Pamit Abdul lalu mendekati Yola yang masih asik bercengkerama dengan Baby Ais.
"Sayang, makan. Aku suapi ya." Kata Abdul pada Yola yang mengangguk sambil tersenyum.
"Dedek Ais mau ikut maem?" Kata Yola sambil memainkan tangan Ais.
"Tapi Tidak boleh, pedes, kamu belum punya gigi, nanti tidak bisa mengunyah makanan." Tutur Yola pada baby Ais yang justru tertawa, sambil berbicara menggunakan bahasa bayi, yang membuat Yola gemas dibuatnya.
"A! sayang." Perintah Abdul, Yola membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Abdul lalu mengunyah nasi beserta sayur dan lauknya perlahan, sambil memberikan mainan pada baby Ais.
"Kamu suka banget sama anak kecil." Kata Abdul disela-sela kunyahannya.
"Iya lah, mereka itu lucu, gemesin."
"berarti kelak kamu bisa menjadi ibu yang baik, untuk anak-anak kita." Tutur Abdul.
"Amiin, sayang. Aku pasti jadi orang paling bahagia jika itu terjadi, punya anak yang ganteng serta cantik, punya suami ganteng dan baik hati, aduh…surga dunia ditangan." Ujar Yola sambil menoleh pada Abdul yang duduk bersila di sampingnya.
Abdul tersenyum, "Ya udah dalam waktu dekat kita bikin baby aja gimana?" Ujar Abdul sambil memainkan kedua alisnya naik turun.
"Enak aja, kasian nanti anak kita, aku lagi kuliah dia sama siapa?" Jawab Yola.
"Ya,sama aku lah, gantian kita mengasuhnya sayang."
"Katanya kamu tidak bisa ikut kuliah di negara A?"
"Iya, tapi walau aku tidak ikut, tetap saja tidak mengurangi kedekatan kita berdua, justru menambah rasa cintaku padamu, karena kamu mau berjuang denganku."
"Ciye, manisnya." Goda Yola.
"kamu ini, orang ngomong serius malah digodain."
Yola terkekeh, "baiklah, tuan Abdul, nasi di mulut sudah habis ayo suapi aku lagi." Ujar Yola manja.
"Ini, A' " kata Abdul lalu kembali memasukkan satu sendok makanan pada mulut sang istri.
"Nant malam pulang jam berapa?" Tanya Yola pada Abdul lembut.
"Sekitar jam 7 an, kenapa?"
"Tidak, hanya nanti aku akan pergi ke rumah Lala, bersama baby Ais." Pamit Yola pada suaminya.
"Ya udah pergi saja, hati-hati tapi lho sayang." Pesan Abdul.
"Iya, aku bakalan hati-hati." Ucap Yola.
Lalu mereka berdua menghabiskan makanannya begitu juga dengan Danil, Jeita, Pak Karim dan Yusuf. Lalu mereka duduk sebentar di kursi makan sambil memakan buah.